Suara Kasih: Langkah Bodhisatwa

Judul Asli:

 

  Mengulas kembali bencana di Amerika Tengah

 

Mengulas kembali bencana di Amerika Tengah
Mengumpulkan pakaian bekas bagi korban bencana
Menggarap ladang batin dengan penuh cinta kasih
Di mana ada Bodhisatwa, di situ ada berkah

Insan Tzu Chi Guatemala tidak banyak, namun bencana sering melanda mereka. Saya sangat berterima kasih kepada relawan setempat karena pascabencana gempa dan banjir, mereka segera mengerahkan warga Tionghoa setempat untuk merencanakan penyaluran bantuan, memberikan penghiburan, serta membagikan bantuan materi untuk memenuhi kebutuhan keseharian. Melihat ini kita teringat pada tahun 1998, saat 8 negara bagian di Amerika Tengah dilanda Badai Georges pada bulan September dan disusul dengan Badai Mitch pada bulan Oktober. Kedua badai ini menghancurkan kedelapan wilayah tersebut. Pada saat itu berita utama pada setiap harinya diisi dengan laporan ini. PBB juga mengimbau semua negara agar menyalurkan bantuan ke-8 negara bagian tersebut. Pemerintah Taiwan pun segera bergerak untuk memberikan bantuan dana.

Setelah melihat laporan berita, insan Tzu Chi segera mencari tahu kondisi di 8 wilayah tersebut. Karena musim dingin akan segera datang, kita pun mengimbau orang-orang untuk mendonasikan pakaian. Seluruh insan Tzu Chi di Taiwan segera dimobilisasi. Selain menggalang dana, kita juga mengumpulkan pakaian. Setelah dikumpulkan, pakaian diperiksa satu per satu. Pakaian yang kotor akan dicuci dan bila ada kancing yang terlepas, maka semua kancing akan diganti dengan yang baru. Karena tak dapat menemukan model kancing yang sama, maka kita mengganti semua kancing dengan model yang baru. Meskipun pakaian bekas, tapi harus terlihat bersih dan rapi. Bila ada bagian yang sobek maka kita akan menambalnya.

Kita menyortir pakaian menurut ukurannya. Sebelum dikemas, kita akan pilah menurut jenisnya, seperti pakaian anak laki-laki dan perempuan, untuk usia berapa, dan pakaian musim dingin atau musim panas. Kita memilahnya dengan sangat teliti bagaikan pabrik pakaian. Setiap relawan sangat bersungguh hati. Mereka melakukan kegiatan ini dari bulan Oktober hingga Desember. Selain mengumpulkan pakaian dan menggalang dana, kita juga masuk ke lokasi bencana.

Saya masih ingat lokasi pertama yang kita datangi adalah Honduras. Setelah menyurvei lokasi, relawan Stephen Huang menelepon saya dan berkata, “Sekarang saya ada di lokasi bencana. Tempat ini hancur total.” Saya bertanya,“Bagaimana maksudmu?” Ia menjawab, “Sejauh mata memandang, yang terlihat hanyalah lokasi bencana. Terjadi tanah longsor yang sangat parah. Di beberapa wilayah yang padat penduduk, warganya tak sempat mengungsi. Mereka terkubur di dalam longsoran tanah.” Ia berkata bahwa wilayah itu sangat berbau tak sedap. Kita sungguh harus segera menyalurkan bantuan. Yang pertama adalah mencegah merebaknya wabah penyakit. Saya meminta mereka segera bergerak untuk mensterilkan seluruh jalanan. Selama beberapa hari di sana mereka terus memberi kabar kepada saya. Terkadang mereka menelepon beberapa kali dalam sehari.

 

Mereka menyewa sebuah truk kecil dan membeli semua perlengkapan untuk orang-orang yang bertugas melakukan sterilisasi. Kita harus mempertimbangkan keselamatan para relawan yang akan bertugas. Kita meminta bantuan warga setempat, tentu saja keselamatan mereka harus diperhatikan. Para relawan yang bertugas saat itu sungguh bekerja keras dan setiap hari saya berkomunikasi dengan mereka. Insan Tzu Chi yang berada di Taiwan juga tak berpangku tangan. Mereka berhasil mengumpulkan 60 kontainer pakaian layak pakai.

 

Semua pakaian tersebut dikirim melalui perairan ke-6 negara bagian yang dilanda bencana, termasuk Dominika. Kemudian para relawan juga mengubah lokasi pembuangan sampah menjadi sekolah dasar dan menengah.

Pendidikan membawa harapan masa depan. Tahun ini karena curah hujan sangat tinggi maka sering terjadi banjir di sana. Warga kurang mampu semakin tak berdaya dan anak-anak pun kesulitan untuk bersekolah. Karena itu insan Tzu Chi segera memberikan bantuan berupa seragam sekolah dan alat tulis. Pada tahun 2001 El Salvador diguncang gempa dahsyat. Kita membangun lebih dari 1.000 unit rumah bagi korban bencana. Inilah awal jalinan jodoh kita dengan Amerika Tengah. Semua pencapaian adalah berkat sumbangsih yang penuh cinta kasih dari setiap orang. Setelah membangun perumahan bagi warga setempat, setiap kali terjadi bencana di El Salvador, kita selalu menanyakan keadaan para warga di perumahan tersebut apakah mereka selamat atau tidak. Warga setempat sungguh memiliki semangat Tzu Chi. Bila selamat dari bencana, mereka akan segera mengulurkan tangan kepada orang yang tertimpa bencana. Bahkan ada warga yang memberi tumpangan kepada sesama yang kehilangan tempat tinggal. Inilah semangat cinta kasih yang terus diwariskan ke seluruh penjuru dunia. Semangat cinta kasih Tzu Chi telah tertanam di sana.

Saya sungguh bersyukur. Di mana pun insan Tzu Chi berada, asalkan ada kesempatan, mereka pasti akan menyebarkan benih cinta kasih dan tempat tersebut akan penuh berkah. Ladang berkah akan terus digarap. Saya sangat bersyukur karena mereka mampu menggalang dana sendiri. Singkat kata, asalkan berjodoh dengan Tzu Chi, di mana pun relawan berada, tempat tersebut pasti akan penuh berkah. Di semua tempat yang dikunjungi, para Bodhisatwa dunia ini pasti akan meninggalkan jejak cinta kasih. Saat Buddha lahir ke dunia, ia berjalan 7 langkah dan pada bekas injakan kakinya tumbuh bunga teratai. Saya yakin ini berarti bahwa di mana Bodhisatwa menginjakkan kaki, di situ akan ada berkah.Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

Kekuatan akan menjadi besar bila kebajikan dilakukan bersama-sama; berkah yang diperoleh akan menjadi besar pula.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -