Suara Kasih : Kedamaian Menciptakan Berkah

Judul Asli: Kedamaian Masyarakat sebagai Cara Menciptakan Berkah


Menjalankan kewajiban dengan baik
demi menciptakan keharmonisan masyarakat
Saling mengasihi, hidup harmonis
dan senantiasa tahu berpuas diri
Mendampingi korban bencana menghadapi kesulitan
Berkah harus diciptakan sendiri,
dimulai dari menciptakan kedamaian


Hati yang diliputi kedamaian adalah berkah. Thailand mulanya adalah negara yang damai dan penuh dengan nilai-nilai ajaran Buddha. Namun, beberapa dekade terakhir, terus terjadi gejolak dalam masyarakat seperti yang dapat kita lihat sekarang ini. Dulu perdana menteri Thailand menyadari bahwa pikiran masyarakat di sana tidak dapat tenang. Moralitas pun terus merosot. Karenanya, pemerintah Thailand sangat menaruh perhatian terhadap masalah moralitas ini dan mengutus berbagai tim untuk belajar dari luar negeri. Tim ini menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mengadakan studi banding ke luar negeri dan melihat kelebihan-kelebihan yang ada serta keadaan moralitas di sana. Mereka mengadakan studi yang mendalam.

Satu tim juga berkunjung ke Taiwan dan menemukan bahwa dalam masyarakat Taiwan ada sekelompok relawan yang mendorong semua orang untuk mengembangkan kebajikan dan cinta kasih. Lewat studi di masyarakat dan pendidikan, mereka menemukan Tzu Chi. Mereka kemudian mulai menggunakan waktu yang panjang untuk mempelajari Empat Misi dan Delapan Jejak Langkah Tzu Chi. Kemudian, pemerintah Thailand secara resmi mendirikan Pusat Pengembangan Moral dan Etika dan bermaksud untuk belajar dari Tzu Chi serta menerapkan cara-cara Tzu Chi baik dalam kegiatan amal, pengobatan, pendidikan, dan budaya kemanusiaan yang akan ditanamkan kepada siswa sekolah. Saya merasa bahwa cara pemerintah dalam mengembangkan kebajikan ini patut diacungi jempol. Mereka memiliki niat untuk menyucikan dan menenangkan hati warga.

Sayangnya, beberapa tahun belakangan ini timbul banyak gejolak di Thailand. Kelompok Kaus Merah mengepung kediaman Perdana Menteri Thailand dan terus mengadakan demonstrasi. Gejolak dalam masyarakat ini membawa dampak bagi perekonomian Thailand. Banyak wisatawan yang membatalkan kunjungan mereka ke sana karena alasan keamanan. Banyak orang yang membatalkan perjalanan merek, baik untuk urusan bisnis maupun pariwisata. Karenanya, perekonomian Thailand pun terkena dampaknya.


Beberapa waktu lalu, Kelompok Kaus Merah menyiramkan darah ke kediaman Perdana Menteri Thailand. Mereka mengajak orang-orang menyumbangkan darah untuk disiramkan di kediaman Perdana Menteri. Hal ini sungguh menyedihkan. Mengapa orang-orang harus saling bertikai? Ketika masyarakat tidak harmonis, perekonomian akan turut terpengaruh. Segala bidang usaha turut mengalami kerugian. Sesungguhnya, jika orang-orang dapat menyadari berkah, berpuas diri, dan penuh rasa syukur, masyarakat akan menjadi damai. Masyarakat yang damai adalah berkah. Jika masyarakat tidak harmonis, rakyat akan menderita. Jadi, kita hendaknya berdoa semoga masyarakat senantiasa harmonis karena keharmonisan ini merupakan berkah.


Keharmonisan juga harus terjalin antara pemerintah dan rakyat. Pemerintah harus bertindak lurus dan rakyat harus hidup damai. Dengan demikian, negara akan makmur dan rakyat tenteram. Mengapa pikiran harus kehilangan kendali sehingga menyebabkan gejolak di masyarakat? Bukan hanya menimbulkan gejolak, melainkan juga karma buruk kolektif. Sungguh suatu hal yang menakutkan.  


Karenanya, setiap orang harus bertanggung jawab untuk menjaga baik-baik pikirannya sendiri. Jika setiap orang dapat menjaga pikiran, barulah masyarakat akan damai. Janganlah berpikir, “Hanya kurang saya satu orang saja; Saya hanya berpendapat dan hanya mengatakannya kepada satu orang; Saya hanya menyarankan; Saya hanya berbuat hal kecil.”


Sebuah pemikiran yang menyimpang dapat membawa pengaruh besar. Satu tindakan yang tidak benar akan merusak keselarasan. Jadi, hati harus tenang dan teguh. Dengan demikian, kita takkan membawa kekacauan bagi masyarakat. Keteguhan dan ketenangan hati sangat penting. Contohnya welas asih dan kebijaksanaan insan Tzu Chi yang datang ke daerah bencana untuk menenangkan hati korban dan mendampingi mereka menghadapi kesulitan. Beberapa hari lalu saya mendengar bahwa insan Tzu Chi AS terus berinteraksi para suster Katolik di Haiti. Para suster ini sangat percaya kepada insan Tzu Chi. Salah seorang suster pun berkata bahwa ia percaya insan Tzu Chi akan membantu mereka. Insan Tzu Chi di Haiti sungguh bekerja keras. Meskipun demikian, mereka diliputi rasa sukacita dan tetap memanfaatkan waktu untuk bersumbangsih. Di daerah bencana, insan Tzu Chi berusaha keras untuk menenangkan batin warga agar kehidupannya segera pulih kembali. Sebaliknya, di daerah yang jauh dari bencana, manusia justru membuat kekacauan.

Dengan melihat dua hal ini, kita tahu bahwa manusia tak menyadari berkah dan tak mengenal rasa puas. Karenanya, meski jauh dari bencana, mereka membuat banyak kekacauan. Inilah yang selalu saya khawatirkan. Ketika pikiran manusia tidak tenang, masyarakat sulit untuk harmonis dan negara sulit mencapai kedamaian.

Ini merupakan bencana bagi rakyat. Kita harus sungguh-sungguh mengingatkan diri, menaati peraturan, dan menjalankan kewajiban dengan baik. Kita harus menghargai berkah yang dimiliki dan selalu bersyukur atas jasa masyarakat terhadap kehidupan kita. Jangan berpikir bahwa asalkan memiliki uang, kita dapat membeli segala yang kita butuhkan. Belum tentu. Ketika masyarakat harmonis, barulah rakyat dapat hidup sejahtera. Ketika masyarakat harmonis, barulah produksi barang kebutuhan akan lancar. Ini adalah hal yang patut disyukuri. Sebagai rasa syukur terhadap masyarakat, kita hendaknya menyayangi dan mengendalikan diri sendiri. Jika semua orang berinteraksi dengan harmonis, barulah masyarakat akan memiliki berkah. Akhir kata, berkah harus diciptakan sendiri. Saya berharap semua orang lebih bersungguh-sungguh.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan

Berbicaralah secukupnya sesuai dengan apa yang perlu disampaikan. Bila ditambah atau dikurangi, semuanya tidak bermanfaat.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -