Suara Kasih : Hati yang Penuh Syukur

 

Judul Asli:
Hati yang Penuh Rasa Syukur

Bencana di dunia berakar dari pikiran manusia
Meringankan penderitaan sesama dengan bantuan kemanusiaan
Mengembangkan kebenaran, ketulusan, keindahan, dan kebajikan
Menyucikan ladang batin dengan ajaran yang penuh kebajikan

“Waktu berlalu dengan cepat. Tidak terasa perjalanan saya berlangsung selama 15 hari. Lima belas hari ini terasa sangat singkat bagi saya. Namun, dalam 15 hari ini sungguh banyak yang saya rasakan. Perasaan terbesar yang saya rasakan adalah rasa syukur. Saya sungguh dipenuhi rasa syukur. Saya tak tahu dari mana harus mulai bercerita. Intinya, saya sungguh bersyukur.

Hari itu, ketika tiba di stasiun kereta Taipei saya bertanya-tanya mengapa banyak sekali insan Tzu Chi di sana. Mereka pun menjelaskan bahwa mereka sedang memandu pameran. Saya sangat terkejut karena stasiun kereta pun dapat menjadi tempat pameran. Untuk itu, kita sungguh harus berterima kasih kepada Taiwan Railways Administration yang mengizinkan kita mengadakan pameran di stasiun yang luas ini, tempat orang banyak berlalu-lalang, termasuk para wisatawan dari luar negeri.

Para insan Tzu Chi menjelaskan kepada para pengunjung tentang kegiatan Tzu Chi di berbagai penjuru dunia. Melalui pameran poster, mereka menjelaskan tentang negara-negara yang tertimpa bencana, dan cara insan Tzu Chi dari negara lain menyalurkan bantuan. Ini adalah karya kemanusiaan Tzu Chi di dunia internasional, namun insan Tzu Chi di Taiwan sungguh mengetahui semua detailnya. Meski tak berkunjung ke luar negeri, namun mereka dapat menjelaskannya.

Saya sungguh berterima kasih. Insan Tzu Chi berada di tengah masyarakat untuk membabarkan ajaran kebajikan. Inilah yang kini sangat kita perlukan. Bencana terus terjadi di dunia. Ketidakselarasan empat unsur alam disebabkan oleh pikiran manusia yang penuh ketamakan. Jadi, untuk menyelaraskan kembali empat unsur alam, harus dimulai dari pikiran manusia. Untuk itu, kita harus membabarkan ajaran baik di tengah masyarakat. Manusialah yang dapat membabarkan Dharma.
 

Kita melihat sekelompok Bodhisatwa memikul tanggung jawab besar di dunia ini. Di stasiun kereta yang ramai, mereka mengadakan pameran untuk mensosialisasikan pelestarian lingkungan, dan pentingnya bervegetarian. Demi meredam pemanasan global, kita harus sungguh-sungguh mengubah pola hidup. Para Bodhisatwa dunia sungguh penuh kebenaran, ketulusan, kebajikan, dan keindahan. Meski tak semua orang berwajah elok, mereka semua adalah Bodhisatwa. 

Bodhisatwa lansia yang beruban pun sangat menarik perhatian karena mereka berpakaian rapi, dan bersikap ramah ketika memberi penjelasan kepada pengunjung. Saya sungguh berterima kasih, terutama kepada Kepala Stasiun, Tuan Liu, yang telah tersentuh oleh insan Tzu Chi. Ketika saya turun dari kereta, ia berdiri di tengah kerumunan insan Tzu Chi, dan dengan antusias berkata bahwa ia yang akan memimpin jalan. Ia terus mendampingi saya sepanjang jalan. Ketika melihat poster tempat orang-orang berjanji untuk bervegetarian, ia pun turut menandatanganinya.

Lihatlah, ia sungguh antusias. Ia tak hanya merasa tersentuh, melainkan juga ikut berpartisipasi dengan tindakan nyata. Inilah harapan bagi masyarakat. Meski stasiun kereta sangat ramai, namun kita dapat melihat keindahan dari ketertiban para insan Tzu Chi. Mereka semua memiliki satu niat, yakni menyelaraskan kembali empat unsur alam dengan menyucikan hati manusia. Para insan Tzu Chi mendedikasikan dirinya dengan penuh kesungguhan hati. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Tentu saja tujuan perjalanan saya kali ini adalah demi insan Tzu Chi dari 30 negara yang kembali ke kampung halaman batin untuk mengikuti pelatihan. Saya sungguh berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di Taiwan yang telah mempersiapkan pelatihan dengan penuh kesungguhan hati untuk menyambut kepulangan saudara se-Dharma dari seluruh dunia.

Mereka merencanakan semuanya dengan teliti agar insan Tzu Chi yang pulang dari 30 negara dapat terlayani dengan baik dari segi kebutuhan sehari-hari, maupun kelas pelatihan yang mereka ikuti. Ini semua sungguh membuat orang merasakan sukacita dalam Dharma. Dengan jumlah peserta lebih dari 1.000 orang, mereka merencanakan alur masuk ruangan dengan sangat baik. Kabarnya, waktu untuk memasuki ruang makan tak lebih dari 5 menit.


Saya mendengar bahwa ketika hendak memasuki ruang makan, mereka menggunakan sembilan rute. Mereka menggunakan pintu yang berbeda-beda untuk memasuki ruang makan. Mereka sungguh bijaksana. Lihatlah, insan Tzu Chi merencanakan segala sesuatu dengan mendetail agar dapat menghemat waktu. Bila tidak, dengan peserta lebih dari 1.000 orang, memasuki ruangan secara bersamaan akan memakan banyak waktu.

Meski setiap hari menghadiri kelas yang padat dan harus saling berdiskusi, mereka semua masih sangat bersemangat. Ini sungguh tidak mudah. Karena itu, kita sungguh harus berterima kasih kepada para Bodhisatwa di Taiwan yang telah sungguh-sungguh membuat perencanaan untuk menyambut kepulangan saudara se-Dharma dari seluruh dunia.

Saat saya berkunjung ke wilayah selatan Taiwan, anggota komite di Xinzhu berkata bahwa mereka pun ikut menjadi ketua kelompok. Mereka merasa sangat tersentuh dan bersyukur. Ketika kembali ke Xinzhu, mereka terus menceritakan apa yang mereka lihat dan dengar kepada relawan lain. Ketika saya tiba di Tainan, insan Tzu Chi Tainan pun mengatakan hal serupa. Ketika tiba di Kaohsiung, relawan di sana pun mengatakan hal yang sama. Ketika tiba di Taichung, saya kembali mendengar cerita yang sama.

Sepulang dari pelatihan, mereka terus berbagi dengan para Bodhisatwa setempat. Mereka memiliki topik bahasan yang sama. Mereka mengira telah bekerja keras di sini, namun sesungguhnya relawan-relawan lain di negara tempat tinggal masing-masing pun bekerja keras mengatasi berbagai kesulitan demi mengembangkan misi Tzu Chi. Mereka merasa tersentuh sehingga berbagi hal ini kepada orang lain. Setelah mendengarnya, mereka menjadi lebih bersemangat. Mereka semua memiliki arah yang sama, yakni terpicu untuk lebih bersemangat.

Sungguh banyak hal yang patut disyukuri. Perjalanan 15 hari ini sungguh tidak cukup bagi saya karena banyak kisah yang harus saya dengar. Saya sungguh tersentuh mendengar dan melihat kisah para Bodhisatwa dalam berkontribusi di negara masing-masing. Sesungguhnya, saya ingin tinggal lebih lama di tempat-tempat yang saya kunjungi, namun waktu sungguh tak memungkinkan. Saya sungguh berterima kasih.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi / Foto: Da Ai TV Taiwan
 
 
 
Kehidupan masa lampau seseorang tidak perlu dipermasalahkan, yang terpenting adalah bagaimana ia menjalankan kehidupannya saat ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -