Suara Kasih: Konferensi TIMA

   

Judul Asli:
Konferensi TIMA yang Berakhir dengan Sempurna

Konferensi tahunan TIMA telah selesai dengan sempurna
Bersama-sama mendalami Dharma dengan kesungguhan hati
Menyebarkan benih kebajikan dengan welas asih dan kebijaksanaan
Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan membentuk hutan bodhi

Konferensi TIMA yang digelar setahun sekali telah berakhir pada tanggal 23 September lalu, dan semua orang dipenuhi rasa sukacita. Namun, banyak dari para peserta yang berjanji untuk saling bertemu kembali tahun depan. Mereka adalah Bodhisatwa yang tersebar di seluruh dunia, semuanya memiliki benih Bodhisatwa. Setelah mempelajari banyak hal di Taiwan, benih-benih Bodhisatwa dalam diri mereka telah mulai bertunas satu demi satu. Karenanya, sebelum meninggalkan Taiwan, banyak dari mereka yang berikrar untuk menyebarkan benih-benih ini di negara masing-masing hingga tumbuh menjadi hutan bodhi.

Bukankah kita sering mengatakan bahwa kita bagai hutan bodhi yang tumbuh dari satu akar? Semoga setiap benih dalam diri semua orang dapat tumbuh menjadi pohon bodhi yang lebat dan menghasilkan lebih banyak lagi benih yang dapat terus tersebar ke berbagai tempat. Dengan benih ini dalam diri setiap orang, tak peduli di negara mana pun, sebutir benih tersebut akan terus berkembang dan bertambah. Saya sering mengatakan bahwa menolong dunia harus dimulai dengan menolong hati manusia. Untuk menolong dunia, kita harus menyucikan hati manusia. Agar manusia dapat hidup tenteram, kita harus menolong dunia.

Ketika dunia ini damai dan harmonis, barulah manusia dapat hidup tenteram. Jadi, agar manusia dapat hidup tenteram, masyarakat harmonis, dan dunia terhindar dari bencana, kita harus kembali pada sumbernya, yakni menyucikan hati manusia, melenyapkan kegelapan batin sehingga benih bodhi dalam diri setiap orang dapat bertumbuh. Inilah yang disebut satu benih tumbuh menjadi tak terhingga, yang tak terhingga pun tumbuh dari satu benih. Inilah hati manusia yang kembali suci bagaikan Buddha dan Bodhisatwa.

Jadi, kita hendaknya berdoa dengan tulus semoga dengan adanya benih bodhi dalam batin satu orang, ia dapat menyebarkannya kepada banyak orang. Singkat kata, dimulai dari sebutir benih, benih bodhi ini dapat terus bertumbuh menjadi pohon-pohon bodhi yang tersebar di seluruh dunia. Semua ini memerlukan sebab dan kondisi yang sesuai. Tahun ini hadir pula para dokter dari Haiti. Setelah terjadi gempa dahsyat di Haiti, para anggota TIMA dari Amerika Serikat memberikan pelayanan medis di sana. Dengan benih-benih bodhi di hati, mereka menginspirasi warga setempat. Para praktisi medis setempat amat tersentuh dan turut terinspirasi. Karenanya, mereka juga hadir dalam konferensi kali ini.








“Saya rasa metode bantuan ini sangat tepat dan dapat menjadi contoh bagi kami di Haiti dalam bekerja dan memanfaatkan dengan baik bantuan internasional yang tersalur bagi kami,” kata salah seorang dokter dari Haiti. Begitu pula di Cile. Gempa 8,8 skala Ricter yang mengguncang Cile juga turut menumbuhkan benih-benih bodhi dan membangkitkan cinta kasih banyak orang. Sesungguhnya, semua orang memiliki satu niat, yakni ingin turut membantu, tetapi kami tidak tahu bagaimana caranya. Tzu Chi membuka jalan bagi kami. Di sana tiada listrik maupun air. Pada saat kami meninjau daerah bencana, terjadi gempa susulan berkekuatan 7 skala Richter. Meskipun begitu, insan Tzu Chi tidak takut dan tetap ikut kami meninjau daerah bencana. Mereka bahkan lebih bersemangat daripada wartawan CNN karena mereka jarang tidur. Setelah insan Tzu Chi dari Amerika Serikat, Argentina, Brasil, dan Paraguay memberi perhatian bagi para korban di Cile, banyak orang turut terinspirasi. TIMA pun akhirnya didirikan di sana, begitu pula dengan Kantor Penghubung Tzu Chi.

Di Bolivia, juga terjadi bencana besar tiga tahun lalu. Karena parahnya kondisi saat itu, insan Tzu Chi dari Amerika Serikat juga menyalurkan bantuan ke sana sekaligus menginspirasi warga setempat. Sejak tahun itu, para dokter dari Bolivia mulai menghadiri konferensi TIMA di Taiwan. Melihat begitu banyak orang pulang ke kampung halaman batin ini, saya sungguh tersentuh. “Setelah kembali ke Bolivia nanti, saya akan berbagi kepada rekan-rekan saya semua yang telah saya pelajari di sini agar kami dapat membantu lebih banyak orang,” kata seorang dokter.


Di dunia banyak orang yang penuh cinta kasih. Saat insan Tzu Chi menjejakkan kaki di sebuah negara, banyak orang yang akan terinspirasi untuk berjalan di Jalan Bodhisatwa, bersumbangsih bagi warga yang kurang mampu di negara masing-masing. Jadi, kali ini, melihat para anggota TIMA dari 23 negara yang datang ke Taiwan, saya merasakan adanya harapan. Saya sungguh bersyukur dan tersentuh. Saat jalinan jodoh di suatu negara matang, Tzu Chi akan dapat berakar di sana. Inilah cara kita menyebarkan cinta kasih.

Manusialah yang dapat menyebarkan kebenaran. Ajaran kebenaran ini bersumber dari cinta kasih tanpa pamrih. Kebenaran ini berlaku di seluruh dunia, dan semuanya berakar pada hati yang murni tanpa noda. Dengan hati yang murni tanpa noda, welas asih dan kebijaksanaan akan terbangkitkan. Buddha berkata bahwa dunia ini penuh dengan penderitaan. Karena itu, kita harus mengembangkan hati yang penuh cinta kasih tanpa pamrih.

Contohnya, topan Fanapi yang menerpa Taiwan kali ini membawa bencana banjir di beberapa daerah. Ada seorang dokter, dr. Hong yang tengah menghadiri konferensi di Hualien. Begitu mengetahui bencana banjir yang terjadi di Pingdong dan Kaohsiung, beliau segera kembali ke Kaohsiung dengan kereta pertama setelah jaringan kereta pulih. Setibanya di Kaohsiung, ia segera berkumpul dengan para dokter anggota TIMA di sana dan segera meninjau lokasi bencana.

Di sana, banyak warga terluka saat membersihkan rumah dan berisiko mengalami infeksi. Mereka ditemukan oleh para dokter TIMA. Para dokter pun segera mengobati mereka. Untuk itu, saya juga sangat berterima kasih kepada para anggota TIMA yang telah melindungi kehidupan dengan cinta kasih dan bersumbangsih bagi para korban dengan segera. Saya sungguh bersyukur.

Diterjemahkan oleh: Lena 
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -