Suara Kasih: Keterbatasan Fisik Bukan Penghalang

 

Judul Asli:

  Keterbatasan Fisik Bukan Penghalang untuk Menjadi Bodhisatwa Dunia

Bencana kekeringan yang berkepanjangan membawa penderitaan bagi warga di Pakistan.
Menghargai air, menjalani pola hidup hemat, dan menyayangi bumi.
Mengembangkan cinta kasih dan welas asih yang setara untuk melenyapkan penderitaan sesama.
Keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk menjadi Bodhisatwa dunia.

 

Kita bisa melihat ketidakselarasan empat unsur di dunia. Bencana kekeringan yang melanda Pakistan telah mengakibatkan lebih dari 100 anak meninggal karena kehausan. Kehidupan warga di sana sungguh menderita. Bencana kekeringan yang berkepanjangan juga mengakibatkan gagal panen. Kondisi seperti ini sungguh membuat warga setempat sulit bertahan hidup. Karena itu, saya sering mengingatkan setiap orang bahwa selain menghemat sumber daya alam, kita juga harus ingat bahwa air adalah sumber kehidupan bagi kita. Air juga merupakan sumber kehidupan di bumi. Kini, sumber mata air di bumi juga sudah mulai mengering. Melihat situasi di Pakistan, saya merasa sangat khawatir. Selain khawatir bagaimana warga di sana mendapatkan sumber daya air, saya juga khawatir suatu hari nanti, tempat tinggal kita, bahkan seluruh tempat di bumi juga akan mengalami kekeringan seperti itu. Karenanya, kita harus senantiasa meningkatkan kewaspadaan. Jika ingin dunia bebas dari bencana, maka harus mengandalkan sikap mawas diri dan ketulusan dari setiap orang.

Di alam semesta ini, terdapat sebuah planet bernama Merkurius. Para ilmuwan mendapati bahwa suhu planet tersebut terus menurun sehingga terjadi penyusutan pada planet itu. Sama seperti di Bumi, Merkurius diyakini memiliki inti berupa logam yang sangat panas. Namun, akibat penurunan suhu yang berkepanjangan selama 3,8 miliar tahun terakhir ini, planet Merkurius terus mengalami penyusutan. Kini, para ilmuwan mendapati bahwa planet itu telah menyusut hingga 14 km. Setelah melihat berita ini, saat belajar dan mendengar Dharma, kita bisa semakin merasakan kebijaksanaan Buddha. Buddha terus mengajarkan kepada kita bahwa segala sesuatu di dunia ini pasti mengalami fase pembentukan, keberlangsungan, kerusakan, dan kehancuran. Segala sesuatu terus mengalami perubahan yang berkesinambungan dan tidak akan kekal selamanya. Karenanya, kita sungguh harus bisa memahami ketidakkekalan di dunia ini.

Di Klang, Malaysia, ada sebuah kawasan permukiman yang tiba-tiba diterjang angin kencang dan hujan deras. Penduduk setempat mengatakan bahwa mereka belum pernah melihat angin kencang dan hujan deras seperti itu. Hujan badai itu mengakibatkan lebih dari 20 atap rumah terbang dan rusak. Semua itu terjadi dalam sekejap. Begitu mendapatkan informasi ini, dalam waktu 1 jam, insan Tzu Chi sudah tiba di lokasi untuk melakukan survei. Melihat kerusakan yang tercipta, insan Tzu Chi mengkhawatirkan tempat berteduh para warga. Karena itu, insan Tzu Chi segera menginformasikan hal ini kepada relawan lain.

Kita bisa melihat Relawan Yu-xian dari Taoyuan. Dia mengalami gangguan penglihatan. Akibat penyakit degeneratif, daya penglihatannya kian hari kian memburuk. Namun, asalkan memiliki tekad, maka tiada hal yang sulit untuk dilakukan. Dia tetap bertekad untuk bergabung dalam barisan Tzu Chi. Sang suami juga sangat mendukungnya. Dia juga belajar bahasa isyarat tangan dan ikut serta dalam pementasan adaptasi Sutra. Selain itu, dia juga sangat bersungguh hati dalam mengikuti kegiatan bedah buku. Tidak mudah bagi dia untuk membaca buku. Dia sangat bersyukur karena memiliki buku elektronik. Dia berkata bahwa tulisan di buku elektonik bisa diperbesar. ”Saya merasa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Kita pasti bisa menemukan solusinya. Jangan karena tidak dapat melihat, maka kita tidak melakukan apa pun. Kita masih bisa melakukan banyak hal. Karena itu, saya tidak pernah merasa putus asa,” ucap Li Yu-xian.Jadi, asalkan ada tekad, maka tiada hal yang sulit.

Kita juga bisa melihat Relawan Liu Bao-zhong dari Kaohsiung. Dia tidak dapat berbicara dengan jelas. Banyak orang yang mengucilkannya dan meremehkannya. Namun, insan Tzu Chi sangat mengasihinya serta mengajaknya untuk menjadi relawan. Kini, dia sudah bebas dari rintangan batin. Meski dia memiliki gangguan pada indra pengecap, tetapi kekuatan fisiknya sama seperti orang lain. Insan Tzu Chi tidak mengucilkannya, malah mengajaknya untuk menjadi Bodhisatwa daur ulang. Dengan demikian, dia bisa mengembangkan kekuatan cinta kasihnya. ”Mengapa kamu ingin bergabung dengan Tzu Chi?” tanya seorang reporter. ”Karena saya ingin membalas budi masyarakat. Saya ingin membalas budi luhur orang tua,” ucap Liu Bao-zhong, relawan daur ulang

Sungguh, kita jangan memandang rendah diri sendiri. Asalkan memiliki niat, kita tak hanya bisa membimbing diri sendiri, tetapi juga bisa membimbing orang lain. Kedua relawan itu adalah teladan bagi kita. Karena itu, janganlah kita merasa takut karena memiliki keterbatasan pada enam indra atau merasa kebijaksanaan kita belum cukup. Sesungguhnya, asalkan memiliki niat, maka keterbatasan pada enam indra tidak akan menjadi penghalang bagi kita. Kita harus tahu bahwa kebijaksanaan setiap orang adalah setara karena setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Jadi, segala sesuatu yang berwujud bersifat tidak kekal, sebaliknya prinsip kebenaran dan Dharma bisa bertahan selamanya. Karena itu, kita harus bersungguh hati untuk menyerap Dharma ke dalam hati agar bisa sungguh-sungguh memahami kebenaran tertinggi dari ajaran Buddha.

 

(Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Beramal bukanlah hak khusus orang kaya, melainkan wujud kasih sayang semua orang yang penuh ketulusan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -