Suara Kasih: Empat Pikiran Tanpa Batas
Judul Asli:
Sifat hakiki manusia setara Buddha dan tanpa keegoisan | |||
Bodhisatwa sekalian, tahun ini kalian kembali mengikuti pelatihan. Melihat setiap orang begitu tekun dan diliputi kedamaian, saya merasa tenang sekaligus berterima kasih. Saya berterima kasih karena setiap orang sangat giat dan memiliki tekad yang sama. Itu sungguh tidak mudah. Selain itu, bisa melatih diri dengan giat,sungguh lebih sulit lagi. Pekerjaan yang sulit, kalian telah melakukannya. Masalah yang sulit, kalian juga telah mengatasinya. Kalian telah memiliki semangat untuk mewariskan ajaran Jing Si. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Dalam melatih diri, setiap orang harus meneguhkan pikiran, tidak takut akan kesulitan, dan harus tahu cara mengatasi berbagai kesulitandi dalam kehidupan. Jadi, ajaran Jing Si ini bertujuan untuk menjaga tekad melatih diri setiap orang sehingga setiap orang bisa menjadi umat Buddha yang taat. Praktisi Buddhis yang sesungguhnya harus menyerap Dharma ke dalam hati. Dharma bagaikan air yang bisa membersihkan segala noda batin kita. Noda batin itu mungkin berasal dari berbagai tabiat buruk kita di masa lampau yang didasari ketamakan, kebencian, kebodohan, misalnya temperamen yang buruk atau gemar bertikai demi kepentingan pribadi. Setelah menerima ajaran Buddha dan bergabung di organisasi Bodhisatwa ini, kita harus mengikis semua penghalang dan konflik dalam hubungan antarsesama. Mulai sekarang, kita harus menyelaraskan ucapan dan tindakan serta membersihkan berbagai noda batin kita, seperti ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, keraguan, dan kebiasaan buruk lainnya. Kita harus membuang keegoisan, berpikir bagi manusia secara umum, turut mengemban tanggung jawab atas dunia, serta hidup selaras dengan alam semesta. | |||
| |||
Saya sering berkata bahwa kita harus menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri dan tekad Guru sebagai tekad sendiri. Hati Buddha adalah hati yang murni tanpa noda. Itulah hati Buddha. Sedangkan tekad Guru, kita harus banyak menyerap Dharma ke dalam hati dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Inilah Jalan Bodhisattva. Inilah tekad Guru, yakni mengemban mazhab Tzu Chi. Mazhab Tzu Chi berlandaskan cinta kasih, welas asih, sukacita, dan kesimbangan batin. Inilah Empat Pikiran Tanpa Batas. Cinta kasih berarti tanpa penyesalan. Setelah bergabung dengan Tzu Chi, selamanya kita tidak menyesal. Ketahuilah bahwa setelah masuk ke dalam Tzu Chi, jika dapat merenung dengan sungguh-sungguh, kalian tak akan menyesal. Ini karena Tzu Chi membuat kita dapat mengembangkan makna hidup dan mengembangkan diri. Dengan melapangkan hati, dunia kita akan semakin luas. Kita juga akan banyak menjalin jodoh baik dan menerima banyak cinta kasih dari orang lain karena kita telah banyak bersumbangsih. Dengan cinta kasih agung ini, kalian bisa mendatangkan banyak kebahagiaan dan ketenteraman bagi dunia. Inilah kekuatan cinta kasih tanpa penyesalan. Dengan memiliki welas asih, kita tidak akan mengeluh. Ini karena kita memahami bahwa di dalam mazhab Tzu Chi, kita memiliki perasaan senasib sepenanggungan dengan orang lain. Karena itu, kita rela bersumbangsih meski menghadapi berbagai kesulitan. Dalam menyalurkan bantuan, Setiap orang memiliki pendapat masing-masing. Dengan adanya pandangan yang berbeda-beda, semua orang tentu harus berusaha mencari titik temu. Dibutuhkan welas asih dan kebijaksanaan agar kita bisa menyelesaikan segala sesuatu tanpa perselisihan antarsesama. Inilah yang disebut welas asih tanpa keluh kesah. Saya berharap setiap orang dapat berkontribusi tanpa keluh kesah dan penyesalan. Inilah yang disebut cinta kasih dan welas asih. | |||
| |||
Saya sering berkata bahwa selain bersumbangih tanpa pamrih, kita pun harus berterima kasih kepada penerima. Dengan bersumbangsih tanpa pamrih dan berterima kasih kepada penerima, bayangkan, bukankah kondisi batin seperti itu sangat tenang dan damai? Bodhisattva sekalian, mazhab Tzu Chi berlandaskan Empat Pikiran Tanpa Batas dan harus dipraktikkan di tengah masyarakat. Kini, empat unsur alam tengah tidak selaras. Hanya ajaran Buddha-lah yang dapat menyelaraskan pikiran manusia sehingga empat unsur alam bisa kembali selaras. Kita harus mewariskan Dharma hingga ke tengah masyarakat. Tidak peduli di negara mana pun kita tinggal, kita harus senantiasa membimbing sesama. Membimbing orang lain sesungguhnya sama dengan membimbing diri sendiri. Setiap orang memiliki tanggung jawab atas dunia karena kita semua hidup bergantung pada bumi. Kita semua hidup di kolong langit dan di atas bumi yang sama. Jadi, kita harus menjadi teladan nyata. Kita sungguh harus membangkitkan tekad luhur untuk menyelamatkan semua makhluk, melenyapkan segala kotoran batin, mempelajari berbagai metode Dharma, dan mencapai tingkatan yang sama dengan Buddha yang merupakan hakikat sejati diri kita. Inilah tujuan praktisi Buddhis. Harap setiap orang senantiasa bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Laurencia Lou. | |||