Suara Kasih : Jalinan Jodoh Membantu Sesama
Judul Asli:
Pentingnya Menolong dan Membimbing Sesama
Benih cinta kasih telah berkembang
Penyaluran bantuan yang cepat akan meringankan beban korban bencana
Matangnya jalinan jodoh bergantung pada manusia, tempat, dan kejadian
Bergotong royong untuk bersumbangsih dengan tulus
“Dulu, ketika mendengar tentang Tzu Chi saya selalu memaki. Itu yang dulu saya lakukan. Saya mendengar orang berkata, ‘Untuk bergabung dengan Tzu Chi harus menyumbang 1 juta dolar NT (sekitar 300 juta rupiah –red).’ Dengan sangat marah saya berkata pada anak saya yang menjadi relawan Tzu Chi, ‘Kamu punya uang satu juta untuk Tzu Chi, tetapi tak punya uang untuk membantu saya! Alhasil, kami pun bertengkar bagai musuh. Saya bahkan menelepon hanya untuk memakinya. Sekarang saya sungguh menyesal. Jika teringat sikap saya dulu, saya selalu berpikir. ‘Mengapa saya begitu bodoh, menciptakan karma buruk ucapan dengan memaki?’ Menakutkan sekali.” (Relawan daur ulang Tzu Chi.
“Ada sampah daur ulang? Ada sampah daur ulang?” begitulah kini aktivitas relawan tadi. “Kini saya melakukan pelestarian lingkungan sekaligus pelestarian batin. Ketika orang-orang mengeluh kepada saya, saya akan menasihati mereka untuk berpikir lebih terbuka. Begini saya biasa berkata, ‘Kalau kamu tak melakukan apa-apa, akan sama seperti saya dulu, berpikiran yang tidak-tidak. Jadi, ayo, ikut melakukan daur ulang. Dengan begitu, kamu takkan sempat berpikir yang tidak-tidak.’,” katanya dengan hati ringan.
Kini, ketika ada yang mengeluh tentang menantunya, dia akan berkata, “Dulu saya juga begitu. Selalu menganggapnya tidak baik tanpa berintrospeksi terhadap diri sendiri. Bagaimana sikapmu terhadap menantumu, begitu pulalah sikapnya terhadapmu.” Dan ketika orang lain bercerita tentang menantu mereka, dia akan menjawab, “Ia khusus datang sebagai Bodhisattva yang mengujimu, jadi jangan sampai kamu tidak lulus.” Relawan ini juga terus bercerita, “Saya sangat bersyukur. Beruntung kami bergabung di Tzu Chi. Jika saya tidak bergabung di Tzu Chi, mungkin kami masih terus berperang, dan suami sayalah yang paling kasihan.”
Untuk menciptakan masyarakat yang damai, harus dimulai dari hati setiap manusia. Ketika hati setiap orang tersucikan, keluarga akan harmonis. Ketika setiap keluarga harmonis, bukankah masyarakat akan damai? Inilah yang diusahakan semua relawan Tzu Chi. Ketulusan dan welas asih yang Anda miliki dapat membuat Anda melangkah dengan mantap dalam mempraktikkan berbagai cara untuk menyelamatkan dan membimbing orang lain.
Begitu pula yang dilakukan, relawan Tzu Chi Amerika Serikat yang terus bersumbangsih di Haiti secara bergantian hingga tim ke-9. Ketika tim pertama sampai di sana, mereka mengalami banyak kesulitan. Namun, kini relawan Tzu Chi telah dapat berinteraksi dengan warga dan menenangkan batin mereka.
Warga setempat yang menerima bantuan Tzu Chi sangat berterima kasih. Pikiran mereka pun tak lagi bergejolak risau. Terlebih lagi saat pembagian bantuan, relawan Tzu Chi menunjukkan sikap yang penuh hormat. Tentu saja, para penerima sangat berterima kasih dan bersyukur. Rasa hormat dan syukur di antara mereka ini didasari oleh satu kata, yaitu “cinta kasih”. Jadi, cinta kasih ini dapat menenangkan batin manusia sehingga mereka bersedia bersumbangsih dengan hormat.
Hal ini sungguh membuat orang tersentuh. Ini semua tentu membutuhkan waktu. Relawan Tzu Chi mendampingi warga dengan penuh welas asih, bijaksana, teguh, dan sabar. Mereka bersumbangsih dengan cinta yang tulus. Karenanya, dalam menyalurkan bantuan, barang bukan diberikan dengan dilempar, melainkan dengan hormat dan penuh cinta kasih sehingga batin warga pun terhibur.
Dalam baksos pengobatan, ada seorang bayi prematur. Bayi dan ibunya berkondisi lemah. Dengan peralatan medis yang terbatas, tentu sulit untuk memulihkan mereka. Karenanya, tim medis memberi rujukan ke rumah sakit besar. Inilah kesungguhan relawan Tzu Chi AS dalam bersumbangsih di Haiti. Mereka maju selangkah demi selangkah meski menghadapi banyak kesulitan dalam lebih dari dua bulan ini. Di Chile kondisinya berbeda. Penyaluran bantuan di sana sangat cepat. Gempa di Chile yang berkekuatan 8,8 skala Richter tentu sangat mengejutkan banyak orang. Beberapa hari pascagempa, kita sangat cemas dan terus mencari orang yang bisa dihubungi karena tak ada relawan lokal di sana. Jalinan jodoh memang sungguh luar biasa.
Ketika jalinan jodoh ini matang, relawan Tzu Chi berhasil menghubungi beberapa pengusaha Taiwan serta seorang wanita yang sudah menikah dan pindah ke Chile. Ada pula seorang donatur Tzu Chi yang pernah bekerja di Hualien, Taiwan lebih dari 30 tahun lalu. Ia juga telah pindah ke Chile. Selain itu, ada seorang kerabat relawan Tzu Chi Paraguay, Dokter Yang, yang tinggal di Chile sejak kecil dan telah menjadi dokter di sana. Karena memiliki koneksi yang baik di Chile, ia membuka jalan bagi relawan Tzu Chi dan memperkenalkan mereka kepada seorang Walikota. Tak disangka, sehari kemudian, Walikota yang hendak ditemui relawan Tzu Chi ini diangkat menjadi Gubernur.
Ini adalah jalinan jodoh yang istimewa. Relawan Tzu Chi menceritakan bagaimana penyaluran bantuan yang dilakukan Tzu Chi di Haiti. Gubernur ini pun merasa tersentuh dan segera menginstruksikan stafnya untuk membawa relawan Tzu Chi ke lokasi bencana Chile. Beliau pun mendampingi relawan Tzu Chi meninjau lokasi bencana.
Kini kita mulai bersiap-siap untuk segera mengadakan pembagian bantuan. Karena relawan Tzu Chi akan membeli barang yang akan dibagikan di sana, mereka pun meminta bantuan pemerintah untuk mengusahakan pembebasan pajak. Selain itu, karena wilayah Chile yang membujur panjang ribuan kilometer, biaya transportasi tentu sangat tinggi. Relawan Tzu Chi juga meminta bantuan pemerintah dalam hal transportasi, dengan harapan warga dapat lebih cepat menerima bantuan. Keesokan harinya, pemerintah pun setuju. Saya merasa pemerintah Chile sungguh bijaksana. Mereka percaya dan yakin terhadap Tzu Chi sehingga merespon dengan cepat dan siap bekerja sama. Kepercayaan dan dukungan ini sungguh membuat orang tersentuh.
Saya juga melihat Da Ai TV melaporkan bahwa para pemuka agama dan warga setempat secara resmi menamakan gereja di sana “Gereja Cinta Kasih Bunun”. Inilah hasil sumbangsih relawan Tzu Chi yang ke arah dalam melatih ketulusan, kebenaran, keyakinan, kejujuran dan ke arah luar mempraktikkan cinta kasih, welas asih, sukacita, keseimbangan batin. Bukan hanya di Taiwan, melainkan di seluruh dunia.
Di mana pun berada, relawan Tzu Chi mengerahkan segenap pikiran dan tenaga. Contohnya, di Paraguay. Kemarin, setelah mendengar saya berkata bahwa relawan Tzu Chi Paraguay dan Brasil dapat turut membantu penyaluran bantuan di Chile, berselang beberapa hari mereka pun berkumpul di Chile untuk membimbing para relawan baru. Mereka semua bersama-sama bersumbangsih. Inilah cara untuk menumbuhkan satu demi satu benih cinta kasih menjadi pohon yang rindang.
Dulu tak ada relawan Tzu Chi di Cile. Kini, benih-benih baru mulai tumbuh dalam waktu yang cukup singkat. Relawan Tzu Chi mengadakan pertemuan bagi relawan baru setiap malam. Siang harinya, mereka pergi ke daerah bencana. Mereka pun dibagi ke dalam beberapa kelompok, ada yang bertugas membeli barang bantuan, mengadakan komunikasi, atau meninjau lokasi bencana. Ini terjadi berkat matangnya jalinan jodoh baik dari segi manusia, tempat, dan kejadian. Inilah sebab dan kondisi yang saling mendukung. Di Chile, relawan Tzu Chi juga sangat bersatu hati dan bergotong royong dalam bersumbangsih.
Ini terjadi berkat matangnya jalinan jodoh baik dari segi manusia, tempat, dan kejadian. Inilah sebab dan kondisi yang saling mendukung. Di Chile, relawan Tzu Chi juga sangat bersatu hati dan bergotong royong dalam bersumbangsih.
Benih cinta kasih telah berkembang
Penyaluran bantuan yang cepat akan meringankan beban korban bencana
Matangnya jalinan jodoh bergantung pada manusia, tempat, dan kejadian
Bergotong royong untuk bersumbangsih dengan tulus
Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan