Suara Kasih: Makanan yang Sehat

Judul Asli:

 

Kembali pada Makanan Alami yang Menyehatkan

 

Karma buruk terakumulasi akibat ketamakan
Makanan alami adalah makan paling sehat Menyalurkan bantuan kepada korban bencana
Menyebarkan cinta kasih universal

Di Taiwan, penemuan bahan kimia plastik dalam produk makanan membuat warga sangat khawatir. Ini semua adalah ulah manusia. Lihatlah, makanan bagi manusia seharusnya bersifat alami. Namun, bagi banyak orang, kenyang saja tidaklah cukup. Makanan harus memiliki cita rasa. Karena itu, banyak produk makanan dan minuman yang mengandung zat perasa. Selain itu, ditambahkan juga zat pengawet yang berarti di dalam produk tersebut terkandung bahan kimia.

Pada zaman dahulu, orang selalu makan di rumah dan membawa bekal makanan sendiri saat berangkat kerja. Kini, tak lagi demikian. Orang tak memasak di rumah, melainkan membawa seluruh keluarga untuk makan di luar. Makanan yang dijual belum tentu terjamin kebersihannya, bahkan mungkin terdapat berbagai zat tambahan di dalamnya. Hati manusia telah dipenuhi noda sehingga timbullah kegelapan batin yang membuat mereka tamak akan makanan yang enak dan cepat saji.

Manusia sungguh telah berjalan menyimpang dari cara hidup yang alami. Orang-orang zaman sekarang tahu akan bahaya dalam produk makanan, namun mereka tetap mengonsumsinya. Kenyataan ini sungguh menyedihkan. Kita harus mengubah pola makan. Kita sungguh harus bertobat, apalagi tengah mensosialisasikan pertobatan. Kita harus mengingatkan semua orang bahwa dalam soal makanan saja, ada begitu banyak hal yang dikhawatirkan sehingga semua orang merasa tak tenang.

 

Peternakan menciptakan polusi udara dan menghabiskan banyak sumber daya alam. Orang-orang di masa sekarang ini haruslah memulai pertobatan dengan mengubah pola makan. Kita sungguh harus segera bertobat. Sesungguhnya, Buddha berkata bahwa kita harus menjaga "akar" dengan baik. "Akar" adalah keenam indra kita. Jagalah keenam indra sebaik mungkin dan janganlah tamak akan makanan. Kita harus mengendalikan nafsu makan. Bila ketamakan timbul, segeralah lenyapkan.

 

Inilah orang yang bijaksana. Kita harus menghargai segala sesuatu. Dengan melatih diri, nafsu keinginan dapat dikendalikan sehingga bumi dan manusia senantiasa dalam keadaan damai dan selamat.

Berada dalam kondisi aman merupakan berkah. Kita tahu bahwa alam tengah mengirim sinyal darurat. Bencana terus terjadi di mana-mana. Badai tornado kembali melanda Amerika Serikat. Bencana kali ini mereka sebut "badai tornado langka." Badai yang melanda Massachusetts ini berdampak pada wilayah yang sangat luas. Dikatakan bahwa beberapa kota hancur akibat terjangan badai ini. Hal ini sungguh mengkhawatirkan. Para insan Tzu Chi di Boston segera menelepon saya dan meminta saya agar tidak khawatir. Mereka dalam keadaan selamat dan tengah bersiap untuk menyurvei lokasi bencana. Lihatlah, bencana yang langka semakin sering terjadi dan kerusakan yang diakibatkannya semakin parah.

Dahulu, bencana badai tornado di Amerika Serikat adalah hal yang biasa dan hanya melanda wilayah yang kecil. Namun kini tak lagi demikian. Badai tornado menerjang banyak wilayah dan mengakibatkan kerusakan sangat parah. Badai tornado yang melanda Joplin, Missouri, minggu lalu telah merusak 75 persen bangunan yang ada di kota tersebut. Insan Tzu Chi dari berbagai wilayah di AS segera bergerak untuk menyurvei lokasi bencana. Melihat kondisi yang sangat mengenaskan, semua orang merasa sedih. Banyak orang kehilangan tempat tinggal. Insan Tzu Chi tengah mempersiapkan bantuan materi berupa selimut dan kartu debit senilai 300 dollar AS (sekitar 3 juta rupiah).

Selain menyurvei lokasi bencana, mereka juga menyediakan makanan hangat bagi para korban bencana. Mereka juga bekerja sama dengan Palang Merah dalam menyalurkan bantuan. Daftar penerima bantuan telah ada dan pembagian bantuan materi akan segera dilaksanakan. Di mana pun bencana terjadi, insan Tzu Chi yang selamat akan segera menuju lokasi bencana untuk menghibur para korban, baru kemudian menyalurkan bantuan materi.

Di Jepang juga demikian, selama beberapa hari ini para relawan setempat berkumpul di Kantor Cabang Tzu Chi di Jepang. Mereka bekerja siang dan malam. Apa yang mereka kerjakan? Mereka tengah mempersiapkan kartu debit bagi korban bencana gempa dan tsunami di sana.

Bencana telah berlalu hampir 3 bulan, namun kondisi setempat masih belum pulih karena kerusakan yang terjadi sangat parah. Pada pertengahan Maret warga asing yang tinggal di Jepang mulai kembali ke negaranya. Namun, insan Tzu Chi malah menuju lokasi bencana. Entah berapa kali mereka telah masuk ke lokasi bencana untuk membagikan selimut dan syal serta menyediakan makanan hangat bagi para korban bencana. Insan Tzu Chi Taiwan juga tengah bersiap-siap untuk berangkat ke Jepang pada tanggal 7 Juni mendatang guna mengadakan rapat dengan relawan setempat mengenai penyaluran bantuan materi berskala besar yang pertama kali di Jepang. Ini adalah pertanggungjawaban kita kepada semua orang baik yang telah berdana. Dana amal yang kita galang khusus untuk Jepang akan kita salurkan langsung kepada korban bencana. Mereka akan langsung menerimanya dari kita. Inilah misi kita.

Saya sangat berterima kasih kepada para insan Tzu Chi di Jepang. Sejak Maret hingga hari ini, mereka tak pernah berhenti bersumbangsih. Akhirnya, kini kita akan memulai pembagian bantuan berskala besar. Baiklah, para Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus mengamati segala peristiwa yang terjadi di dunia ini. Agar dunia senantiasa damai, kita harus memulai pola hidup yang sederhana. Harap semua orang memerhatikan pola hidupnya masing-masing.

Dengan keyakinan, keuletan, dan keberanian, tidak ada yang tidak berhasil dilakukan di dunia ini.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -