Suara Kasih: Manfaat Mendengar Dharma

 

Judul Asli:

     

Memperoleh Manfaat dari Mendengar Dharma

 

Tersadarkan dari perbuatan salah setelah mendengar Dharma
Membina keharmonisan dan menumbuhkan benih kebuddhaan
Anak kecil berpikiran murni dan menyayangi keluarga
Memiliki hati yang terang meski dengan keterbatasan penglihatan

Pikiran manusia dan alam semesta ini sama-sama berada dalam ketidakselarasan. Kita harus senantiasa mengingatkan diri untuk memanfaatkan waktu dan ruang dalam hidup kita sebaik mungkin. Kini Tzu Chi telah tersebar ke seluruh dunia, karena itu kita harus memanfaatkan jalinan jodoh ini untuk menyebarkan ajaran Buddha. Untuk menyucikan batin manusia, kita harus menyerap Dharma ke dalam hati. Dharma bagaikan air. Kita harus menyerap Dharma agar dapat membersihkan kekotoran batin. Untuk itu, kita harus bertobat.

Bertobat berarti harus giat melatih diri. Saya sering berkata bahwa kita harus berhati-hati dalam bertutur kata. Janganlah berbicara tanpa berpikir panjang sehingga tanpa disadari kita telah menyakiti hati orang lain. Sebaliknya, sebagai pendengar kita juga harus lebih berlapang dada dan berpengertian. Meski ada orang yang sengaja melukai kita, namun asalkan kita berlapang dada, berpikiran murni, dan berpengertian, maka kita akan dapat menerima segala perkataan mereka dengan penuh rasa syukur, pengertian, dan lapang dada. Janganlah setelah mendengar perkataan orang yang tidak disengaja kita terus mengingatnya dalam hati sehingga timbul rasa dendam dan benci. Pikiran seperti itu akan menambah noda batin sehingga kita akan senantiasa dipenuhi oleh rasa dendam dan benci. Jika demikian, noda dan kegelapan batin serta karma buruk semakin lama akan semakin banyak.

Karena itu, kita harus lebih mawas diri. Saat mendapat pujian ataupun disalahkan oleh orang lain, hati kita harus senantiasa tenang dan teguh. Dengan adanya keteguhan hati, barulah kita dapat melatih sila, samadhi, dan kebijaksanaan tanpa celah. Jadi, kita harus lebih bersungguh hati. Dalam berinteraksi antarsesama, baik mimik wajah, suara, perbuatan, serta segala sesuatu yang kita lihat, dengar dan rasakan harus kita terima dengan penuh pengertian. Janganlah kita selalu menyakiti orang lain. Ini semua tergantung pada sebersit niat.

 

Bertobat berarti menyucikan batin. Untuk menyucikan batin, kita harus harus mengikis noda batin dan mempertahankan niat baik. Ini bagaikan sebutir intan yang masih kasar dan harus diasah berulang kali agar menjadi berlian yang berkilau dan sangat berharga. Demikian pula dengan benih kebuddhaan dalam diri kita. Saat jalinan jodoh matang, benih bodhi dalam diri kita akan bertumbuh menjadi pohon bodhi.

Benih kebuddhaan kita sangat murni dan luar biasa. Dengan adanya benih ini, setiap orang dapat mencapai kebuddhaan. Asalkan berjalan di jalan yang benar, maka benih kebuddhaan akan senantiasa tumbuh di dalam hati kita.

Lihatlah insan Tzu Chi di Malaysia. Mereka adalah benih-benih bodhi. Sebersit niat yang murni adalah benih kebuddhaan. Mereka berikrar menyebarkan ajaran Jing Si dan membuka pintu mazhab Tzu Chi di Malaysia. Beberapa tahun ini, mereka mementaskan drama musikal Sutra Makna Tanpa Batas di berbagai daerah di Malaysia. Setiap pementasan yang mereka adakan berlangsung dengan khidmat. Sejak akhir tahun lalu, mereka mengajak banyak orang untuk menyelami Sutra.

Kita dapat melihat di Ipoh. Insan Tzu Chi di Ipoh sangat sedikit. Relawan sudah dilantik hanya berjumlah 20 orang, ditambah 55 relawan yang sedang menjalani pelatihan. Mereka juga mengundang relawan di komunitas dan para donator untuk melakukan latihan serta geladi bersih. Di antaranya terdapat seorang relawan bernama Xue-li. Ia baru berusia 28 tahun. Salah satu matanya kehilangan penglihatan dan satunya lagi penglihatannya lemah. Namun, ia sangat memanfaatkan waktu untuk menumbuhkan kebijaksanaan dengan membaca majalah Tzu Chi setiap hari. Ia berkata, "Saya hanya bisa menggunakan daya pendengaran karena tidak dapat membaca tulisannya. Setiap pagi saya menyaksikan Sanubari Teduh dan program Tzu Chi Indepth Report. Saya juga menyaksikan Lentera Kehidupan pada malam hari. Jika malamnya tidak ada waktu, saya akan menyaksikannya pada esok paginya. Ceramah Master setiap hari adalah nutrisi bagi jiwa kebijaksanaan saya."

Meski penglihatannya sangat lemah, namun ia membaca majalah huruf per huruf dan senantiasa mengingatnya dalam hati agar jiwa kebijaksanaannya dapat bertumbuh. Pada pementasan kali ini, meski memiliki keterbatasan penglihatan, namun ia bersikeras untuk ikut serta. "Saya sangat senang karena diberi kesempatan. Meski tidak dapat melihat, namun saya sangat menghargai setiap kesempatan untuk bersumbangsih. Saya tidak mengharapkan balasan apa pun. Saya hanya ingin mengerahkan segenap kemampuan saya pada kehidupan di dunia ini agar kehidupan ini menjadi bermakna. Saya tidak mau menunggu hingga kehilangan penglihatan secara total baru merasa menyesal," katanya.

Salah seorang relawan merasa sangat tersentuh oleh semangatnya sehingga berikrar untuk membantu dan membimbingnya mengikuti formasi. Mereka sungguh bersungguh hati. Sementasan drama musikal di Ipoh sungguh membuat orang tersentuh. Seluruh relawan di Ipoh berpartisipasi dalam pementasan ini. Relawan dari luar kota pun turut membantu dalam mempersiapkan makanan dan panggung pementasan. Saudara sekalian, kita sungguh harus meneladani mereka. Sebanyak lebih dari 200 relawan di Ipoh berhasil membimbing 4.400 penonton untuk menyelami Sutra. Mereka sungguh telah membabarkan Dharma di negara tempat tinggalnya. Mereka sungguh mengagumkan.

Selain itu, dalam memperingati ultah Tzu Chi yang ke-45, sekolah TK Tzu Chi di Malaysia mengajak para siswanya untuk berkunjung ke Aula Jing Si di Penang. Di antaranya terdapat seorang anak berusia 4 tahun. Setelah melihat berbagai bencana dan penderitaan di dunia, ia terinspirasi dan berikrar untuk menjadi anak yang baik. Ia pun naik ke atas panggung untuk bertobat. Sang guru bertanya, "Apa kesalahan kamu?" Ia menjawab, "Saya ada iri hati." "Iri dengan siapa?" tanya gurunya lagi. Ia menjawab, "Saya iri dengan kakak. Saya mengira orang tua saya pilih kasih. Kakak saya menderita penyakit jantung dan pernah dioperasi. Ia sangat lamban dalam belajar, karena itu saya menertawakan ia bodoh. Saya bilang, "Haha, kamu bodoh."  Gurunya lanjut bertanya, "Kamu juga sering memukul dan menindasnya?" Ia cepat berkata, "Kelak saya tidak akan begitu lagi." Dan gurunya bertanya, "Apa sekarang kamu masih memukul kakak?" "Tidak. Saya sudah tidak memukulnya dua kali. Sekarang saya akan menyayangi kakak," jawabnya. Lihatlah, anak sekecil itu pun tersadarkan setelah mendengar Dharma. Sungguh hal yang tidak mudah. Inilah harapan masa depan kita. Semoga kita semua dapat memanfaatkan waktu untuk menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Melihat Xue-li yang giat dan anak berusia 4 tahun yang membangkitkan cinta kasihnya, sungguh membuat orang tersentuh. Baiklah. Singkat kata, banyak hal dapat tercapai jika kita memanfaatkan setiap detik yang ada. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 
Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -