Suara Kasih : Giat Bersumbangsih

Judul Asli:

 

Giat Bersumbangsih di Komunitas

 

Memanfaatkan libur panjang untuk mempraktikkan Dharma
Memperoleh berkah dan kebijaksanaan dengan giat bersumbangsih di komunitas
Menyalakan kembang api bisa memicu terjadinya bencana
Saling menghormati dan membantu demi terciptanya keharmonisan

“Dia selalu ke sini pukul 5 pagi dengan menumpang bus yang pertama. Dia telah berusia 86 tahun,”ujar relawan. “ Saya sangat berterima kasih kepada Master,” aku Lao Pu Sha. ”Apakah dia tak istirahat saat Tahun Baru Imlek?” tanya relawan?" ”Tidak. Setiap hari selalu ke sini. Bila masih mampu, maka segera lakukan. Masih banyak sampah yang harus didaur ulang. Batin dan fisik menjadi sangat damai. Semakin banyak melakukan, saya merasa semakin bersukacita,” ujar Lao Pu Sha.

Semoga ada lebih banyak lagi Bodhisatwa dunia yang datang menggarap ladang berkah ini. Melakukan daur ulang demi menyelamatkan bumi.Imlek Tahun Baru Imlek telah berlalu, ada sebagian orang yang memanfaatkan masa libur panjang selama 9 hari ini untuk turut bersumbangsih bagi masyarakat, namun sebagian besar orang memanfaatkan masa liburan dengan berekreasi dan bersenang-senang serta melakukan apa pun sesuai keinginan mereka.

Kita bisa melihat siaran berita tentang banyak orang yang kesulitan untuk kembali bekerja setelah libur panjang. Inilah sindrom pascaliburan. Akan tetapi, tidak demikian dengan insan Tzu Chi. Saat libur, mereka malah memanfaatkan waktu tersebut untuk melakukan kegiatan yang bermakna. Inilah makna libur yang sesungguhnya. Tadi kita telah mendengar banyak Bodhisatwa daur ulang telah mengubah pola pikir mereka. Mereka berpikir karena masih hidup, maka harus banyak bergerak. Mereka berpikir bahwa mereka harus turut terjun ke komunitas untuk bersumbangsih agar mereka memperoleh sukacita. Kita harus aktif bergerak dan kegiatan yang kita lakukan  bergantung pada sebersit niat kita.

Kita bisa melihat beberapa Aula Jing Si di Taiwan yang dipenuhi dengan atmosfer sukacita dan semangat pelatihan diri. Kita bisa memanfaatkan libur panjang ini untuk turut bersumbangsih serta banyak memahami apa yang paling membahagiakan di dunia. Ini bertujuan agar setiap orang bisa berintrospeksi diri setelah mendengar kisah orang lain. Saat orang lain melakukan pekerjaan amal dan bersumbangsih dengan sukacita, kita harus berintrospeksi diri mengapa setiap hari kita selalu diliputi dengan kerisauan? Setelah melewati berbagai masalah, kita akan lebih memahami kesalahan diri sendiri. Banyak orang yang terinspirasi untuk membangkitkan cinta kasih. Dengan menyebarkan ajaran kebajikan, kita akan memperoleh berkah dan kebijaksanaan. Dharma dapat membimbing setiap orang untuk bisa turut bersumbangsih di komunitas. Inilah yang disebut dengan memperoleh berkah dan kebijaksanaan. Kita akan memahami bagaimana berbuat bajik dan memahami bagaimana cara mengembangkan kebijaksanaan.

Dengan turut bersumbangsih, barulah kita bisa memperoleh berkah dan kebijaksanaan. Berkah adalah kebahagiaan yang diperoleh ketika bersumbangsih; kebijaksanaan adalah kedamaian batin yang diperoleh dari sikap penuh pengertian. Inilah ajaran yang diajarkan oleh Buddha. Buddha datang ke dunia demi membuka pikiran manusia dan membimbing manusia menuju pencerahan serta bisa bersungguh-sungguh menyerap Dharma ke dalam hati. Buddha mengajarkan setiap orang untuk menapaki Jalan Bodhisatwa. Jika kita bersedia menapaki Jalan Bodhisatwa, maka orang-orang yang menderita akan bisa terbebas dari penderitaan dan memperoleh kedamaian serta sukacita.Sedangkan kita yang bersumbangsih juga akan memperoleh sukacita.Jadi, di dalam Jalan Bodhisatwa, baik yang memberi maupun menerima bisa bersama-sama mendapat manfaat. Orang yang menolong akan memperoleh sukacita dan orang yang ditolong juga akan memperoleh kedamaian serta sukacita. Inilah yang disebut mencerahkan diri sendiri dan orang lain. Inilah kesadaran dan praktik yang sempurna.

Kita bisa melihat Bodhisatwa dunia yang sangat bersungguh hati. Setiap orang telah menyalakan pelita dalam batin mereka. Inilah kesadaran. Buddha juga memberitahu kita bahwa setiap orang memiliki pelita dalam hatinya, hanya saja kita tak menyadarinya. Meski telah menyadarinya, kita juga tak tahu bagaimana cara menyalakannya. Karena itu, sebagai praktisi Buddhis, kita harus belajar bagaimana cara menyalakan pelita batin ini. Pelita batin ini akan selamanya menerangi jalan kita dan menunjukkan arah yang benar untuk kita tapaki. Pelita batin di hati kita tak hanya menerangi jalan kita sendiri, namun juga dapat membimbing setiap orang untuk berjalan di arah yang benar. Inilah yang disebut membimbing diri sendiri dan orang lain.

Belakangan ini, selama Tahun Baru Imlek, banyak orang yang menyalakan petasan dan kembang api. Kita seharusnya menghentikan kebiasaan menyalakan kembang api. Setiap orang telah memahami bahwa kembang api tak hanya mencemari udara, namun juga berdampak pada pemanasan global yang mengakibatkan ketidakselarasan 4 unsur alam. Karena itu, kondisi iklim kini sungguh tidak normal. Meskipun telah mengetahui kembang api berdampak buruk bagi lingkungan, namun mereka tetap menyalakannya hanya demi kesenangan sesaat. Kesenangan ini bersifat sementara, hanya beberapa detik saja. Mengapa harus menghamburkan banyak uang untuk menciptakan polusi udara dan resiko terjadi kebakaran?

Singkat kata, kita harus sungguh-sungguh berintropeksi diri. Jika bersungguh hati, maka kita akan berjalan di arah yang benar. Contohnya Thailand. Akibat bencana banjir berkepanjangan sejak tahun lalu hingga sebelum Tahun Baru Imlek selama kurang lebih 4 bulan lamanya, insan Tzu Chi Thailand telah bersumbangsih dalam jangka waktu yang lama. Inilah sebersit niat bajik. Mereka terus mempertahankan niat bajik ini. Dalam jangka waktu lebih dari 4 bulan, mereka terus bersumbangsih tanpa henti. Pekerjaan ini sungguh melelahkan. Akan tetapi, mereka menjadikan pekerjaan ini sebagai pekerjaan Bodhisatwa di dunia yang membentangkan jalan dengan cinta kasih serta berjalan di Jalan Bodhisatwa yang lapang dan luas. Kita juga bisa melihat Vietnam. Banjir di Vietnam telah berlangsung dari bulan Juli hingga akhir tahun. Insan Tzu Chi Vietnam  belakangan ini masih terus menyalurkan bantuan kepada korban bencana banjir.

Inilah Bodhisatwa dunia. Tekad Bodhisatwa selalu berasal dari sebersit niat dan dipertahankan hingga selamanya. Jadi, kita harus menyalakan pelita dalam batin. Setiap orang memiliki pelita dalam batinnya. Jika bisa menyalakan pelita batin, maka kita akan bisa menerangi jalan. Inilah arah dan jalan  yang harus ditapaki oleh setiap orang sehingga manusia awam juga bisa  menapaki Jalan Bodhisatwa dan mencapai kondisi batin Buddha. Setiap orang harus  menyalakan pelita batin ini agar hati kita bisa bersinar dan berjalan di arah yang benar. Saya sangat berterima kasih kepada semua insan Tzu Chi di seluruh dunia yang menapaki Jalan Bodhisatwa dengan penuh ketulusan. Inilah harapan kita bagi dunia. Saya berharap benih Bodhi bisa tersebar bisa tersebar ke seluruh dunia. Semoga aliran jernih air Dharma bisa mengalir dan mengelilingi seluruh dunia. Inilah harapan kita semua.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. 

Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -