Suara Kasih: Guru Bagaikan Pelita
Judul Asli:
Guru Bagaikan Pelita dalam Kegelapan Guru bagaikan pelita dalam kegelapan | |||
Sekolah Tzu Chi Chiangmai di Thailand tahun ini mulai membuka jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA). Sekolah ini mencakup Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Tahun ini, siswa SMA di sekolah itu adalah lulusan SMP dari sekolah yang sama. Melihat pendidikan di sana saya sungguh merasa masa depan mereka penuh harapan. Tata krama dapat membimbing orang berjalan di jalan yang benar karena ia merupakan prinsip kebenaran. Karena itu, dalam mendidik anak-anak, kita sangat mengutamakan tata krama. Dahulu di Taiwan, saat memasuki gerbang sekolah, bukankah kita akan melihat kata-kata seperti tata krama, keadilan, kejujuran, dan rasa hormat? Tata krama ada di urutan pertama karena inilah hal yang paling penting. Bila para siswa mengerti akan tata krama, barulah mereka dapat memahami prinsip kebenaran. Inilah pentingnya tata krama. Tata krama diajarkan dengan sangat baik di sekolah Tzu Chi di Chiangmai. Saya sering memuji anak-anak Thailand yang sangat sopan. Tanggal 9 Juni lalu adalah Hari Guru di Thailand. Kita dapat melihat para siswa memberikan bunga, lilin, dan lain-lain yang mereka buat sendiri kepada para guru. Kita mendidik para siswa agar menyatakan rasa syukur mereka dengan penuh ketulusan. Pendidikan adalah pelita yang membimbing orang berjalan di arah yang benar. Karena itu, pendidikan sangatlah penting. Kita harus menanamkan tata krama ke dalam diri para siswa sehingga mereka dapat memikirkan cara untuk menyatakan rasa hormat kepada para guru. Ini bertujuan untuk mengembangkan kebijaksanaan mereka. Mendidik tak hanya membekali para siswa dengan ilmu pengetahuan saja, namun juga mengajarkan prinsip kebenaran. Agar tercipta hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa, kita harus menanamkan nilai-nilai yang benar ke dalam diri para siswa. Lihatlah, mereka tetap menjalankan tradisi lokal dalam memperingati Hari Guru setempat. | |||
| |||
Insan Tzu Chi di Thailand telah menjalankan misi pendidikan dengan sangat baik. Mereka sering berinteraksi dengan kepala sekolah dan para guru serta menyarankan mereka agar berkunjung ke Sekolah Tzu Chi di Taiwan untuk melihat cara mendidik dan berinteraksi dengan para siswa. Yang terpenting adalah melihat cara mendidik siswa dengan Kata Perenungan Jing Si. Setelah kunjungan berakhir, dengan penuh percaya diri, mereka kembali ke negaranya dan bertekad untuk mendidik para siswa dengan penuh cinta kasih. Saat insan Tzu Chi Thailand berkunjung ke Taiwan, mereka mendengar relawan dari Malaysia yang berbagi tentang program bantuan dana pendidikan bagi siswa yang kurang mampu. Selain Taiwan dan Malaysia, program ini juga dijalankan di beberapa negara lain. Setelah mendengar tentang program ini, insan Tzu Chi dari Thailand pun mengikrarkan sebuah tekad. Setelah kembali ke Thailand, mereka segera membicarakan kerja sama dengan beberapa sekolah setempat untuk menjalankan program bantuan ini. Mereka mengajukan permohonan kepada departemen pendidikan setempat dan mendapatkan dukungan sepenuhnya. Beberapa sekolah pun diminta untuk memberikan daftar siswa dari keluarga kurang mampu. Dimulai dari Bangkok, ini adalah tahun pertama pemberian bantuan dana pendidikan bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu. Meski tak perlu membayar uang sekolah selama 15 tahun, namun mereka tetap harus melunasi biaya lain-lain sebesar kurang lebih 2 juta rupiah. Penghasilan maksimal para orang tua di sana kurang dari 4 juta rupiah setiap bulannya. Kita dapat melihat seorang ibu yang bekerja keras demi menghidupi keluarganya. Kedua anaknya menderita penyusutan otot. Ayahnya meninggalkan mereka, jadi sang ibu harus bekerja keras untuk merawat mereka berdua. Ia tak ingin melanjutkan sekolah kedua anaknya, namun keinginan mereka untuk belajar sangat kuat. Jadi, bantuan tersebut membantu mereka melalui program ini. | |||
| |||
Untuk mendapatkan dukungan dana, tentu saja mereka harus meminta dukungan dari para pengusaha setempat. Sungguh, saat cinta kasih terbangkitkan, maka harapan pun akan datang. Jika setiap orang berhemat, maka akan ada banyak orang yang dapat dibantu. Saya berharap insan Tzu Chi dapat bertambah banyak dan tersebar ke seluruh dunia sehingga akan ada lebih banyak orang kurang mampu yang mendapatkan bantuan. Peringatan Hari Waisak setempat juga sungguh menghangatkan hati. Dahulu, mereka memperingati Waisak dengan memercikkan air ke patung Buddha. Namun tahun ini, mereka melakukan pradaksina. Dengan hati yang murni dan tulus, mereka datang ke hadapan Buddha untuk menyentuh air dan mengambil bunga yang melambangkan kebajikan. Tindakan ini dapat membersihkan noda batin mereka. Karena itu, mereka sangat bersyukur. Misi pendidikan dan budaya humanis Tzu Chi dijalankan bersamaan di Thailand. Tata krama dan prinsip kebenaran juga diajarkan bersamaan di Sekolah Tzu Chi setempat. Saya sungguh bersyukur atas hal ini. Baiklah, setiap detik insan Tzu Chi di seluruh dunia bersumbangsih sepenuh hati. Bukankah mereka adalah Bodhisatwa dunia yang menolong semua makhluk? Mereka mengatasi segala rintangan demi mencurahkan kehangatan cinta kasih kepada orang yang membutuhkan. Bangkitkanlah cinta kasih bagi semua orang di dunia. Inilah yang harus kita kerjakan bersama. | |||