Suara Kasih: Jalan Cinta Kasih


 

Judul Asli:

Membentangkan Jalan dengan Cinta Kasih

Giat menapaki Jalan kebenaran di tengah kesulitan
Membentangkan jalan dengan cinta kasih di tengah banyaknya rintangan
Menciptakan keharmonisan dalam hubungan antarmanusia dan segala hal
Akar kebijaksanaan tertanam dalam di Jalan Bodhisatwa

Saya sungguh berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi Taiwan. Tak peduli kapan mereka bergabung dengan Tzu Chi, hingga sekarang, setiap orang selalu melangkah dengan satu hati tanpa tergoyahkan sedikit pun. Dengan kesatuan hati dan tekad, mereka selalu menaburkan benih cinta kasih hingga semakin jauh dan meluas. Jadi, saya sangat berterima kasih kepada para Bodhisatwa di Taiwan. Tanpa mereka, tidak ada saya yang hari ini. Karena itu, saya selalu diliputi rasa syukur. Selain berterima kasih kepada mereka, kepada insan Tzu Chi luar negeri. Meksi berada jauh dari saya, kalian tetap membawa benih Tzu Chi dan hati saya ke negara kalian masing-masing. Inilah yang sangat saya syukuri. Selain itu, kalian harus lebih bekerja keras dibanding insan Tzu Chi di Taiwan. Kondisi kalian tak semudah insan Tzu Chi Taiwan. Pertama, karena di Taiwan ada saya. Saya bisa menjadi sandaran  bagi insan Tzu Chi di sini. Akan tetapi, yang terpenting adalah mereka sangat dekat dengan Dharma. Di Taiwan, selain ada saya, badan-badan Empat Misi Tzu Chi juga telah lengkap dibangun. Setiap orang menggunakan cinta kasih untuk menggalang dana dan bersumbangsih.

Berkat himpunan tetes demi tetes sumbangsih ini, dengan cepat  badan-badan Empat Misi Tzu Chi  dapat kita lihat di Taiwan. Akan tetapi, kalian yang di luar negeri, apa yang bisa kalian perlihatkan kepada warga setempat? Tentu kalian harus mengingat masa-masa awal saat saya mendirikan Tzu Chi. Tzu Chi didirikan di tengah masa-masa yang sulit dengan perjalanan yang penuh rintangan. Bagaimana menjadikan jalan itu rata? Kita harus membentangkan jalan dengan cinta kasih. Selama lebih dari 40 tahun, Tzu Chi terus membentangkan jalan  dengan cinta kasih. Inilah arah Tzu Chi yang tidak berubah selama lebih dari 40 tahun, yaitu membentangkan jalan dengan cinta kasih. Cinta kasih ini harus penuh dengan kelembutan. Kita harus benar-benar melapangkan hati.

Saya tahu bahwa untuk mengemban misi Tzu Chi  dan menggalang Bodhisatwa di luar negeri bukanlah hal yang mudah. Selain itu, ke mana pun melangkah, Selain itu, di negara masing-masing, kalian harus memiliki cara yang sesuai dalam bersumbangsih. Di beberapa negara, insan Tzu Chi sangat sedikit. Dengan sedikitnya relawan, kekuatan pun terbatas. Karena itu, untuk mengerahkan kekuatan sungguh bukanlah hal yang mudah. Terlebih lagi, setiap orang memiliki pola pikir dan metode yang berbeda-beda. Pemikiran dan cara kerja setiap orang sulit terhindar dari perbedaan.

Di tengah perbedaan ini, adakalanya tutur kata dan tindakan kita mungkin membuat orang lain tidak senang. Akibatnya,  orang lain mungkin tidak puas  dengan apa yang kita lakukan, dan kita juga tidak puas dengan pekerjaan orang lain. Jika setiap orang merasa tidak puas terhadap satu sama lain, maka gesekan pun sulit dihindari. Jika demikian, apakah berarti kita harus mengucapkan selamat tinggal kepada Tzu Chi? Jika begini, apakah Tzu Chi bisa berlanjut? Tentu saja tidak.

Kita harus belajar untuk bersikap lembut dan penuh cinta kasih terhadap sesama. Inilah yang terus saya lakukan sejak lebih dari 40 tahun lalu, saat pertama kali mendirikan Tzu Chi. Jika tidak, apakah Tzu Chi bisa bertahan hingga sekarang? Kini, insan Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia. Benih bodhi di seluruh dunia telah bertumbuh menjadi pohon besar. Demikian pula dengan insan Tzu Chi di Taiwan. Adakalanya, saya juga mendapat kritikan. Tak peduli saat mendengarkan dan menemui masalah apa pun, saya pun segera terpikir bahwa dahulu Buddha juga menghadapi kesulitan  yang lebih dibanding saya. Tentu saja saya tak bisa dibandingkan dengan Buddha. Akan tetapi, setiap menemui kesulitan apa pun, saya selalu meningatkan diri sendiri bahwa dahulu Buddha juga pernah mengalaminya.

Pada zaman Buddha dahulu, ada sebagian orang yang menentang  perkumpulan Sangha yang dibentuk Buddha. Untuk menghancurkan perkumpulan Sangha yang dibentuk Buddha, mereka menghasut orang untuk tidak memberikan persembahan kepada Sangha. Ada pula ajaran lain  yang demi menghancurkan perkumpulan Sangha yang dibentuk Buddha, memfitnah pengikut Buddha. Dalam Sutra, banyak kisah seperti itu. Jadi, setiap kali bertemu, mendengar, melihat, dan merasakan berbagai masalah, saya selalu berkata pada diri sendiri bahwa saya sangat bersyukur. Bodhisatwa sekalian,  kalian tidak hanya berada jauh dari saya. Terlebih lagi, meski banyak dari kalian belum pernah bertemu dengan saya sebelumnya, kalian tetap bersedia bersumbangsih. Setelah mendengar penjelasan dari insan Tzu Chi Taiwan, menyaksikan Da Ai TV, ataupun membaca buku-buku Tzu Chi, banyak orang mulai terinspirasi  dan bertekad menjadi relawan Tzu Chi. Untuk itu, saya sangat berterima kasih.

Beginilah kondisi Tzu Chi sekarang. Dahulu, kondisinya lebih sulit. Di dunia ini, jika segala sesuatu berjalan lancar, maka tiada kisah yang inspiratif. Kita harus melalui jalan yang penuh rintangan, barulah bisa memiliki kenangan yang bermakna. Jika segalanya berjalan lancar, maka tiada yang disebut pelatihan diri. Jika segalanya terlalu mudah, maka tidak dapat disebut Jalan Bodhisatwa. Jadi, kita harus sadar. Bodhisatwa sekalian, saya berharap setiap orang  yang berada di tempat yang jauh dapat memiliki tekad yang teguh  di Jalan Bodhisatwa yang telah kita pilih ini. Yang terpenting adalah  kita harus yakin dengan ajaran Jing Si dan mazhab Tzu Chi yang kita anut. Kita harus memegang teguh semangat melayani umat manusia.

Tidaklah mudah untuk terlahir sebagai manusia. Kita harus melapangkan hati dan membentangkan jalan dengan cinta kasih untuk ditapaki oleh diri sendiri dan orang lain. Inilah nilai sesungguhnya dari kehidupan kita.

Pada kepulangan kalian kali ini, saya tidak berbagi Dharma yang dalam dan berada di luar jangkauan nalar. Yang saya bagikan dengan kalian semua adalah bagaimana menciptakan keharmonisan dalam hubungan antarmanusia dan dalam menyelesaikan masalah hingga sejalan dengan prinsip kebenaran. Jadi, bagaimana menapaki Jalan Bodhisatwa dunia ini? Kita harus membentangkan jalan dengan cinta kasih. Selama lebih dari 40 tahun, saya selalu membentangkan jalan  dengan cinta kasih Jalan yang dahulu penuh rintangan ini, kini telah menjadi sangat rata. Dalam interaksi antarmanusia, sulit dihindari terjadinya banyak hal  yang tidak sesuai dengan keinginan kita.

Saya berharap setiap orang dapat berhati lapang dan berpikiran murni. Terhadap hal yang tidak sesuai dengan keinginan, kita harus bersikap penuh pengertian dan berlapang dada. Dengan begitu, selamanya kita akan memiliki kesatuan hati yang murni bagaikan bola kristal, selamanya kita akan tumbuh bersama bagai hutan bodhi yang tumbuh dari satu akar, selamanya kita akan dapat bersatu hati menggarap ladang berkah, dan selamanya akar kebijaksanaan kita akan tertanam dalam di Jalan Bodhisatwa. Baiklah. Ini bukan hanya untuk dilafalkan. Akar kebijaksanaan harus benar-benar tertanam di dalam hati dan semakin kokoh di Jalan Bodhisatwa. Dengan akan kebijaksanaan ini, kita membentangkan jalan bodhi yang lapang. (Diterjemahkan Oleh: Laurencia Lou)

Orang yang selalu bersumbangsih akan senantiasa diliputi sukacita. Orang yang selalu bersyukur akan senantiasa dilimpahi berkah.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -