Suara Kasih : Donasi Tubuh Tanpa Pamrih

   


Judul Asli:
Sumbangsih  Tanpa Pamrih Silent Mentor

Giat menggali pengetahuan medis
Para dokter senior memperdalam ilmu medis
Giat bersumbangsih di tengah deraan penyakit
Keinginan Silent Mentor telah terwujud

Sungguh, pengetahuan medis amat luas dan tak habis dipelajari. Kita semua tahu bahwa sejak dalam kandungan ibu, kehidupan telah dimulai. Dalam empat fase kehidupan yakni: lahir, tua, sakit, dan mati, kita membutuhkan pelayanan medis. Setelah kita terlahir ke dunia ini, usia akan terus bertambah dengan sendirinya. Bagaimana dengan penyakit? Penyakit adalah hal yang tak terhindarkan. Penderitaan terberat adalah didera penyakit. Tugas tenaga medis adalah membebaskan pasien dari penyakitnya. Untuk mengatasi penyakit, dibutuhkan pelayanan medis. Tubuh manusia adalah sebuah misteri yang harus dipecahkan. Jadi, misteri ini harus terus ditelusuri karena pengetahuan medis sangatlah luas.

Untuk mengatasi penyakit dalam tubuh, kita harus memahami anatomi tubuh manusia terlebih dahulu. Beberapa hari lalu tim medis mengadakan simulasi bedah di Universitas Tzu Chi. Saya berterima kasih kepada para insan Tzu Chi yang mendonasikan tubuh mereka agar para dokter dan siswa kedokteran dapat mempelajari anatomi tubuh manusia. Partisipan dalam simulasi bedah kali ini adalah para dokter yang telah berpengalaman. Mereka tak hanya membimbing siswa kedokteran, namun juga terus memperdalam pengetahuan medis mereka. “Dalam dunia medis, kita harus terus belajar tanpa mengenal usia. Karena itu, hari ini saya datang bukan sebagai profesor, melainkan sebagai seorang siswa yang rendah hati, yang ingin terus menimba pengetahuan medis. Program yang diadakan Univesitas Tzu Chi ini sangatlah luar biasa. Dalam simulasi bedah ini, kami dapat melatih dan meningkatkan keterampilan medis yang kami miliki. Saya pikir program ini amat bagus dan sangat inovatif. Saya berterima kasih kepada Tzu Chi atas kesempatan yang diberikan ini, terlebih lagi kepada para Silent Mentor atas kontribusi mereka yang tanpa pamrih,” kata seorang professor bedah yang ikut dalam simulasi.


Dalam simulasi bedah kali ini, terlihat beberapa dokter RS Tzu Chi, yakni ahli urologi, ahli bedah plastik, dan ahli THT. Kita juga mengundang para tenaga medis senior untuk ikut ambil bagian. Lebih dari 40 dokter dari sekitar 20 RS baik dalam maupun luar negeri, berpartisipasi dalam simulasi bedah kali ini. Hal ini sungguh bermakna. Setiap kali simulasi bedah berakhir, saya selalu merasa bersyukur dan bersedih. Di antara para Silent Mentor kali ini, ada 2 anggota komite Tzu Chi.

Saya sungguh merasa kehilangan karena mereka adalah murid yang sangat baik. Salah satu dari mereka adalah Yue-kuan. Ia adalah anggota komisaris kehormatan, juga anggota komite Tzu Chi. Setelah bencana gempa 21 September 1999, ia terinspirasi dan bergabung dengan Tzu Chi. Ia sangat giat bersumbangsih. Pada tahun 2007 ia merasa sakit pada bagian pinggangnya. Ia menjalani pemeriksaan di beberapa RS, namun tak juga ditemukan jenis penyakitnya. Meski merasa sakit dan terus menjalani pemeriksaan, ia tak pernah berhenti bersumbangsih.

Hingga pada Desember 2007, karena sakit yang tak tertahankan, ia pun diantar ke RS Tzu Chi Taipei untuk mendapatkan perawatan medis darurat. Akhirnya, ia diketahui menderita kanker paru-paru dan sel kanker telah menyebar ke tulang. Karena kanker paru-paru stadium akhir ini, dokter memvonis sisa hidupnya tak lebih dari 6 bulan. Suami dan kakaknya sangat bersedih, namun ia tenang-tenang saja. “Saat menerima kenyataan ini, perkataan Master tentang ‘menerima kematian dengan tenang’ sungguh telah menginspirasi saya. Master berkata, ‘Memahami kematian berarti menghargai kematian. Menghargai kematian berarti berdamai dengannya. Berdamai dengan kematian berarti menggunakan kesempatan hidup sebaik mungkin.’ Saya benar-benar telah melalui ketiga tahapan ini,” kata Yee-kuan.

Ia benar-benar telah membawa perkataan saya ke dalam hatinya. Karena itu, ia dapat menghadapi kematian dengan hati yang tenang bahkan lebih giat bersumbangsih. Meski dirawat di ruang intensif, ia tetap berbagi dengan para pasien lain tentang kebenaran yang telah ia pelajari.

Meski dokter telah memvonis sisa hidupnya tak lebih dari 6 bulan, namun karena ia menjalani hidup dengan tenang dan menerima kenyataan dengan ikhlas, maka ia pun dapat hidup 1,5 tahun lagi. Yang lebih membuat saya tersentuh adalah saat Topan Morakot melanda Taiwan Agustus lalu, ia minta izin pada dokter untuk keluar dari rumah sakit. Untuk apa? Menggalang dana. Pada saat-saat terakhir dalam hidupnya, ia tetap bersumbangsih bagi korban bencana dengan menggalang dana.

Sungguh, kita harus tahu bagaimana cara memanfaatkan hidup ini. Yue-kuan sungguh telah mengisi kehidupannya dengan hal yang sangat bermakna.

Kita harus memahami makna kehidupan. Cepat atau lambat, hidup kita akan berakhir. Setelah terlahir ke dunia, maka suatu saat nanti kita pasti akan meninggal. Dokter berkata kepada Yue-kuan bahwa paru-parunya berair dan paru-paru sebelah kiri tak berfungsi lagi. Kondisi ini menyebabkan ia merasa tak nyaman dan sesak nafas. Dokter berkata bahwa mereka dapat memasang selang untuk menyedot cairan sehingga sakitnya akan berkurang, namun pemasangan ini akan menimbulkan luka. “Benar, ia menolaknya. Beberapa kali kami membujuknya, namun ia bersikeras dan berkata bahwa ia masih dapat menahan rasa sakit tersebut. Hal terpenting baginya adalah mendonasikan tubuh. Ia berkata bahwa ia dapat menahan rasa sakitnya dan tak akan membuat tubuhnya terluka karena ingin mendonasikannya bagi kepentingan medis. Seperti yang Master katakan, ia adalah seorang yang berani,” kata tim medis yang merawatnya. Lihatlah betapa berharga dan bermaknanya kehidupan Yue-kuan.

Para Silent Mentor telah dikremasi beberapa hari lalu. Sungguh, hidup sangatlah berharga. Memanfaatkan kehidupan dengan baik berarti menciptakan berkah bagi orang lain. Hal ini akan mendatangkan pahala tak terkira. Marilah kita dengan tulus hati mendoakan kedelapan Silent Mentor ini. Semoga mereka terlahir kembali ke dunia dan meneruskan sumbangsihnya. Para anggota keluarga yang mewujudkan keinginan terakhir mereka sungguhlah bijaksana. Saya berdoa agar keluarga para Silent Mentor dapat senantiasa hidup damai dan tenteram. Saya juga berterima kasih kepada para dokter yang membantu mewujudkan keinginan mereka ini. Semoga niat baik ini dapat dimanfaatkan para dokter untuk menyembuhkan penyakit para pasien. Terima kasih semuanya.

Diterjemahkan oleh: Lena 
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -