Suara Kasih: Kembali Pada Kondisi Batin yang Damai

 

 

Judul Asli:

Membimbing Setiap Orang agar Kembali pada Kondisi Batin yang Damai

Insan Tzu Chi memberikan bantuan dan membimbing para korban bencana
Membimbing semua orang agar kembali pada kondisi batin yang damai
Memiliki cinta kasih di dalam hati dan memperkaya spiritual
Orang kurang mampu turut bersumbangsih dan mengubah benih berkah

Kita dapat melihat Yordania. Selama beberapa tahun ini, insan Tzu Chi selalu berangkat untuk memberikan penghiburan dan bantuan kepada sekelompok suku Badawi yang hidup kekurangan. Pada awal tahun ini, seorang relawan dari Taiwan berangkat bersama relawan Tzu Chi Yordania untuk mencurahkan perhatian bagi suku Badawi di permukiman kumuh. Melihat sekelompok anak-anak bertelanjang kaki di tengah cuaca yang begitu dingin, dia merasa sangat tidak tega. Karenanya, dia mendonasikan uang demi membelikan sepatu bagi anak-anak itu.

Ada beberapa anak yang segera memakainya dan merasa sangat gembira. Sebaliknya, ada beberapa anak yang merasa sayang untuk memakainya. Mereka berkata bahwa mereka akan membawa pulang dan menyimpannya. Akan tetapi, jika disimpan, nanti mereka tidak bisa mengenakannya lagi setelah tumbuh dewasa. Anak-anak setempat sangat menghargai sepatu mereka. Melihat cara insan Tzu Chi memerhatikan sekelompok anak-anak itu, itulah cinta kasih. Meski hidup di tengah penderitaan, tetapi curahan cinta kasih dari insan Tzu Chi membuat mereka bagai merasakan kehangatan mentari di musim dingin. Setiap kali melihat insan Tzu Chi, anak-anak setempat merasa sangat dekat. Mereka bagai melihat keluarga mereka sendiri. Ini semua sungguh penuh kehangatan.

Dunia kita ini seharusnya dipenuhi kehangatan seperti ini. Meski hidup kekurangan, namun asalkan ada sekelompok orang penuh cinta kasih yang bisa mendatangkan kedamaian bagi hidup mereka, mereka tetap bisa merasakan kebahagiaan. Kita sungguh tidak berdaya melihat bencana akibat ulah manusia yang mengakibatkan banyak orang harus mengungsikan diri. Di antara para pengungsi Suriah, ada beberapa orang yang berpendidikan tinggi, ada pula pengusaha yang sangat kaya raya. Akan tetapi, dalam waktu sekejap, mereka harus mengembara dan tinggal di tempat pengungsian di negeri orang.

Kita juga dapat melihat sebuah kebakaran di kamp pengungsian Zaatari. Berhubung tidak ada air untuk memadamkan api, mereka hanya bisa melihat api melahap tenda-tenda di sana. Mereka bahkan sulit untuk mendapatkan air minum. Melihat penderitaan yang dialami para pengungsi, saya sungguh merasa tidak tega. Bagaimana cara kita membantu sekelompok pengungsi itu agar mereka bisa cepat menenangkan raga, menenteramkan hati, dan membangun kembali kehidupan mereka? Harapan ini terasa masih jauh dari kita. Meski demikian, kita harus tetap membangkitkan hati yang paling tulus untuk berdoa bagi mereka.

Selain itu, kini kita juga bisa melihat kondisi iklim yang ekstrem di dunia. saya berbagi hal ini dengan kalian. Saya berharap setiap orang bisa mawas diri dan meningkatkan kewaspadaan. Sungguh, kita harus mawas diri senantiasa menyelaraskan pikiran, dan menyucikan hati sendiri. Tidaklah mudah untuk menyucikan hati sendiri. Yang terpenting adalah kita harus memanfaatkan air Dharma dan metode untuk menyucikan hati sendiri. Ini sangatlah penting. Kita dapat melihat Bapak Pfaff di Jerman. Dalam acara ramah tamah Tahun Baru Imlek, dia membawakan sebuah lagu berjudul “Keindahan”. Lagu tersebut sungguh indah. Dalam ceramah tadi pagi, saya berkata bahwa meski hanya mengeluarkan suara yang sangat kecil untuk bernyanyi mengagungkan keluhuran Buddha, ia juga termasuk membabarkan semangat Dharma.

Bapak Pfaff tinggal di Jerman. Saat Italia diguncang gempa bumi, Bapak Pfaff memimpin insan Tzu Chi dari lima negara di Eropa untuk bersama-sama memberikan bantuan. Dia mengumpulkan insan Tzu Chi dari lima negara untuk memberikan bantuan di Italia. Melihat kini dia begitu tekun dan bersemangat, saya sungguh merasa bersyukur. Kita juga melihat insan Tzu Chi Australia. Tahun lalu, saat Australia dilanda bencana banjir, insan Tzu Chi berulang kali berangkat ke sana untuk memberikan bantuan dan menghibur para korban bencana. Selama setahun itu, mereka beberapa kali berangkat ke Australia.

Hingga saat akhir tahun, mereka menggelar acara Pemberkahan Akhir Tahun di sana. Kali ini, saat acara ramah tamah Tahun Baru Imlek, banyak warga yang datang untuk mengembalikan celengan bambu.Pada tahun lalu, mereka tengah dilanda bencana. Lihatlah, kini mereka mengumpulkan satu demi satu koin ke dalam celengan bambu. Saat mendengar ada insan Tzu Chi datang, mereka segera berkumpul untuk mengembalikan celengan bambu kepada Tzu Chi guna menyelamatkan lebih banyak orang.

Kita juga melihat acara ramah tamah Tahun Baru Imlek di Myanmar. Warga setempat juga mengumpulkan celengan bambu demi menolong lebih banyak orang. Ada pula celengan beras. Dahulu, para petani setempat harus meminjam bibit padi untuk bercocok tanam dan hasil panen mereka selalu digunakan untuk membayar utang. Karenanya, para petani setempat terus dibebani utang. Lima tahun lalu, insan Tzu Chi berangkat ke sana  untuk memberikan bantuan bencana darurat, membagikan bantuan bibit berkualitas baik, dan bantuan pupuk kepada para petani agar mereka tidak perlu terus meminjam bibit untuk bercocok tanam. Setelah panen, para petani Myanmar akan kembali mendonasikan sebungkus atau dua bungkus bibit padi kepada Tzu Chi. Kemudian, insan Tzu Chi akan kembali memberikan bibit padi itu kepada petani yang kekurangan.

Demikianlah kekuatan cinta kasih dan bibit berkah terus tersebar ke tempat yang lebih luas. Saya sungguh tersentuh melihatnya. Selain itu, celengan beras yang mereka kumpulkan juga bisa kita gunakan untuk membantu keluarga yang hidupnya lebih sulit. “Sebelum menyisihkan segenggam beras, saya akan berdoa. Saya selalu menyisihkan segenggam beras dan itu tidak berpengaruh bagi kehidupan keluarga saya. Selain itu, kami juga bisa membantu orang,” ucap seorang warga. Akumulasi dari segenggam beras setiap hari akan menjadi banyak secara perlahan-lahan. Janganlah kita meremehkan setiap sumbangsih kecil. Dengan menghimpun kekuatan cinta kasih, kita bisa membimbing dan menyucikan hati manusia. Ini semua bertujuan agar setiap orang tidak meremehkan kebajikan kecil. Dengan menghimpun tetes demi tetes sumbangsih, kita bisa membantu orang lain dengan hati penuh sukacita.

Dahulu, mereka berpikir bahwa mereka selalu hidup dalam kemiskinan dan membutuhkan bantuan dari orang lain. Kini, mereka juga bisa membantu orang lain. Jadi, saat memberikan bantuan, insan Tzu Chi juga menyemangati mereka untuk membantu orang lain hanya dengan menyisihkan koin ke dalam celengan bambu. Setetes demi setetes cinta kasih ini bagaikan air yang mengalir ke laut yang selamanya tak akan pernah kering. Jadi, dengan menghimpun kekuatan cinta kasih, barulah kita bisa menciptakan berkah bagi dunia. Kita semua harus membina hati penuh cinta kasih. Janganlah kita bertindak sembrono karena dorongan hati. Konflik antarmanusia bisa menciptakan bencana yang tak terbendung. Intinya, segala sesuatu berawal dari sebersit niat kita. Kita harus selalu menjaga hati dengan baik. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Kita sendiri harus bersumbangsih terlebih dahulu, baru dapat menggerakkan orang lain untuk berperan serta.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -