Suara Kasih: Gema Genderang Dharma

Judul Asli:

 

  Gema Genderang Dharma Memenuhi Alam Semesta

 

Persamuhan Dharma berlangsung dengan agung dan khidmat
Para Bodhisatwa berkumpul demi membimbing semua makhluk
Bencana datang silih berganti di dunia
Bersyukur atas ketenteraman yang dimiliki dan senantiasa mawas diri

Saat genderang hati ini bergema, semoga Dharma memenuhi alam semesta. Saat genta hati ini berdentang, semoga hati setiap orang tersucikan. Pada tanggal 6 Agustus, di Kaohsiung Arena digelar sebuah persamuhan di mana para Bodhisatwa menyelami Dharma. Semua orang yang berpartisipasi, termasuk mereka yang hadir untuk menyaksikan, semuanya bervegetarian. Bahkan para tokoh masyarakat yang diundang juga terlebih dahulu diberi informasi bahwa mereka yang akan menghadiri acara ini harus bervegetarian. Bahkan para hadirin yang datang menyaksikan diminta untuk membangkitkan ketulusan hati. Sebelum menghadiri persamuhan agung ini, semua orang harus membangkitkan ketulusan hati.

Sebagian orang berkata bahwa dahulu jika diminta untuk bervegetarian mereka pasti menolak. Apa pun rela mereka lakukan selama itu bukan bervegetarian. Namun, pada pementasan adaptasi sutra kali ini, mereka merasa jika kesempatan ini terlewatkan hanya karena mereka tidak bervegetarian, maka sayang sekali. Karena itu, mereka mencoba untuk bervegetarian. Setelah 108 hari ini berlalu, semoga semua orang dapat terus bervegetarian. Saya tentu berharap mereka dapat meneruskan jalinan jodoh mereka dengan Tzu Chi selamanya. Dalam persamuhan Dharma ini, kita semua sungguh harus membangkitkan sikap mawas diri yang tulus dan bertobat secara mendalam. Artinya, kita harus menyucikan hati kita dan menyesali segala kesalahan kita.

Jadi, semoga setiap orang dapat sungguh-sungguh bertobat. Jangan berpikir, "Semuanya sudah berlalu, apalagi yang harus saya takutkan?" Janganlah begitu. Berpikirlah, "Aduh, tidak sepatutya saya begitu, saya menyesal." Penyesalan inilah yang disebut pertobatan. Pertobatan yang sesungguhnya adalah tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama. Jadi, kita harus bertobat, menyucikan hati, dan senantiasa menjaga pikiran kita agar tidak mengulangi kesalahan yang sama. Kita semua harus menggenggam setiap waktu. Saya sering mengatakan bahwa kita hendaknya tidak melewati hari-hari dengan sia-sia ataupun mengabaikan tanggung jawab. Terlahir di dunia ini, kita semua memiliki tanggung jawab atas segala yang terjadi di bumi ini. Bumi ini begitu luas dan banyak makhluk yang menderita di dalamnya. Karena itu, manfaatkanlah waktu sebaik mungkin.

Dalam setiap pikiran kita, jangan sampai ada niat buruk yang timbul. Kita harus melenyapkan seluruh noda batin. Kita harus senantiasa membangkitkan niat baik, mempertahankan, serta mengembangkannya. Bangkitkan niat baik yang belum timbul, lenyapkan niat buruk yang sudah timbul. Inilah yang disebut menghindari kejahatan dan memperbanyak kebajikan. Semuanya berawal dari pikiran. Dalam setiap pikiran yang muncul, kita harus mencegah timbulnya niat buruk. Kita harus waspada agar niat buruk tidak muncul dalam batin kita.

Persamuhan Dharma di Kaohsiung telah berjalan dengan agung dan khidmat. Kita telah melihat semangat dan usaha para Bodhisatwa dunia ini. Mereka giat berlatih selama setengah tahun.

Sekelompok besar Bodhisatwa ini telah melalui proses latihan yang sulit, baik dari segi fisik maupun batin. Setiap tindakan, gerakan, dan ucapan mereka selaras dengan Dharma. Ini bukanlah sesuatu yang mudah. Selain itu, mereka yang membantu di belakang layar juga sangat giat. Baik mempersiapkan acara maupun menyambut para tamu yang hadir, semua juga merupakan ladang pelatihan. Saya sangat bersyukur atas adanya ladang pelatihan yang agung ini.

Saya sungguh berterima kasih kepada para Bodhisatwa yang berkontribusi tanpa suara. Satu minggu lamanya mereka mempersiapkan tempat acara hingga menjadi ladang pelatihan yang agung seperti hari ini. Sekitar 3.000 orang telah dilibatkan, termasuk para anggota komite dan Tzu Cheng. Berkat kontribusi mereka, ajaran dari kitab suci dapat ditampilkan dengan cara masa kini dan dikaitkan dengan kondisi zaman sekarang. Puluhan ribu orang telah bersatu hati, berkontribusi dengan harmonis dan sukarela. Terlebih lagi, mereka yang berpartisipasi dalam pementasan telah berlatih dalam waktu lama dengan menahan rasa sakit, rasa lelah, terik matahari, ataupun guyuran hujan. Demi menyerap Dharma ke dalam hati, mereka berlatih dengan susah payah.

Ketahuilah bahwa acara ini bukan pertunjukan. Ini adalah penghayatan Dharma. Mereka telah menjalani latihan yang sulit. Mereka sungguh melatih diri setiap hari. Ini sungguh merupakan pertemuan Bodhisatwa. Semua yang ingin menghadiri acara ini juga harus bervegetarian dan menyelami Dharma dengan tulus. Ini sungguh bagaikan persamuhan Dharma di Puncak Burung Nasar yang dihadiri Bodhisatwa dari berbagai penjuru. Ini adalah momen bersejarah, juga merupakan kesempatan bagi ajaran Buddha untuk meresap ke dalam hati semua orang dan memberi manfaat bagi semua makhluk. Sungguh banyak hal yang harus disyukuri. Kita harus lebih bersyukur karena melewati setiap hari dengan tenteram.

Pagi tadi saya melihat siaran berita Da Ai TV yang melaporkan tentang topan Muifa yang dikabarkan tidak akan terlalu berpengaruh pada Taiwan, namun telah membawa curah hujan tinggi dan angin kencang di Pulau Okinawa, Jepang. Dan kini, topan ini mengarah ke Zhejiang dan Jiangsu. Daerah seperti Shanghai dan wilayah pesisir lainnya juga telah meningkatkan kewaspadaan. Selain itu, di Laut Karibia, beberapa hari lalu telah terbentuk badai tropis Emily yang melewati Haiti. Beruntung, angin kencang dan hujan lebat sebagian besar terjadi di daerah pegunungan. Telah hampir 2 tahun berlalu sejak gempa dahsyat mengguncang Haiti. Namun, warga masih sangat menderita dan kondisi pascabencana masih belum membaik.

Kini, mereka harus menghadapi badai Emily, sungguh penderitaan yang tak terkira. Demikianlah kondisi dunia. Dengan banyaknya orang yang menderita, dibutuhkan banyak Bodhisatwa untuk menolong. Kita semua harus lebih sungguh-sungguh bersumbangsih bagi mereka yang menderita. Kita harus mendoakan mereka dengan tulus. Di dunia ini, selain bencana alam yang datang melanda, ada pula bencana akibat ulah manusia. Karena itu, kita berharap hati manusia dapat tersucikan. Jika hati manusia kembali selaras, barulah dunia akan damai dan tenteram. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Memberikan sumbangsih tanpa mengenal lelah adalah "welas asih".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -