Suara Kasih : Hati Selaras Dunia Sempurna


Judul Asli:
Hati yang Selaras Menciptakan Dunia
yang Sempurna

Bayi kembar siam yang telah tertolong kini bersumbangsih untuk membalas budi
Tetap menyerap Dharma ke dalam hati meski memiliki keterbatasan penglihatan      
Keterbatasan pendengaran tidak mengurangi kebahagiaan
Dengan memiliki hati yang penuh keselarasan, dunia akan terlihat sempurna


Meski dana yang tergalang tidak banyak, namun dalam pelatihan relawan lokal, tatapan mata dan senyuman para peserta penuh cinta kasih dan doa bagi bayi kembar siam itu. Singkat kata, hari ini terasa sangat bermakna.

”Saya sangat bahagia. Dulu bayi kami pun pernah mendapat pertolongan, dirawat dan menjalani operasi di Taiwan. Kini kami ingin membantu bayi kembar siam yang tengah menjalani operasi di Taiwan. Kami memberikan dukungan yang sebesar-besarnya. Terima kasih, Tzu Chi. Saya sangat bahagia karena ini untuk membantu bayi kembar itu,” ujar ayah dari Lea dan Rachel.

Kita sungguh harus giat dan bersemangat dalam melatih diri sesuai Dharma. Jika kita tidak giat dan bersemangat, maka tiada waktu lagi. Jadi, kita semua hendaknya saling mendukung dan memahami bahwa antarmanusia hendaknya saling membantu. Membantu orang adalah hal yang paling membahagiakan.

Jika manusia mempelajari Dharma, hati mereka akan dipenuhi keharmonisan. Tanpa memahami Dharma, hubungan antarmanusia sulit untuk selaras. Jadi, untuk menyelaraskan hati manusia, kita harus memiliki Dharma di dalam hati.

Dengan adanya Dharma di dunia, barulah manusia dapat hidup harmonis. Karena pada bulan September 2009 lalu Filipina dilanda bencana akibat Topan Ketsana, Tzu Chi membantu warga dengan memberi pekerjaan. Kini banyak dari mereka yang mengikuti pelatihan relawan. Beberapa hari lalu pelatihan kembali diadakan. Lea dan Rachel bersama ayah mereka hadir untuk berbagi tentang kisah mereka.

Tujuh tahun lalu, mereka dibawa ke RS Tzu Chi di Hualien. Tim medis Tzu Chi beserta para relawan mendampingi dan merawat mereka selama beberapa bulan. Sebelum menjalani operasi pemisahan, mereka diberi asupan gizi yang baik sehingga tumbuh dengan baik. Beberapa bulan kemudian, operasi pemisahan pun dilakukan. Operasi dilakukan ketika mereka masih kecil. Kini mereka telah tumbuh besar, yakni berusia sekitar delapan tahun dan telah duduk di bangku sekolah dasar.



Hati mereka dipenuhi rasa syukur. Kini mereka ingin membantu orang lain seperti insan Tzu Chi. Karenanya, di depan banyak orang mereka pun menggalang dana. Melihat mereka berdua, kita sangat gembira. Sesulit apa pun proses menolong mereka, namun melihat mereka sangat polos, manis, dan dapat bergerak bebas, kita sungguh merasa usaha yang dilakukan sungguh tak sia-sia.

Selain itu, para relawan yang mengikuti pelatihan ini dulunya adalah korban bencana. Kini mereka telah bertekad untuk menjadi orang yang dapat membantu orang lain. Dengan adanya insan Tzu Chi yang mendampingi dan menghibur serta menggalang lebih banyak Bodhisatwa setiap hari, maka setiap hari ada orang yang bertekad untuk bersumbangsih. Setiap hari selalu ada kisah yang menyentuh.

Sesungguhnya, para tunarungu tumbuh dewasa dalam kesendirian. Dahulu sumber informasi tak sebanyak sekarang. Orangtua tak mengerti bagaimana merawat anak seperti itu. Anak tersebut tumbuh tanpa perawatan khusus. ”Karenanya, ayah saya hanya bergantung pada dirinya sendiri. Saya rasa beliau tumbuh dewasa dalam kondisi seperti itu,” ujar anak relawan Huang Jinshan.

Relawan Huang Jinshan hidup dalam dunia tanpa suara. Ia tak dapat mendengar maupun berbicara. Lalu, bagaimana ia menyelami Dharma? Kita yang mampu mendengar pun kadang enggan mempelajari Dharma, sedangkan ia yang tak dapat mendengar, sangat sungguh-sungguh menyelami Dharma.

Bagaimana ia mendengar Dharma? Lewat matanya. Ia menggunakan mata hatinya sekaligus telinga batinnya. Ketika berada dalam perhatian penuh, ia akan dapat mendengar. Dengan telinga hatinya, ia dapat mendengar suara dunia dan gema Dharma yang suci tanpa noda. Ia tak akan mendengar gosip.


Ia mendengar suara Dharma yang suci dengan sungguh-sungguh, Jadi, ia sangat bersungguh-sungguh dan melakukan segala hal dengan sepenuh hati. Selain menerima telepon, ia dapat melakukan apa pun, termasuk melakukan daur ulang, menjadi relawan rumah sakit, mengemudi, dan lain-lain. Semuanya mampu ia lakukan. Dharma sungguh meresap ke dalam hatinya. Ia dapat membina keluarga yang bahagia. Mereka berkomunikasi dengan bahasa isyarat dan tanpa suara, sehingga tak pernah beradu mulut.
 
Mereka hidup dengan harmonis. Istrinya pun menggunakan bahasa isyarat. Karenanya, ia dan istrinya tak akan bertengkar. Tiap kali berkomunikasi dengan bahasa isyarat, wajah mereka selalu dipenuhi senyuman. Lihatlah, sikap mereka penuh kedamaian. Sungguh indah.

Selain itu, ada juga Relawan Lin Xuanda dari Taichung. Ia adalah seorang tunanetra. Karenanya, ia tak pernah melihat kekacauan yang terjadi di dunia, sehingga hatinya tetap murni. Setiap hari ia bersungguh-sungguh “menyaksikan” Da Ai TV. dan menyerap Dharma ke dalam hati. Bagaimana ia menyaksikannya? Ia melihat dengan telinga. Ia mendengarkan Dharma setiap hari. Baik program Sanubari Teduh maupun Lentera Kehidupan, selalu ia dengarkan.

Ia selalu sungguh-sungguh mendengarkan program-program Da Ai TV. Jadi, meski memiliki keterbatasan, pikiran mereka tetap berada dalam keselarasan sehingga dunia terasa sempurna. Meski dunia mereka tak mengenal suara atau tak memiliki warna, hal itu tidaklah penting. Yang terpenting adalah dunia batin yang murni. Mereka sangat giat dan bersemangat melatih diri serta senantiasa dipenuhi Dharma. Karenanya, mereka tetap merasakan keindahan dan keajaiban dunia.

Jadi, kita yang memiliki fisik yang sempurna, bolehkah tidak giat melatih diri? Kehidupan tidaklah kekal. Tiada yang tahu apakah kita masih dapat melihat hari esok. Bolehkah kita menunda-nunda hingga besok atau bahkan tahun depan? Kita tak tahu apa yang akan terjadi esok. Karenanya, kita harus memanfaatkan saat ini. Dengan demikian, barulah kita dapat mempelajari dan memahami kebenaran.

Jika tidak memanfaatkan saat ini, kita tak akan dapat melakukan atau mempelajari hal-hal yang kita inginkan. Jadi, kita harus memanfaatkan saat ini untuk mempelajari banyak hal. Saya berharap semua orang selalu bersungguh-sungguh.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan
Bekerja untuk hidup sangatlah menderita; hidup untuk bekerja amatlah menyenangkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -