Suara Kasih: Makanan Penuh Cinta Kasih

Judul Asli:

 

  Paket Makanan yang Penuh Cinta Kasih

 

Membimbing orang kembali ke jalan yang benar
Membagikan tas berisi makanan dan cinta kasih
Membimbing orang berada untuk bersumbangsih
Semoga dunia damai seperti di surga

“Apa kabar? Selamat datang di Toko Gratis. Apakah Anda pernah datang sebelumnya?” tanya relawan kepada seorang pengunjung. Kita bisa melihat sekelompok relawan komunitas yang membuka toko gratis. Mereka mengimbau semua orang untuk mendonasikan barang-barang yang sudah tidak mereka gunakan lagi. Setiap hari selalu ada saja orang yang datang untuk mendonasikan atau mengambil barang. Saya pikir ini adalah praktik yang sangat baik dan merupakan wujud dari pikiran bijaksana. Beberapa relawan mengurus barang-barang yang didonasikan orang. Bukankah ini adalah tempat yang sangat baik untuk mengumpulkan barang kebutuhan sehari-hari? Orang yang membutuhkan dapat mengambil di tempat ini. Bukankah ini sangat bermanfaat?

Ide ini sangat inspiratif karena orang-orang dapat menukar barang dengan barang, tidak harus membeli dengan uang. Amerika Serikat tengah mengalami krisis ekonomi dan angka pengangguran sangat tinggi. Jadi, warga setempat kini hidup penuh kesulitan karena ada kesenjangan sosial. Orang yang kaya mendapatkan sangat banyak uang setiap tahunnya, sementara orang yang miskin untuk makan pun mereka sangat kesulitan. Kehidupan mereka sungguh serba minim. Jadi, warga setempat ada yang hidup mapan ada pula yang hidup memprihatinkan. Kehidupan di dunia ada yang berkecukupan dan ada pula yang kekurangan.

Kehidupan harus dihadapi dengan sabar. Namun, di tengah kondisi yang serba sulit ini, bagaimana orang bisa bertahan? Harus ada sesama yang memerhatikan dan membimbing mereka. Dunia yang penuh penderitaan ini sangat membutuhkan Bodhisatwa dunia untuk membebaskan semua makhluk dari penderitaan, membimbing orang mampu untuk bersumbangsih dan saling mendukung antarsesama, serta memerhatikan orang yang menderita. Orang yang hidup mapan harus saling mendukung dan bekerja sama demi membantu orang yang hidup kekurangan. Para Bodhisatwa dunia harus menginspirasi orang-orang yang hidup mapan agar cinta kasih mereka terbangkitkan sehingga bersedia membantu orang lain.

Orang-orang yang hidup serba berkecukupan harus diinspirasi agar cinta kasih mereka terbangkitkan. Dengan himpunan kekuatan dan kerja sama dari mereka, maka orang yang membutuhkan akan tertolong. Inilah yang dilakukan Bodhisatwa dunia, yakni membimbing yang mampu untuk menolong yang tak mampu. “Saya jarang menangis. Namun, saat dokter membuatkan saya gigi palsu agar saya dapat tersenyum kepada anak-anak saya pada saat wisuda…,” ujar pria tersebut sambil terisak. “Apakah sekarang Anda memiliki pekerjaan?” “Ya,” jawabnya. “Hidup Anda berubah, bukan?” “Ya. Seluruh hidup saya berubah,” jawabnya, “bantuan yang diberikan sangat menyentuh saya sehingga saya ingin berbuat kebajikan. Hidup saya sungguh berubah.”

“Saya mengenalnya 4 tahun lalu dan selama ini saya tidak menggunakan Narkoba dan mengonsumsi minuman keras. Saya mendapatkan pekerjaan dan gigi palsu. Insan Tzu Chi menunjukkan kepada saya jalan kehidupan yang berbeda-beda. Cinta kasih yang kalian curahkan membuat saya sangat tersentuh hingga meneteskan air mata dan membuat saya ingin berubah,” ucapnya. “Setiap orang terus belajar, bukan?” tanya relawan. “Ya. Setiap orang. Tak ada istilah terlambat untuk belajar. Saya kini berumur 50 tahun dan tengah belajar untuk hidup dengan benar,” jawabnya.

Itulah kisah seorang relawan AS yang bernama Paul. Saat masih muda ia gemar mengonsumsi minuman keras dan menggunakan Narkoba. Ia telah bercerai dan berpisah dengan anak-anaknya. Ibunya juga tak menghiraukannya karena dahulu ia tidak hidup dengan benar bahkan pernah dipenjara. Lihatlah, bahkan ibunya pun tak lagi memedulikannya, apalagi istri dan anak-anaknya. Hingga sekitar 5 tahun yang lalu, saat baru keluar dari penjara, ia datang ke Baksos Kesehatan Tzu Chi untuk mendapatkan perawatan gigi. Sejak saat itu insan Tzu Chi memerhatikan, mendampingi, dan memberinya semangat hidup. Secara perlahan ia pun tersadarkan dari kehidupannya yang sesat dan mulai mengintrospeksi diri serta belajar untuk hidup dengan benar.

 

Ia tahu bahwa untuk dapat berkumpul kembali dengan keluarga ia harus mengubah kebiasaan buruknya. Tak hanya itu, ia juga kembali ke bangku sekolah untuk menyelesaikan pendidikannya dan mendapatkan pekerjaan yang layak. Kemudian, ia mencari ibu dan anak-anaknya. Kini mereka semua hidup bersama. Ia kini adalah relawan Tzu Chi dan sangat giat bersumbangsih. Sungguh, kehidupan orang dapat diubah.

 

Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi di New Jersey yang memberi manfaat bagi sesama. Di Kantor Cabang Tzu Chi setempat mereka membuka bank makanan agar warga kurang mampu dapat mengambil makanan yang mereka butuhkan. Di California, relawan juga bersumbangsih di sekolah. Mereka menyediakan makanan bagi para siswa yang kurang mampu. Di Amerika Serikat, makan siang para siswa disediakan di sekolah.

Namun, pada akhir pekan mereka pulang ke rumah. Bagaimana jika di rumah tak ada makanan? Karena itu para relawan menyiapkan tas berisi makanan untuk dibawa pulang oleh para siswa pada akhir pekan. Mereka mengisi penuh tas tersebut dengan makanan untuk dibawa pulang oleh para siswa. Pada hari Senin mereka akan mengembalikan tas untuk diisi kembali pada akhir pekan.

“Keberadaan Tzu Chi di sini sungguh merupakan berkah bagi kami. Anak-anak kami juga sangat beruntung bisa mendapatkan manfaat dari program ini. Setiap hari Kamis dan Jumat mereka selalu menanti-nanti tas ini untuk dibawa pulang ke rumah. Insan Tzu Chi juga menanamkan benih cinta kasih ke dalam hati mereka dengan mengajarkan cara mendaur ulang dan menghargai benda.Mereka membimbing anak-anak supaya tak berjalan menyimpang karena berbagai keterbatasan dalam hidup. Kita sungguh harus menjaga kemurnian hati mereka.

“Tzu” berarti cinta kasih, “Chi” berarti menolong. Jadi, “Tzu Chi” berarti menolong orang dengan penuh cinta kasih. Para Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus menjaga hati dengan baik. Kehidupan dapat berubah. Semuanya bersumber dari hati kita. Kita dapat memilih untuk bertindak bijaksana. Ada banyak kondisi di lingkungan yang dapat memengaruhi kita. Kita harus jeli untuk memutuskan apakah mau menggunakannya untuk kebajikan atau untuk kepentingan pribadi? Bila hanya mementingkan kepentingan sendiri, maka hidup kita akan menderita. Namun, bila kita menggunakan kesempatan untuk menolong orang lain, itulah kebijaksanaan seorang Bodhisatwa dunia. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 

Menyayangi diri sendiri adalah wujud balas budi pada orang tua, bersumbangsih adalah wujud dari rasa syukur.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -