Suara Kasih : Kesenangan Penyebab Bencana

 

Judul Asli:

Kesenangan duniawi yang membawa bencana
 

Janganlah mengejar kesenangan duniawi yang hanya sesaat saja
Hidup menderita akibat mengejar kesenangan duniawi
Sumbangsih tanpa pamrih menciptakan berkah bagi semua orang
Mengendalikan nafsu keinginan dan tahu bersyukur

Hidup manusia penuh dengan derita. Apakah penyebabnya? Keinginan duniawi. Saat mulai memiliki keinginan duniawi, kita akan lupa daratan dan kehilangan akal sehat sehingga arah hidup jadi tak menentu. Kemarin saya melihat siaran berita mengenai banyak orang yang mengantre untuk membeli lotre. Bahkan ada sebagian orang yang keranjingan hingga ingin membelinya pada waktu yang tepat.

Pagi-pagi sekali mereka telah mulai mengantre dan menunggu “waktu baik” untuk membeli. Saat waktu yang dinanti belum tiba, mereka membiarkan orang lain membeli dahulu. Namun, saat “waktu baik” yang dinanti tiba, yakni pukul 15 lewat 3 menit, penjualan lotre telah ditutup. Orang-orang tersebut merasa sangat kecewa. Lihatlah, kehidupan seperti ini sungguh tak menyenangkan. Mereka menyia-nyiakan hidup dan kebijaksanaan pun terkikis. Sesungguhnya, apa makna kehidupan mereka? Keinginan untuk menjadi kaya membuat mereka hidup tanpa arah.

Ada seseorang yang pernah memenangkan lotre. Awalnya, ia memiliki pekerjaan yang tetap, yakni sebagai pengemudi taksi. Suatu ketika, ia memenangkan lotre lebih dari 20 juta NT (6 miliar rupiah). Ia menerima lebih dari 18 juta NT (5,4 miliar rupiah) setelah dipotong pajak. Sejak itu, ia hidup mewah dan selalu berpesta pora. Dalam waktu 2 tahun, ia menghabiskan seluruh uangnya sehingga keluarga dan teman-temannya pergi meninggalkannya. Meski demikian, ia tak bertobat. Ia kembali keranjingan lotre selama 6 tahun dan berharap dapat memenangkannya lagi.

Ia hidup mewah selama 2 tahun dan keranjingan lotre selama 6 tahun. Ia sungguh hidup terlunta-lunta. Kakaknya terus membujuknya dengan sepenuh hati agar ia dapat berubah. Akhirnya, ia pun kembali bekerja dan hidup seperti sedia kala. Setelah bekerja sebulan, ia pun mendapat gaji. Ini adalah uang yang diperoleh dari hasil jerih payahnya. Ini adalah uang dari hasil kerja keras. Ini benar-benar hasil keringat. Inilah hasil kerja kerasnya.

Di Inggris, seorang remaja berusia 19 tahun juga memenangkan lotre pada tahun 2002. Jumlahnya jauh lebih besar, yakni lebih dari 400 juta NT (154 miliar rupiah). Setelah memenangkan lotre ini, ia pun hidup berfoya-foya. Awalnya ia memang bukan anak yang baik. Setelah mendapatkan uang sebanyak ini, ia pun hidup berhura-hura dan menggunakan narkoba. Segala perbuatan yang buruk pernah ia lakukan. Ia juga pernah dipenjara. Kini, ia termasuk orang yang menerima subsidi dari pemerintah. Di usia yang masih muda, ia telah kehilangan segalanya dan butuh bantuan orang lain. Kehidupan yang penuh kesenangan duniawi dapat dinikmati berapa lama? Kita harus memanfaatkan hidup sebaik mungkin. Janganlah kita berjalan di jalan yang sesat.

“Apakah Anda hanya mengisap debu saja?” tanya relawan dokumentasi Tzu Chi pada seorang perempuan. “Tidak. Saya akan mengepel dan membersihkan semua jendela,” jawabnya. “Berapa pendapatan Anda dalam sebulan?” Tanya relawan kita lagi. “Tiga ribu NT (900 ribu rupiah),” jawab perempuan yang bernama Shu-min itu. Lihatlah, ia bekerja keras demi kelangsungan hidupnya. Setelah lulus SMP, ia langsung menikah. Ternyata suaminya adalah seorang yang gemar berpesta pora dan berjudi sehingga mereka terlilit hutang. Hidupnya sungguh penuh derita.

Akhirnya, ia bercerai dengan suaminya dan membawa pergi 2 orang putrinya. Ia yang tak memiliki keterampilan apapun harus membesarkan kedua putrinya. Kehidupan sungguh sulit bagi mereka, namun ia memiliki tekad yang teguh. Karena itu, ia pun mencari pekerjaan. Ia bekerja membersihkan beberapa rumah orang. Ia bekerja keras membersihkan rumah orang tak peduli selelah apa pun. Melihat kehidupannya yang sulit, mantan kakak iparnya pun mengenalkan Tzu Chi kepadanya.

“Selain mengajak Anda menjadi relawan, apakah ia mengajak Anda untuk berdana?” tanya relawan kita. Shu-min menjawab, “Ia berkata bahwa saya dapat mengubah emas menjadi batu bata. Pikir saya, ‘Mengubah emas menjadi batu bata?’ Artinya sangat dalam. Ia menyampaikan perkataan Master kepada saya bahwa emas yang disimpan tak akan memberi manfaat apa pun. Bila kita menjualnya lalu membeli batu bata, ini dapat membantu pembangunan rumah sakit.

Saya merasa hal ini sangat bermakna.” Setelah bergabung dengan Tzu Chi, Shu-min yang berhati baik pun paham akan 4 Misi Tzu Chi, yakni misi kesehatan, pendidikan, amal, dan budaya humanis yang bertujuan memberi manfaat kepada dunia. Karena itu, ia menjalani hidup dengan giat dan berhemat sehingga dapat menyisihkan pendapatannya.

Awalnya, ia adalah donatur Tzu Chi, namun kini ia telah menjadi anggota komite. Ia kini paham bahwa tak hanya orang kaya yang dapat bersumbangsih, melainkan semua orang yang memiliki niat baik. “Saya ingat pekerjaan pertama saya adalah petugas kebersihan di sebuah rumah sakit. Saya bekerja setiap hari dan mendapat gaji 7.500 NT (lebih dari 2 juta rupiah) sebulan. Dulu, harga sebuah ranjang rumah sakit hanya 15.000 NT (4,5 juta rupiah). Saya pun mendonasikan 2 bulan gaji saya. Pascabencana tsunami di Asia, pembangunan sebuah rumah permanen membutuhkan dana 200 ribu NT (60 juta rupiah). Meski saya sendiri tak memiliki rumah, namun melihat orang lain memiliki rumah saya merasa sangat bahagia. Karena itu, saya mendonasikan sebuah rumah,” tutur Shu-min.

Ia mendonasikan uang hasil jerih payahnya kepada Tzu Chi. Hingga kini, ia telah mendonasikan 7 juta NTD (sekitar 2,1 miliar rupiah). Ia sangat giat dalam menjalankan semua misi Tzu Chi. Pendapatannya pun dikumpulkan untuk didonasikan. Inilah caranya memaknai hidup. Dalam hidup ini, kita harus dapat mengendalikan keinginan dan tahu bersyukur. “Pendapatan saya setiap bulan sekitar 50 ribu NTD (15 juta rupiah). Berdana membuat saya merasa bahagia. Setiap kali berpikir saya memanfaatkan pendapatan saya agar orang kurang mampu dapat membeli beras maupun rumah, saya merasa dipenuhi sukacita. Saat hidup saya penuh kesulitan, orang lain mengulurkan tangannya bagi saya. Karenanya, saya sering berkata bahwa orang lain adalah penyelamat hidup saya. Selain membantu mencarikan pekerjaan, mereka juga mengenalkan saya kepada Tzu Chi. Saya juga berharap dapat menjadi penyelamat hidup bagi orang lain,” tutur seorang donatur yang lain.

Orang yang menyelami Dharma adalah orang yang penuh berkah. Lihatlah Relawan Shu-min yang penuh berkah ini. Banyak insan Tzu Chi yang memiliki hidup penuh berkah sepertinya. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia yang patut menjadi teladan. Bagaimana cari kita menyadarkan orang-orang yang keranjingan lotre? Banyak orang yang selalu mengejar kesenangan dunia. Dengan adanya kehidupan seperti ini, bagaimana masyarakat dapat hidup harmonis? Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Baiklah, semoga semua orang dapat memahami tujuan hidupnya. Janganlah hidup dalam ketersesatan dan memiliki angan-angan yang tinggi karena ini adalah hidup yang sia-sia. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -