Suara Kasih : Keindahan Individual Saat Bencana

 

Judul Asli:

Keindahan Individual di Tengah Bencana
 

Tetap tenang dalam menghadapi bencana
Keindahan individual di tengah bencana
Bahaya nuklir tengah mengintai
Senantiasa berdisiplin dan mawas diri

Beberapa hari ini, saya melewati setiap detik dengan penuh kecemasan. Dalam satu hari terdapat 86.400 detik. Meski waktu satu detik sangat singkat, kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan. Bagaimana warga Jepang dapat mengira bahwa dalam sekejap akan terjadi gempa bumi yang disusul tsunami? Yang lebih membuat orang khawatir adalah meledaknya pembangkit listrik tenaga nuklir. Hal ini tak hanya dikhawatirkan oleh warga Jepang. Sesungguhnya, banyak negara lain yang juga terus memantau kondisi ini. Karena itu, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Selain itu, kita harus berdoa dengan hati yang paling tulus bagi warga Jepang. Kita tak hanya berdoa bagi Jepang, melainkan bagi semua orang di dunia. Kita juga dapat melihat letusan Gunung Shinmoedake di Kagoshima. Sungguh, bumi yang aman adalah berkah bagi manusia. Karena itu, kita tidak boleh lengah sedetik pun. Setiap orang hendaknya bersatu hati. Inilah hal yang paling penting.

Kita dapat melihat bencana di Jepang yang kali ini mendatangkan penderitaan dan kerugian yang besar. Warga Jepang berkata bahwa di tengah kondisi seperti ini, janganlah sampai terjadi konflik antarsesama. Karena itu, mereka semua saling bekerja sama. Semangat warga Jepang ini patut kita pelajari. Meski dilanda bencana besar, tak seorang pun warga yang berkeluh kesah. Semua orang bersikap tenang dan saling mengalah. Untuk mendapatkan air, mereka mengantre dengan tertib tanpa saling berebut. Yang lebih luar biasa adalah mereka tidak menimbun barang kebutuhan. Selain itu, toko-toko tetap buka. Jika membutuhkan sesuatu, mereka dapat mengambilnya di toko mana pun dan pemerintah yang akan membayarnya. Meski demikian, mereka tidak akan mengambil barang yang tidak mereka butuhkan.Mereka hanya mengambil barang yang mereka butuhkan. Mereka sangat berdisiplin. Selain itu, bagi orang yang membutuhkan tempat tinggal sementara, penginapan akan menyediakannya tanpa syarat.

Lihatlah, seluruh warga Jepang sangat bersatu hati dalam menghadapi bencana. Melihat semangat mereka ini, saya percaya negara ini akan pulih dengan cepat. Asalkan bersedia bekerja sama, segala kesulitan akan dapat diatasi. Semua ini berkat sebersit niat yang merupakan sifat hakiki manusia. Saya sering berkata kepada kalian bahwa kita harus menyadari sifat hakikat yang ada dalam diri kita. Saat bencana terjadi, kita harus segera sadar bahwa kekuatan alam sangatlah besar, sedangkan kekuatan manusia sangat kecil. Kita harus menyadari hal ini.

Saya sering berkata bahwa sebersit niat manusia dapat ”menggerakkan” bumi ini. Bukankah kini kita telah melihat bumi yang “bergerak”? Akibat gempa bumi dahsyat di Jepang, sumbu massa bumi bergeser sehingga waktu siang berkurang sebesar 1,6 mikrosekon. Mungkin kita tidak merasakan perubahan ini dalam kehidupan sehari-hari, namun kita harus tahu bahwa perubahan sekecil apapun tetap akan berpengaruh terhadap manusia. Satu mikrosekon sama dengan sepersejuta detik. Dalam sehari terdapat 86.400 detik. Gempa bumi dahsyat di Cile tahun lalu juga menyebabkan pergeseran sumbu massa bumi sebesar 1,26 mikrosekon.

Akumulasi mikrosekon ini sungguh mengkhawatirkan. Begitu juga dengan pikiran manusia. Jika pikiran kita menyimpang sedikit saja, maka akan timbul niat buruk dan niat baik pun akan lenyap. Sikap yang tenang atau panik sehingga timbul kekacauan berasal dari sebersit niat. Pikiran yang menyimpang sedikit saja akan mendatangkan risiko yang besar. Pertikaian antarsesama terjadi akibat sebersit niat yang menyimpang. Jadi, sebersit niat yang timbul akan memengaruhi perilaku masyarakat dan menimbulkan konsekuensi yang berbeda.

Kali ini, meski Jepang diguncang bencana yang dahsyat, namun kita dapat melihat keindahan individual dalam diri setiap warganya. Selain itu, karena pembangkit listrik tenaga nuklir yang bermasalah, Perdana Menteri Jepang mulai mengimbau seluruh warganya agar memakai listrik secara bergiliran.

Kita dapat melihat banyak pemilik toko yang berinisiatif untuk menutup toko lebih awal demi menghemat listrik. Seluruh warga Jepang bekerja sama dalam menghadapi bencana ini. Lihatlah, pengembangan industri memicu terjadinya banyak krisis. Demi mengembangkan industri dan ekonomi, manusia mengambil keputusan yang mendatangkan keuntungan bagi mereka. Saat keuntungan telah diperoleh, apakah yang akan terjadi? Bencana akan datang. Setelah mendapatkan keuntungan, bencana akan datang.

Bencana gempa bumi dan tsunami di Jepang telah mengakibatkan kerusakan yang parah. Pihak Jepang sangat terbuka dalam memberikan informasi tentang kondisi terakhirnya agar negara lain dapat meningkatkan kewaspadaan karena kini setiap negara juga berada dalam kondisi yang berbahaya. Di Taiwan juga ada pembangkit listrik tenaga nuklir. Karena itu, kita harus lebih meningkatkan kewaspadaan. Kita juga harus belajar dari warga Jepang yang cepat tanggap terhadap bencana dan tetap tenang dalam menghadapi situasi. Inilah cara terbaik untuk melewati masa kritis.

Beberapa hari yang lalu, insan Tzu Chi di Jepang telah mempersiapkan barang bantuan. Barang bantuan Tzu Chi dari Taiwan juga telah dikirim bersamaan dengan tim penyelamat dengan pesawat yang sama pada pukul 9 waktu Taiwan, di antaranya adalah nasi instan dan selimut. Jenis pakaian yang mereka butuhkan juga tengah dipersiapkan oleh insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi di Jepang bekerja sama dengan bank setempat dalam pengadaan kartu debit yang akan dibagikan kepada korban bencana. Kini hal yang paling mengkhawatirkan adalah radiasi nuklir. Namun, kita tetap harus meningkatkan kewaspadaan dan tidak panik. Kita harus tetap tenang, mawas diri, dan berhati tulus. Kini kita telah menerima berbagai sinyal darurat melalui bencana yang terjadi, karena itu kita harus segera sadar. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Bila sewaktu menyumbangkan tenaga kita memperoleh kegembiraan, inilah yang disebut "rela memberi dengan sukacita".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -