Suara Kasih: Keharmonisan Beragama

Judul Asli:

 

  Keharmonisan Antar Umat Beragama

 

Menyadari kebenaran dan bersumbangsih dengan tulus
Bersemangat membina batin setelah memperoleh sandaran
Hidup harmonis antarumat beragama
Batin yang bebas bencana mendatangkan keharmonisan bagi dunia

“Setelah tanggul dari kantong pasir jebol, air terus masuk ke dalam rumah. Kami tidak sempat memindahkan peralatan rumah. Semua barang di lantai dasar terendam air. Sekarang kami pindah ke lantai dua agar lebih aman. Kami tidak sempat memindahkan barang. Kulkas kami rusak. Lemari pakaian kami juga terendam air dan tak bisa dibawa ke atas,” kata salah seorang warga.

Lihatlah Thailand. Untuk penyaluran bantuan kali ini,  insan Tzu Chi di Thailand telah bekerja keras. Dalam jangka panjang ini mereka dikerahkan untuk mendistribusikan bantuan. Selain itu, mereka juga telah bergerak hingga ke daerah yang terkena banjir. Selama lebih dari dua bulan ini, insan Tzu Chi terus memberikan bantuan dan menyediakan makanan hangat. Salah satu daerah di sana, yakni Ban Plab juga terkena banjir.

Di kota ini, ada 4 desa yang warganya adalah umat Islam dan satu desa lainnya adalah umat Buddha. Sejak dahulu, mereka hidup tak begitu rukun dan tidak saling berinteraksi. Namun dalam bencana kali ini,  Tzu Chi sebagai sebuah yayasan Buddhis, tergerak untuk membantu mereka. Untungnya kita mengerti makanan bagi umat Islam harus memiliki label ”halal” sesuai hukum Islam. Artinya, para ulama harus terlebih dahulu memeriksa makanan itu. Awalnya, mereka agak ragu menerima makanan kita. Namun, setelah melihat label “halal”, baru mereka bisa menerimanya.

Kali ini, insan Tzu Chi juga menyediakan makanan hangat di sana. Setelah melihat sumbangsih insan Tzu Chi yang tulus dan tanpa pamrih, mereka pun menerimanya dengan sukacita. Selain itu, penduduk di desa ini baik Muslim maupun Buddha, semuanya datang membantu mempersiapkan makanan secara bersama-sama. Mereka berinteraksi dengan sangat baik. “Saya adalah warga di sini. Saya adalah umat Islam. Melihat insan Tzu Chi datang membantu kami tanpa membedakan agama, saya pun terinspirasi untuk membantu,” kata seorang warga. “Kami sangat berbahagia.

Kami merasa sangat senang karena diperlakukan dengan baik. Meski banyak relawan yang bukan warga Thailand, namun kalian tetap begitu memerhatikan kami. Meski kita menganut agama yang berbeda, namun kalian tetap membantu kami. Bantuan kalian tak hanya disalurkan di negara kalian sendiri, namun juga di Thailand,” kata warga lainnya.

Kini umat Islam dan umat Buddha di desa ini tak lagi saling membedakan. Hubungan para warga di desa ini menjadi sangat baik. Setiap orang bersatu hati dan bekerja sama. Saya sungguh bahagia mendengar dan melihat bagaimana insan Tzu Chi mempersatukan masyarakat di desa tersebut. Mereka beserta insan Tzu Chi bekerja sama dengan harmonis. Tzu Chi adalah organisasi Buddhis. Sumbangsih mereka telah membawa kehangatan dan keharmonisan bagi warga setempat.

Saya sungguh terharu. Banjir telah melanda lebih dari 2 bulan namun perlahan air akan surut. Yang terpenting sekarang adalah hati mereka telah terbuka untuk sesama. Ini adalah hal yang baik karena ini berarti bencana batin telah lenyap, dan dengan demikian, dunia dan segala sesuatu pun akan menjadi harmonis. Melihat ini, saya juga patut berterima kasih atas kerja keras insan Tzu Chi di Thailand. Tapi, kemarin berita setempat melaporkan bahwa diperkirakan tanggal 13 hingga 15, hujan akan kembali mengguyur Thailand dan banjir akan meluas ke Bangkok. Inilah yang harus kita khawatirkan saat ini. Kita sungguh harus mawas diri dan berhati tulus. Meskipun insan Tzu Chi setempat tak banyak, mereka bisa membangkitkan kebijaksanaannya untuk menginspirasi orang yang terkena bencana. Saya juga sangat berterima kasih kepada pemerintah setempat yang terus mendukung Tzu Chi.

Beberapa tahun ini, banyak rombongan dari Thailand datang ke Taiwan untuk mengunjungi Tzu Chi. Karena itu, insan Tzu Chi bekerja sama dengan pemerintah setempat. Anggota militer menggunakan truk yang besar untuk mencapai daerah yang dilanda banjir. Setelah makanan kita siap, mereka yang membantu kita mendistribusikannya. Singkat kata, di mana pun terjadi bencana, kita membutuhkan uluran tangan dari banyak orang untuk membantu. Karena itu, kita harus senantiasa menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia. Saat kita berada dalam keadaan aman, kita harus mensosialisasikan semangat ini.

 

Contohnya Indonesia. Mayoritas penduduk Indonesia menganut agama Islam. Walaupun ada sebagian yang ber agama Buddha, namun sebagian besar dari mereka adalah penganut kepercayaan tradisional. mereka juga tidak begitu paham ajaran Buddha. Pada tahun 1993, Tzu Chi mulai menginjakkan kaki di Indonesia. Pada tahun 1998, dimulai dari beberapa istri pengusaha Taiwan yang mulai menebarkan benih cinta kasih di sana. Dengan hati yang tulus mereka mengemban misi Tzu Chi di Indonesia. Perlahan, mereka pun mendapat dukungan dari pengusaha lokal. Hingga pada tahun 1998, terjadi kerusuhan besar di Indonesia.

 

Insan Tzu Chi di sana bekerja keras dengan penuh cinta kasih mulai melakukan penghiburan. Dari sinilah misi amal Tzu Chi bermula. Dari tak ada hingga ada dan dari jumlah yang sedikit menjadi banyak. Berawal dari kekuatan yang kecil bisa menjadi kekuatan yang besar.

Beberapa tahun ini, insan Tzu Chi di Indonesia telah bekerja keras menginpirasi pengusaha setempat dan menanamkan Empat Misi Tzu Chi di sana. Dengan dukungan pengusaha setempat, insan Tzu Chi setempat mulai melakukan bimbingan spiritual dengan membimbing orang-orang untuk menyelami Dharma dan mengikuti kegiatan bedah buku. Mereka adalah guru yang tak diundang. Mereka mengundang banyak orang untuk mengikuti bedah buku dengan sukacita agar memahami ajaran Buddha. Semua ini tak lain adalah demi menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia dan membangkitkan cinta kasih setiap orang. Inilah yang disebut dengan memberikan tempat berteduh yang aman dan penuh kebahagiaan. Artinya, memberi mereka sandaran batin.

Bila tidak, manusia akan berjalan tersesat. Saat kebutuhan terpenuhi, orang-orang akan merasakan sukacita. Untuk itu, dalam memberikan tempat tinggal yang aman dan bahagia kepada korban bencana. Saat ada orang yang menderita, kita harus menolong mereka. Saat batin mereka merasa tak aman, kita harus menjadi sandaran bagi mereka. Inilah yang disebut memberi pertolongan, perlindungan, dan sandaran. Semua ajaran ini juga tersirat di dalam Sutra Makna Tanpa Batas. Bodhisatwa sekalian, kita harus bersungguh hati untuk menyerap Dharma dalam hati dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika tak menyerap Dharma dalam hati, kita tak akan memahami hati Buddha dan ajaran-ajarannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita senantiasa berintrospeksi, menyelami Sutra, serta membersihkan kotoran batin kita. Karena memiliki noda di dalam batin, kita harus senantiasa bertobat dan membersihkan batin kita. Dengan demikian, barulah kita dapat menyelaraskan fisik dan batin. Dalam kehidupan ini, kita harus menumbuhkan kebijaksanaan, serta menginspirasi orang lain untuk juga turut bersumbangsih. Insan Tzu Chi Indonesia sangat giat mengikuti pementasan Sutra dan kegiatan bedah buku. Peserta yang ingin mengikuti pementasan sutra haruslah bervegetarian terlebih dahulu.

Kegiatan Tzu Chi di Indonesia telah berlangsung puluhan tahun lamanya. Karena itu, mereka telah mengenal Tzu Chi. Karena insan Tzu Chi terus berkontribusi, kepercayaan masyarakat pun mulai terbangun. Untuk itu, kita juga mengimbau mereka untuk bervegetarian dan membimbingnya menapaki jalan yang benar. Bodhisatwa sekalian, kita harus berusaha mencapainya dengan giat dan bersemangat.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 

Apa yang kita lakukan hari ini adalah sejarah untuk hari esok.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -