Suara Kasih : Kembali ke Jalan yang Benar

 
 

Saling mendukung dalam mengatasi masalah
Angpau berkah dan kebijaksanaan adalah warisan keluarga yang bermakna
Bencana mengingatkan manusia agar senantiasa tulus dan bertobat
Menyucikan pikiran untuk kembali ke jalan yang benar

 

Setiap orang pasti menjalin jodoh baik dan jodoh buruk. Lihatlah Relawan Xu yang terlilit banyak utang. Kita dapat membayangkan pergumulan yang dialami oleh keluarganya untuk membayar utang tersebut. Karena itu, kita sering berkata bahwa jika dapat menekan nafsu keinginan, maka hati kita akan merasa tenang. Dengan hati yang tenang, kehidupan kita akan penuh kedamaian. Yang terpenting adalah jika kita menyerah pada nafsu keinginan, maka akan timbul kesombongan hingga tak terbendung. Setiap orang harus senantiasa mengingatkan diri untuk meningkatkan kewaspadaan. Saat timbul kegelapan batin dan mulai berjalan menyimpang, maka kita harus segera melepaskan diri. Jika tak dapat melepaskan diri, kita membutuhkan bantuan orang di sekitar kita. Dengan uluran tangan banyak orang, kita akan dapat melewati kesulitan. Karena itu, dalam kehidupan ini kita sungguh membutuhkan banyak Bodhisatwa dunia.

Jika kita mempraktikkan Dharma dalam keseharian dan bersumbangsih bagai Bodhisatwa, maka kita dapat menjadi penyelamat bagi diri sendiri maupun orang lain. Jika kita mengasihi diri sendiri, orang lain juga akan mengasihi kita. Kita semua harus bersumbangsih dengan penuh cinta kasih dan tanpa pamrih. Hal ini harus dimulai dari diri sendiri. Saya mendoakan kalian semua. Pada saat ini setiap tahunnya, saya akan berkunjung ke seluruh Taiwan untuk membagikan angpau berkah dan kebijaksanaan. Kita semua tahu bahwa angpau tersebut berasal dari royalti publikasi yang saya terima. Saya berbagi dengan kalian semua. Tentu saja tidak cukup jika hanya mengandalkan royalti, karena itu para bhiksuni di Griya Perenungan bekerja untuk menutupi kekurangannya. Saya sangat berterima kasih kepada mereka.

Saya berterima kasih kepada seluruh insan Tzu Chi yang telah bersumbangsih dalam Tzu Chi selama beberapa tahun ini dalam memerhatikan orang yang membutuhkan. Saya juga berterima kasih kepada para Bodhisatwa daur ulang yang senantiasa mengasihi bumi dan melindungi sesama. Saya sungguh tidak tahu bagaimana membalasnya. Satu-satunya cara adalah dengan membagikan royalti publikasi yang saya terima. Saya tak menggunakan sepeser pun dari royalti tersebut untuk kepentingan pribadi. Saya menunggu hingga saat seperti ini untuk berbagi dengan kalian. Itulah angpau yang ada di tangan kalian.

 

Di dalam angpau terdapat 2 butir padi. Setiap tahun, para dokter dan staf medis dari Rumah Sakit Tzu Chi di Dalin turun ke sawah untuk menanam padi dan memanennya sendiri. Mereka juga memilih sendiri butiran padi yang akan dibagikan kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia sebagai ungkapan sukacita atas satu benih yang tumbuh menjadi tak terhingga. Jadi, meski angpau ini sangat ringan, namun ia cukup berat bagi pundak saya.

Namun, yang terpenting adalah makna yang terkandung di dalamnya. Dua puluh tahun telah berlalu sejak saya menerima royalti yang pertama dari buku Kata Perenungan Jing-Si. Hingga kini, setiap tahun saya membagikan angpau. Jika kalian menyimpan angpau-angpau yang diterima setiap tahun, maka belasan tahun kemudian, ia dapat menjadi harta warisan dalam keluarga. Jika kalian mengumpulkannya setiap tahun, ia akan lebih bermakna dibandingkan dengan uang.

Selain itu, ia juga menandakan berapa lama kalian telah bersumbangsih dalam Tzu Chi. Sumbangsih kalian bagi masyarakat sungguh meninggalkan jejak yang dalam. Dengan mengumpulkan angpau yang diterima setiap tahun, kita akan tahu berapa lama kita telah bersumbangsih. Sungguh, kita dapat melihat sumbangsih Tzu Chi dalam kitab sejarah Tzu Chi dan setiap hari merupakan sejarah. Contohnya, hari ini. Kelak, hari ini akan menjadi hari bersejarah yang dipenuhi banyak kisah bermakna. Kisah bermakna hari ini adalah tentang perjalanan saya dari Taichung. Saat masuk ke dalam mobil, saya langsung mengadakan konferensi video dengan para relawan di Australia. Para relawan di Brisbane, Sydney, Selandia Baru, dan Gold Coast City juga ikut dalam konferensi video. Mengapa kami mengadakan konferensi video? Karena bencana banjir di Australia yang telah terjadi lebih dari sebulan. Beberapa hari yang lalu, insan Tzu Chi telah berhasil menemukan jalur untuk masuk ke lokasi bencana. Mereka juga telah membagikan selimut kepada korban bencana di tempat penampungan. Selain selimut, mereka juga memberikan kartu debit yang bagaikan uang tunai agar para korban bencana dapat membeli barang yang mereka butuhkan.

Namun, jika hanya mengandalkan para relawan di Brisbane dan Gold Coast City, kekuatan kita tidaklah cukup untuk menyalurkan bantuan. Jadi, tadi pagi, dalam konferensi video, saya menyarankan mereka untuk menggalang relawan setempat agar berpartisipasi dengan kita dalam membantu korban bencana. Pemerintah lokal juga mulai menggalang relawan untuk membantu membersihkan lokasi bencana. Insan Tzu Chi juga mulai menggalang relawan setempat. Seluruh barang bantuan dari Taiwan akan dikirimkan oleh maskapai penerbangan Eva Air secara cuma-cuma. Kita mengirimkan lebih dari 5.000 helai selimut. Singkat kata, setiap hari kita mengerjakan hal-hal yang bermakna. Jika pada tahun depan kita mengenang kembali hari ini, kita akan melihat sumbangsih insan Tzu Chi dalam menyalurkan bantuan.

Australia dikenal sebagai surga dunia. Namun, saat bencana melanda, penderitaan yang ditimbulkan sungguh tak terkira. Sungguh, kehidupan tidaklah kekal dan bumi pun rentan. Selain itu, kini cuaca sangat dingin terutama di wilayah Australia dan Amerika Serikat. Hampir di seluruh wilayah AS turun salju lebat sehingga jalur transportasi pun mengalami gangguan. Warga setempat sungguh kedinginan.

Kita yang berada di Taiwan sungguh harus menghargai berkah yang kita miliki. Selain menciptakan berkah bagi dunia, kita juga harus lebih banyak mempelajari Dharma. Ajaran Buddha pada lebih dari 2.000 tahun lalu sangat berkaitan erat dengan kehidupan kita pada masa kini. Jadi, ajaran tentang prinsip kebenaran tidak akan pernah usang. Meski lebih dari 2.000 tahun telah berlalu, prinsip itu tetap ada dalam kehidupan kita. Kita harus menyelami Sutra dengan penuh ketulusan, senantiasa bertobat, serta berintrospeksi diri.

Bila tidak, kita tak akan dapat kembali ke jalan yang benar. Dengan pikiran yang menyimpang, kita akan terus tersesat. Karena itu, kita membutuhkan ajaran Buddha untuk membawa kita kembali pada arah yang benar. Kita harus menyucikan hati dan pikiran. Kesombongan, ketamakan, kemarahan, dan kebodohan adalah ”penyakit” batin manusia. Penyakit ini akan menimbulkan masalah dalam masyarakat. Masalah dalam masyarakat akan mengakibatkan bencana di dunia. Semua ini adalah siklus. Kondisi dunia dipengaruhi oleh kondisi pikiran masing-masing individu. Karena itu, kita harus bersungguh hati. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -