Suara Kasih: Kehidupan Bersahaja Menumbuhkan Hati Welas Asih
Judul Asli:
Memanfaatkan kembali barang hasil daur ulang | |||
Ada orang berkata, “Dalam rangka menyambut tahun baru, kita harus membuat resolusi baru.” Bodhisattva sekalian, resolusi kita tahun ini adalah menjalani kehidupan yang bersahaja dan menumbuhkan hati penuh welas asih. Dalam kehidupan masyarakat masa kini, kita harus menyerukan setiap orang setiap orang agar hidup lebih sederhana dan bersahaja. Pola hidup yang sederhana dan bersahaja mencerminkan bahwa kita memiliki hati penuh welas asih dan menghargai sumber daya alam. Bukankah para Bodhisattva daur ulang sangat menghargai sumber daya alam? Setelah sesuatu digunakan, orang-orang akan membuangnya bagaikan sampah,tetapi kita malah memungutnya karena kita menghargai sumber daya alam. Kita tak memandangnya sebagai sampah, melainkan sebagai barang daur ulang. Setiap kali ada pengunjung dari luar negeri, saya selalu berkata kepada mereka bahwa kebijaksanaan Bodhisattva daur ulang tidak kalah dari seorang dokter. Mereka bertanya, “Apa maksudnya?” Saya akan menjawab, “Kini pelestarian lingkungan telah menjadi isu global.” Yang menjadi masalah terbesar adalah sampah plastik. Sebenarnya, kita hanya tahu plastik saja, tanpa tahu jenis plastiknya. Kita tidak tahu. Hanya dengan memegang dan mendengar suara plastik, Bodhisattva daur ulang sudah tahu ini adalah PP, ini adalah PC, ini adalah PE, dan banyak jenis lainnya. Cukup dengan memegang barangnya dan mendengar suara, mereka sudah tahu jenis plastik tersebut. Para pengunjung itu berkata, “Setiap bidang ada ahlinya masing-masing.” Saya menjawab, “Ya, para Bodhisattva daur ulang sangatlah ahli dalam bidang daur ulang.” Kini topik terhangat di seluruh dunia adalah tentang daur ulang. Para Bodhisattva daur ulang sangat teliti dalam menjaga kualitas daur ulang kita. Para Bodhisattva daur ulang di Taiwan memilah barang daur ulang dengan sangat cermat. Kita harus menghargai sumber daya alam dengan hati penuh welas asih. Kita harus menjalani pola hidup sederhana agar bisa menumbuhkan hati penuh welas asih. Tema kita tahun depan adalah “Kehidupan bersahaja menumbuhkan hati yang berwelas asih; ketulusan dan kebajikan memupuk cinta kasih yang bijaksana.” Kita harus membangkitkan hati yang paling baik dan niat yang paling tulus untuk memupuk kebijaksanaan. Cinta kasih kita janganlah mengandung kebodohan, melainkan harus bijaksana. Cinta kasih yang bijaksana sangatlah penting. | |||
| |||
Mereka berkata bahwa awalnya, para narapidana itu duduk dengan tidak sopan. Melihatnya, para insan Tzu Chi memikirkan cara agar para narapidana memiliki etiket dan bisa duduk dengan sopan sebagai wujud hormat terhadap orang lain. Secara perlahan-lahan, insan Tzu Chi berbagai kisah dan Kata Perenungan Jing Si dengan mereka, juga membimbing mereka untuk menyelami Dharma. Dalam waktu empat bulan, mereka membimbing 30 narapidana. Sebelum menerima bimbingan dari insan Tzu Chi, para narapidana itu duduk dengan tidak sopan. Kini, begitu ceramah saya diputar, mereka segera menegakkan badan dan beranjali. Mereka mendengar ceramah saya dari awal hingga akhir dengan penuh rasa hormat. Mereka juga belajar pradaksina. Setiap langkah mereka sangat kompak. Pementasan adaptasi Sutra mereka juga berlangsung dengan sangat baik. Setiap orang sangat tulus dan rapi. Mereka menunjukkan ketulusan dengan menjalani pola hidup vegetaris. Mereka bervegetaris terlebih dahulu, baru mulai mementaskan adaptasi Sutra. Mereka mementaskan adaptasi Sutra di depan 400 orang lebih. Setelah itu, mereka berbagi tentang kesalahan mereka dahulu dan bertobat secara terbuka di depan semua hadirin. Ini semua sungguh membuat saya tergugah. Tadi, saat berada di lantai atas, sekelompok relawan datang bertemu saya. Di antara mereka ada seorang anak muda. Dia berkata bahwa berhubung dia berperilaku baik selama menjalani hukuman, maka dia dibebaskan lebih awal. Masa hukumannya dipersingkat. Kini, dia tinggal bersama kakek dan neneknya. Kini, dia tengah belajar membuat roti. Jika mendapatkan keuntungan, dia akan memberikannya kepada kakek dan neneknya. Tadi, dia juga memberikan donasi kepada saya untuk membantu para korban Badai Sandy. Kini dia sudah memiliki pekerjaan. | |||
| |||
Dengan demikian, secara alami kita akan memahami kebenaran dan dapat menapaki Jalan Bodhisattva. Akhir dari Jalan Bodhisattva adalah pencapaian kebuddhaan. Tiada jalan pintas untuk ini. Janganlah percaya takhayul. Ajaran Buddha yang sesungguhnya mengajarkan kita untuk membangkitkan cinta kasih dan welas asih. Hati yang bebas dari ketamakan akan membangkitkan kebijaksanaan dan menyalakan pelita hati kita. Dengan pelita hati dan kebijaksanaan, kita membimbing setiap orang agar berjalan di jalan yang benar. Untuk itu, kita harus bersungguh hati. Bodhisattva sekalian, tahun demi tahun terus berlalu seiring berlalunya hari demi hari. Setiap hari, saya selalu bertanya, “Hari ini berlalu lagi?” “Hari sudah malam?” Saat matahari terbenam, berarti waktu satu hari berlalu lagi. Itu membuat saya berpikir, “Berapa lama sisa waktu saya untuk berbagi dengan kalian semua tentang segala yang saya lihat dan dengar.” Bagaimana saya mewariskan semua Dharma yang saya pahami kepada kalian? Berapa lama sisa waktu saya? Berapa banyak orang yang bersedia menerima dan menghargai Dharma yang saya babarkan? Karena itu, adakalanya saya berpikir, ”Hari ini sudah lewat, saya hanya bisa menunggu hari esok.” Akan tetapi, tiada yang tahu apakah kita masih bisa melihat hari esok. Saya sendiri juga tidak tahu. Karena itu, kita harus menghargai Dharma sekarang juga. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia ) | |||