Suara Kasih : Harapan Pascabencana


Judul Asli:
Berkah dan Harapan Pascabencana

Mengenang kembali penyaluran bantuan pascabencana topan Nargis di Myanmar
Negara penghasil pangan mengalami kesulitan membantu para petani kembali bercocok tanam     
Memperoleh kehidupan yang lebih baik dengan membantu orang lain

Bantuan yang Tepat

Masih ingatkah kita bahwa pada tanggal 2 Mei 2008 Badai Nargis melanda Myanmar pada tengah malam? Saat hari belum menjelang pagi, angin dan ombak yang besar telah memorak-porandakan Myanmar. Pada tanggal 5 Mei 2008 barulah kita mengetahui terjadinya bencana dari media massa. Kondisi setempat sungguh mengenaskan. Dengan kondisi demikian, entah bagaimana mereka melewati beberapa hari yang sangat sulit itu.

Kondisi mereka sungguh menderita dan menyedihkan. Kita segera bertindak keesokan harinya untuk mendapatkan informasi tentang kondisi di sana dan bantuan apa yang bisa kita berikan. Setelah mendapatkan informasi dan mengetahui parahnya kondisi setempat, maka pada tanggal 7 dan 8 Mei 2008, kita pun memutuskan untuk menyalurkan bantuan ke Myanmar. Namun, untuk masuk ke Myanmar tidaklah mudah. Kita mengerahkan seluruh tenaga dan pikiran untuk mengatasi berbagai kesulitan.

Untunglah, Tzu Chi telah tersebar ke berbagai negara. Kita berterima kasih kepada insan Tzu Chi Malaysia yang sangat aktif dalam kegiatan kemanusiaan. Mereka sangat berpengalaman dalam membantu warga tak mampu, korban bencana, maupun orang sakit. Karena itu, saya meminta insan Tzu Chi Malaysia mengoordinasi penyaluran bantuan ke Myanmar. Pada tanggal 10 Mei 2008 insan Tzu Chi tiba di Myanmar dan memberikan bantuan hingga hari ini. Telah genap 2 tahun lamanya.

Selama 2 tahun ini banyak bencana terjadi di berbagai negara. Selama lebih dari 700 hari ini entah berapa banyak bencana terjadi di dunia. Namun, di tengah bencana yang terjadi, ada banyak korban bencana yang mendapatkan berkah. Contohnya seperti korban bencana di Myanmar. Setibanya insan Tzu Chi di sana, warga setempat yang berjodoh dengan Tzu Chi pun mendapatkan berkah. Sebagai contohnya, Myanmar adalah negara penghasil padi yang besar di dunia. Karena itu, kita pun memberikan bibit dan pupuk kepada warga setempat. Panen pertama mereka sungguh berhasil dan berlimpah.

Mereka berkata bahwa bibit yang kita berikan adalah bibit ajaib karena meski di tempat lain terjadi gagal panen, namun dengan bibit dan pupuk yang diberikan Tzu Chi, panen mereka berhasil. Panen kali itu sungguh luar biasa. Setiap petani mendonasikan sekarung beras dari hasil panen mereka dan dikumpulkan untuk membantu orang yang membutuhkan. Di tengah kondisi yang serba minim, cinta kasih warga setempat terbangkitkan. Dengan hati yang penuh cinta kasih, mereka terinspirasi untuk membantu sesama.

Selain bantuan materi, insan Tzu Chi juga memberikan dukungan dan bimbingan agar hati warga setempat terbuka sehingga mereka berpandangan optimis dan kembali bersemangat. Setelah menerima bantuan, mereka pun membantu orang lain. Jadi, banyak orang yang mendapatkan berkah di tengah bencana. Namun, entah ada berapa banyak korban bencana yang masih tenggelam dalam kedukaan dan belum mampu keluar dari kesulitannya. Dalam 2 tahun ini produksi pangan mengalami kemunduran. Pendapatan para petani tak mampu memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Bibit, Pupuk, dan Bimbingan Teknik Pertanian
Bahkan setelah panen, mereka tak dapat menikmati hasilnya karena semuanya digunakan untuk membayar utang. Karenanya, mereka mencampur bibit-bibit dari berbagai varietas. Saat mereka akan bercocok tanam kembali, bibit yang dicampur itulah yang digunakan. Ini adalah lingkaran yang buruk. Secara perlahan, hasil panen pun semakin menurun. Lahan ditumbuhi rumput liar dan pupuk tak memadai. Para petani juga kekurangan peralatan sehingga mereka harus menggarap lahan secara manual. Kualitas padi yang tumbuh di lahan ini semakin lama semakin buruk, apalagi dengan bencana yang terjadi.

Karena itu, insan Tzu Chi kembali datang ke Myanmar untuk menyurvei keadaan setempat dan memutuskan untuk membantu mereka. Untuk membantu warga kembali bercocok tanam, yang pertama kita berikan adalah bibit dan pupuk, lalu memberikan bimbingan mengenai teknik bertani. Dalam beberapa hari ini, kami akan berkunjung dan mengadakan pertemuan.

Kami berharap warga setempat dapat bertekad untuk berusaha sekuat tenaga membantu orang-orang yang kekurangan pangan. Kita bertekad untuk berusaha maksimal. Apa pun yang dapat kami lakukan untuk membantu sesama akan kami usahakan semampunya. Singkat kata, korban bencana harus berjodoh dengan orang baik agar mereka dapat memperoleh bantuan. Mungkin kehidupan mereka dulu serba kekurangan. Namun, jika memiliki jalinan jodoh yang baik, mereka akan menemukan penolong dan dapat hidup mandiri, bahkan lebih baik dari sebelumnya.


Dalam hidup ini, banyak hal tak dapat diprediksi. Dalam waktu sehari, segala sesuatu dapat berubah setiap detik dan ketidakkekalan dapat datang setiap saat. Jadi, setiap hari setiap detik, saya selalu berada dalam kecemasan. Kalian selalu melihat saya dalam keadaan tenang. Namun, di balik ketenangan itu sesungguhnya hati saya sedang bergejolak karena mencemaskan banyak hal.

Pagi tadi saya mendapatkan kabar bahwa Jiashian yang ada di wilayah selatan Taiwan diguncang gempa. Saya pun segera mencari informasi. Untunglah, para insan Tzu Chi setempat berkata bahwa mereka tak merasakan adanya gempa. Saya pun merasa lega. Beberapa hari lalu insan Tzu Chi Qishan mengadakan ritual namaskara. Melihat ketulusan hati mereka, saya sungguh merasa tersentuh. Saya berharap kita semua dapat berdoa dengan tulus bagi dunia ini. Kita harus meningkatkan kewaspadaan, bersikap tulus, dan mawas diri setiap hari.

Kita tak boleh bersikap ceroboh sedikit pun. Akhir kata, bersikap tulus dan mawas diri adalah hal yang tak boleh kita abaikan dalam kehidupan kita setiap hari. Baiklah. Waktu terus berjalan. Melihat insan Tzu Chi di seluruh dunia yang senantiasa bersumbangsih dengan tulus, saya merasa sangat bersyukur.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
Hakikat terpenting dari pendidikan adalah mewariskan cinta kasih dan hati yang penuh rasa syukur dari satu generasi ke generasi berikutnya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -