Suara Kasih: Hidup Sederhana
Judul Asli:
Hidup Sederhana Demi Membantu Sesama yang Menderita Badai topan kembali melanda Jepang | |||
”Tak pernah ada hujan selebat ini sebelumnya. Bukit ini runtuh sehingga mengakibatkan seluruh desa di bawah kaki bukit terkubur. Saya hanya bisa berharap keluarga saya yang hilang dapat selamat,” kata salah satu warga. Lihat, kekuatan alam sungguh besar. Lihatlah di Jepang. Sesungguhnya Badan Metereologi lokal melaporkan bahwa Topan Talas kali ini hanyalah topan berkekuatan rendah. Namun, topan tersebut mengakibatkan kerusakan parah di Jepang. Melihat itu, saya sungguh tak sampai hati. Meski Topan Talas telah meninggalkan Jepang, namun topan lain yakni Topan Kulap mulai terbentuk di atas Samudera Pasifik. Jika topan ini mengarah ke barat daya, ini akan menjadi ancaman bagi Taiwan. Sedangkan jika mengarah ke utara, Jepang akan kembali dilanda bencana. Saya sungguh khawatir setelah mendengar berita ini. Yang berada di Taiwan harus meningkatkan kewaspadaan kalian. Para Bodhisatwa sekalian, kita harus mawas diri dan berhati tulus dan senantiasa berhati-hati setiap saat. Kita dapat melihat banyak lahan, pegunungan, dan laut yang hancur akibat bencana alam. karena bumi kita tengah terluka. Melihat begitu banyak bencana yang terjadi, kita seharusnya sadar bahwa alam tengah mengirimkan sinyal darurat kepada kita. Kita dapat melihat sekarang, Tiga Bencana Besar dan Tiga Bencana Kecil tak hentinya terjadi di dunia ini. Contohnya Amerika. Sejak awal tahun ini, bencana di sana datang bertubi-tubi. Ada diantaranya badai salju, banjir, kebakaran hutan, gelombang panas, serta kekeringan. Dalam 6 bulan terakhir, Hingga Juni tahun ini, bencana alam yang terjadi di Amerika tercatat ada 98 kasus. Sungguh khawatir melihat semua ini. Untuk itu, kita harus berhati-hati dan senantiasa meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi bencana alam yang terjadi. | |||
| |||
Melihat begitu banyak orang yang tengah kelaparan di dunia ini, membuat saya merasa khawatir setiap hari. Seperti yang terjadi di Korea Utara. Tzu Chi tengah berencana menyalurkan bantuan kepada 200.000 keluarga di sana. Untuk setiap keluarga, kita akan memberikan bantuan beras yang dapat dimakan selama 2 bulan. Musim dingin akan segera tiba dan banyak tanaman pangan di sana yang mengalami gagal panen sehingga penderitaan warga makin berat. Mereka mengalami bencana kelaparan. Mendengar laporan insan Tzu Chi tentang situasi yang terjadi di sana, saya sungguh tak sampai hati. Kita dapat melihat di ibu kota Korea Utara memang terdapat banyak bangunan tinggi, namun di pedesaan, banyak orang yang kelaparan. Mereka mendapat bantuan makanan, namun setiap orang hanya dapat jatah 100 gram. Yang membuat saya lebih tak tega lagi adalah berita tentang seorang nenek 80 tahun yang harus bekerja karena bagi mereka yang tak bekerja jatah makanan mereka akan dihentikan. Ia bekerja untuk mendapatkan jatahnya. Nasi instan Tzu Chi satu porsinya adalah 80 gram. Satu mangkuk ini mungkin hanya bisa mencukupi kebutuhan makan 1 orang saja. Jika ada orang tua atau anggota keluarga yang sakit atau yang memiliki keterbatasan fisik, bagaimana mereka harus membagi jatah makanan tersebut? Bayangkanlah kelaparan yang mereka alami. Pemerintah memberikan sebidang lahan kepada setiap keluarga seluas 90 meter persegi untuk bercocok tanam. | |||
| |||
Kita tengah mempersiapkan bantuan ini dan memikirkan cara pengirimannya. Diperkirakan pertengahan Oktober baru dapat disalurkan kepada warga setempat. Beberapa hari lalu saya mengadakan rapat dengan tim bantuan untuk Korea juga relawan Wei yang kebetulan kembali ke Taiwan. Kami membicarakan cara pengiriman barang bantuan ini ke Korea dan keputusannya adalah paling cepat bulan Oktober baru bisa dikirim. Sungguh, sekilas dilihat, negara ini adalah negara yang makmur dengan gedung-gedung pencakar langit yang megah. Namun sebenarnya, ada banyak warganya yang hidup sangat memprihatinkan. Fasilitas medis di sana juga sangat terbatas. Saya terkadang merasa bahwa di Taiwan, orang sakit pun sangat penuh berkah karena dirawat dengan sangat baik dan fasilitas medis sangat canggih. Namun tidak demikian halnya di Korea Utara. Fasilitas medis setempat sangat minim. Para Bodhisatwa sekalian, penderitaan di dunia ini sungguh banyak dan kita tak tega melihatnya. Jika kita tak bisa menginjakkan kaki di tempat itu, mereka tak bisa segera bergerak? Saya berharap setiap orang dapat membuka hati serta mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan. Lakukanlah hal yang benar dan hindarilah hal yang salah. Singkat kata, kita harus menyadari bahwa banyak orang di dunia yang menderita akibat bencana, terutama bencana akibat ketidakselarasan unsur alam. Bumi sangatlah rentan dan ketidakkekalan dapat datang kapan pun. Kita sungguh harus meningkatkan kewaspadaan. Dalam keseharian, kita harus bertindak dengan penuh kewaspadaan. Kendalikanlah nafsu keinginan. Lenyapkanlah ketamakan, kebencian, dan kebodohan serta hilangkanlah kesombongan. Kita harus mensyukuri dan menghargai berkah. Jika orang lain harus kenyang 100 persen, kita cukup kenyang 80 persen saja. Sisanya 20 persen dapat kita berikan pada orang-orang yang membutuhkan. Inilah yang sering saya imbau belakangan ini. Terima kasih. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia. | |||