Suara Kasih : Kebajikan yang Sesungguhnya

 

Judul Asli:

Pahala Kebajikan yang Sesungguhnya
 

Peresmian perumahan dan gedung sekolah di Sichuan
Menyalurkan bantuan makanan serta benih untuk bercocok tanam
Bersumbangsih tanpa mengharapkan pamrih
Menginspirasi orang lain sehingga timbul harapan baru

 

Kita dapat melihat suasana penuh sukacita dan harapan. Inilah peresmian perumahan yang dibangun Tzu Chi di Desa Guangming, Sichuan. Tzu Chi membangun 91 unit rumah dengan tembok putih dan genting merah. Warna yang sangat terang. Namun, karena kabut sangat tebal, gentingnya terlihat samar-samar. Di tengah kabut, kita dapat melihat pepohonan hijau mengelilingi perumahan. Pemandangan yang terlihat samar-samar itu bagaikan sebuah lukisan. Sungguh indah.

Kita telah menyerahkan rumah-rumah tersebut kepada warga setempat beserta dengan sertifikatnya. Mereka sangat gembira ketika menerimanya. Saya mendengar salah satu warga berkata bahwa, dulu demi mencari nafkah ia harus bekerja di tempat yang jauh dari Desa Guangming. Ia hanya dapat kembali ke rumah setahun sekali. Namun, kini tak lagi demikian. Setelah memiliki rumah, ia mulai mencari pekerjaan di Chengdu yang lebih dekat dengan tempat tinggalnya. Ia berkata bahwa kini paling sedikit ia dapat pulang ke rumah sebulan sekali untuk melihat orang tua, istri, dan anaknya.

Ia berkata bahwa setelah memiliki rumah segalanya pun berubah. Kini tujuan utamanya adalah menabung lebih banyak uang agar dapat memberikan masa depan yang lebih baik bagi anaknya. Tak peduli selelah apa pun, dirinya tidak keberatan. Yang terpenting adalah anaknya. Jika anaknya berkesempatan untuk mengenyam pendidikan yang lebih baik, maka bekal tersebuti akan sangat bermanfaat dalam pekerjaannya. Hal ini tak akan mungkin terlaksana jika dia meminjam uang untuk membeli rumah. Rumah ini telah mengubah segalanya.

Saya ingat pada saat merencanakan pembangunan perumahan ini, saya mengajukan satu permintaan kepada arsitek. Saya berkata kepadanya bahwa kita harus membangun tempat tinggal yang dapat membuat warga rindu pulang ke rumah. Dengan memiliki lingkungan tempat tinggal yang baik, mereka tak hanya akan sering pulang ke rumah, malah akan mengundang rekan kerja maupun teman-temannya untuk berkunjung ke rumahnya.

 

Selain itu, mereka dapat lebih sering pulang untuk melihat orang tua, istri, dan anak-anaknya. Mereka akan sering pulang untuk merasakan kehangatan keluarga. Inilah harapan saya saat membangun perumahan di Guangming. Tadinya, rumah-rumah di sini sangat tua dan telah berusia lebih dari seratus tahun.

Rumah yang dibangun dari batu bata tidak anti gempa sehingga roboh semuanya. Banyak warga setempat yang hidup dalam kondisi minim. Kaum muda harus bekerja di luar kota yang sangat jauh dari kampung halaman sehingga para orang tua merasa kesepian. Kehidupan mereka sungguh sulit.

Namun kini, kaum muda menjadi lebih sering pulang ke rumah. Istri dan anak-anak pun dapat tinggal di rumah bersama dengan orang tua tanpa harus ikut merantau. Kemarin, kita mendengar kisah sebuah keluarga. Karena kondisi ekonomi yang minim, ia mengajak istri dan anaknya meninggalkan kampung halaman. Putranya yang berusia 12 tahun sangat memiliki pengertian. Ia paham kerja keras orang tuanya adalah demi memberinya pendidikan. Dengan bekal pendidikan, barulah mereka dapat bebas dari kemiskinan. Karena itu, ia sangat giat belajar.

Orang tuanya pun berkata bahwa demi anaknya, mereka rela bekerja keras. Namun, hasil berjualan di pinggir jalan tidaklah banyak. Mereka yang jauh dari kampung halaman sungguh harus bekerja keras. Warga yang kini memiliki rumah baru dapat bekerja di sekitar tempat tinggal dan dapat setiap hari pulang ke rumah yang penuh kehangatan. Singkat kata, kekuatan cinta kasih dan kontribusi setiap orang dapat memberi banyak manfaat bagi orang-orang di seluruh dunia.

Kita juga melihat media massa setempat yang melaporkan tentang peresmian 13 gedung sekolah dan sebuah perumahan yang dibangun oleh Tzu Chi di desa Guangming. Ini sungguh hal yang luar biasa. Dua hal inilah yang menjadi berita utama di media massa setempat. Salah satu berita melaporkan bahwa insan Tzu Chi menempuh jarak yang jauh demi mencurahkan cinta kasih kepada warga Guangming. Dengan adanya cinta kasih, maka akan ada harapan. Inilah laporan berita setempat.

Dikatakan juga bahwa misi pelestarian lingkungan Tzu Chi telah berakar di Sichuan. Hal ini juga menjadi berita utama di media massa setempat. Salah seorang reporter berkata bahwa saat membuat laporan ini, ia belajar banyak kosakata pelestarian lingkungan Tzu Chi. Sampah diubah menjadi emas, emas menjadi cinta kasih, dan cinta kasih menjadi aliran jernih yang mengalir ke seluruh dunia.

Reporter itu pun berkata, “Kami semua telah menghafalnya. Seluruh warga setempat pun hafal dengan kalimat ini. Sebagai reporter, saya berharap kami dapat membuat lebih banyak orang tahu bahwa Tzu Chi telah melakukan banyak hal bagi warga di Luoshui. Saya berharap selain warga Shifang, warga Deyang juga dapat mewarisi semangat Tzu Chi dalam menyebarkan cinta kasih.”

Kita sungguh gembira mendengarnya. Kita sungguh bersumbangsih tanpa mengharapkan pamrih. Asalkan orang-orang dapat terinspirasi dan mereka bekerja sama dengan penuh cinta kasih demi menolong orang yang membutuhkan, itu sudah merupakan balasan bagi kita. Saya berharap insan Tzu Chi tak mengejar pahala kebajikan. Jika kita tak mengejar pahala, maka kita akan senantiasa menerima buah dari kebajikan itu. Bukankah hari ini kita telah menerima pahala kebajikan? Bukankah hasil yang kita lihat merupakan pahala kebajikan yang paling nyata?

Mari kita lihat di Lesotho. Kehidupan warga setempat sangat minim. Pada awal tahun ini, Tzu Chi menyalurkan bantuan makanan bagi warga setempat. Kita juga memberikan benih jagung dan mengajar warga cara bercocok tanam. Hasil panen tahun ini sangat bagus. Setiap orang sangat gembira dan menyumbangkan hasil panennya untuk menolong orang lain yang lebih membutuhkan.

"Insan Tzu Chi datang membantu kami. Sekarang kami membantu mereka. Selanjutnya, mereka akan membantu orang lain yang lebih membutuhkan. Meski kehidupan mereka sangat minim, namun kita telah memberikan dan menanamkan benih cinta kasih di dalam hati mereka. Setelah panen, mereka menyumbangkan hasilnya sebagai balas budi terhadap Tzu Chi," kata salah seorang relawan Tzu Chi setempat.

Pahala yang sesungguhnya diperoleh lewat persembahan kepada para Buddha di masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dan para Buddha ini sesungguhnya berada di dalam hati kita. Kita harus membantu orang lain karena semua makhluk memiliki hakikat kebuddhaan. Inilah persembahan yang sesungguhnya, yang didasari keyakinan dan pikiran benar tanpa adanya penyimpangan.

Kita harus bekerja sama untuk menolong orang yang membutuhkan. Meski berada jauh dari Lesotho, kita dapat melihat dan merasakan kebajikan yang mereka lakukan. Ini berarti kini kita telah turut menerima pelimpahan jasa dari mereka. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -