Suara Kasih: Melenyapkan Keakuan dan Kesombongan

 

 

 

Judul Asli:

Melenyapkan Keakuan dan Kesombongan

Berdana dan mengembangkan kebijaksanaan harus dilakukan secara bersamaan
Melenyapkan keakuan dan kesombongan
Anggota TIMA mencurahkan cinta kasih di tempat terpencil
Menginspirasi semua makhluk yang tak terhingga

Sungguh, saat menghadapi begitu banyak Bodhisatwa setiap hari, saya selalu mengingatkan diri sendiri. Saya melihat setiap orang sangat tekun dan bersemangat. Pagi-pagi sekali, saya mengadakan acara ramah tamah dengan para anggota Tzu Cheng. Para anggota Tzu Cheng semakin lama semakin dipenuhi semangat pelatihan diri. Kemudian, dilanjutkan oleh para anggota komisaris kehormatan Tzu Chi. Dahulu, mereka berjuang di masyarakat demi mencari uang, namun kini mereka telah mengubah pola pikir dan menjadi lebih rendah hati. Selain itu, mereka juga mengubah tabiat buruk, lebih memperhatikan keluarga, sekaligus berkontribusi bagi masyarakat.

Saya sungguh bersyukur atas kontrubusi mereka. Semoga mereka tak hanya bersumbangsih dalam bentuk uang. Uang hanyalah sebuah nominal saja. Agar bisa sungguh-sungguh memperoleh kebijaksanaan, kita harus bertindak secara nyata. Dengan mendonasikan uang, tentu kita bisa melakukan sesuatu yang besar, tetapi kita sendiri tidak memperoleh kesan. Kita hanya berpikir, “Saya mendonasikan 1 juta dolar NT (sekitar 300 juta rupiah).”Jika demikian, maka pikiran Anda hanya terbatas pada 1 juta dolar NT itu. Meski mendonasikan 3 juta dolar NT ataupun 5 juta dolar NT, pikiran Anda hanya terbatas pada jumlah itu. Jika tidak terjun ke tengah masyarakat, kita tak bisa merasakan sukacita setelah bersumbangsih. Kita tak bisa merasakannya.

Ada ungkapan berbunyi, “Siapa yang menanam, dialah yang menuai.” Jadi, saya sungguh berharap setiap orang bisa bersungguh hati dalam bersumbangsih. Tentu, saya sangat berterima kasih kepada kalian semua. Saya lebih berharap setiap orang bisa terjun secara langsung untuk merasakan penderitaan di dunia. untuk merasakan penderitaan di dunia. Saya juga melihat para anggota TIMA di Kaohsiung dan Pingdong yang menjaga kesehatan pasien dengan penuh cinta kasih dan memperhatikan para saudara se-Dharma. Mereka juga masuk ke daerah pegunungan dan desa terpencil demi membantu orang yang menderita dan mereka yang hidup kekurangan akibat menderita penyakit. Inilah kondisi masyarakat masa kini.

Baik pengusaha, orang yang berprofesi sebagai tenaga medis, maupun orang dari kalangan atas di masyarakat, semuanya bersumbangsih dengan cinta kasih yang tulus. Mereka bukan mengejar ketenaran dan keuntungan. Setiap orang membangkitkan cinta kasih yang sangat tulus untuk membantu orang lain. Berkat kontribusi penuh kesungguhan hati setiap orang, barulah kita bisa merajut jaring Bodhisatwa. Bodhisatwa harus memahami Dharma. Jika tidak menyerap Dharma ke dalam hati, kita tak bisa menjadi Bodhisatwa yang berkesadaran dan penuh cinta kasih, melainkan akan terjerumus dalam ketersesatan.

Kita akan berpikir bahwa kita adalah orang yang bisa bersumbangsih sehingga melekat pada nama dan rupa. Karena kemelekatan pada nama dan rupa dan tidak menyerap Dharma ke dalam hati, kita akan merasa diri kita sangat penting dan mulai berpikir, “Saya memiliki banyak uang untuk berbuat baik. Karena ada saya, barulah kamu bisa menerima barang bantuan.” Jika kita memiliki keakuan dan telah memberi sesuatu serta telah menolong orang lain, berarti kita telah diliputi kesombongan. Dalam bersumbangsih, hendaknya kita tidak melekat pada keakuan seperti itu. Dengan demikian, barulah kita bisa menyerap Dharma ke dalam hati.

Kini, setiap orang bisa mendengar ceramah pagi yang terhubung dengan Griya Jing Si. Untuk itu, kalian harus bangun sekitar pukul 3 pagi. Untuk meminta kalian bangun sepagi itu, mungkin tidak mudah. Jika meminta kalian mengurangi jam tidur, mungkin kalian akan berpikir, “Tubuh saya mana sanggup.” Akan tetapi, kalian harus mengatasinya demi menyelesaikan misi. Misi apa? Misi untuk mengembangkan jiwa kebijaksanaan sendiri. Ini demi kebaikan sendiri. Karena itu, kita harus bangun lebih pagi. Kita juga harus pintar mengatur waktu.

Pada malam hari, janganlah kita bermain komputer, bermain permainan elektronik, dan lain-lain. Simpanlah semua mainan itu agar kalian bisa tidur lebih awal dan bangun lebih pagi. Manusia menjalani hidup sesuai dengan kebiasaan masing-masing. Jika kita bisa mengubah kebiasaan buruk menjadi baik, maka tidaklah sulit untuk menyerap Dharma ke dalam hati.

Kini, program Sanubari Teduh di Da Ai TV membahas tentang Sutra Bunga Teratai. Tak hanya kalian yang menonton program itu, saya sendiri juga menontonnya. Setiap hari saya menontonnya.  Itu semua adalah ceramah saya sejak beberapa tahun lalu. Kondisi masyarakat Taiwan pada masa-masa itu berbeda dengan masa sekarang. Sudah terjadi banyak perubahan. Saat memberikan ceramah, saya selalu menggabungkan kondisi masyarakat pada saat itu dengan Dharma. Jadi, janganlah berpikir, “Saya sudah mendengar langsung ceramah pagi setiap hari. Jadi, saya tak perlu lagi mendengar program Sanubari Teduh di Da Ai TV.” Itu berbeda. Meski Dharma-nya adalah sama, tetapi cara saya menjelaskannya berbeda.

Akan tetapi, kebenaran yang terkandung di dalamnya tak pernah berubah. Saya sendiri juga merasa bahwa ceramah saya sekarang dengan ceramah saya dahulu masih memiliki inti yang sama. Inti ajarannya tidak bercabang. Tidak. Ia masih tetap menuju Jalan Bodhisatwa yang lurus. Yang berbeda hanyalah latar belakang masyarakat. Karena itu, kita tetap harus mendengar ceramah pada masa lalu agar bisa mengingat bagaimana kondisi masyarakat pada saat itu. Kita juga harus bersungguh hati untuk mendengar ceramah sekarang. Sungguh, Sutra Bunga Teratai berisi kebenaran tertinggi yang ingin dibabarkan oleh Buddha.

Setelah mencapai pencerahan, Buddha berharap bisa segera berbagi tentang kondisi batin-Nya. Setiap orang bisa mencapai kebuddhaan, hanya saja manusia awam selalu hidup dalam ketersesatan sehingga banyak tabiat buruk yang terbentuk.

Untuk mengubah semua tabiat buruk itu bukanlah hal yang mudah. Ini sama seperti saya meminta kalian untuk bangun lebih pagi dan mendengar ceramah saya. Semua itu membutuhkan waktu yang lama. Karena itu, saya selalu memberi tahu kalian agar tidak bermalas-malasan. Kalian harus giat mendengar Dharma. Inilah permintaan saya terhadap para murid saya yang tinggal di Griya Jing Si. Tentu saja, permintaan saya terhadap kalian juga sama. Saya juga berharap kalian bisa giat melatih diri sebagai umat perumah tangga. Ajaran saya tetap sama.

Saat memberi manfaat bagi masyarakat, kita harus memiliki semangat ajaran Jing Si. Para bhiksuni di Griya Jing Si sangat bersungguh hati melatih diri dalam kehidupan vihara. Jika tak ada Sangha, maka ajaran Buddha tak dapat dilestarikan. Karena itu, peran anggota Sangha sangat penting. Karena itu, bhiksu/bhiksuni sangatlah penting. Saya sangat menghargai para murid monastik saya karena merekalah yang akan mewariskan ajaran Jing Si. Para umat perumah tangga harus menerima semangat ajaran Jing Si agar bisa terjun ke tengah masyarakat untuk berkontribusi.

Karena itu, Bodhisatwa sekalian, saya sungguh berterima kasih karena kalian tidak pernah meninggalkan semangat ajaran Jing Si dan tidak meninggalkan mazhab Tzu Chi. Ajaran Jing Si adalah giat mempraktikkan jalan kebenaran. Artinya, kita harus sangat giat melatih diri sesuai Dharma. Mazhab Tzu Chi adalah Jalan Bodhisatwa di dunia. Kita harus terjun ke masyarakat. Jadi, ajaran Jing Si bisa membimbing kita memahami jalan agung. Saat terjun ke tengah umat manusia, kita bisa mempelajari berbagai metode Dharma karena setiap orang adalah Sutra hidup. Ini bagaikan lautan kebijaksanaan. Saat kita menyelami dan memahami kisah hidup setiap orang, maka kita akan memperoleh kebijaksanaan seluas samudra. Jika bisa demikian, maka saat terjun ke tengah masyarakat, kita bisa mengembangkan semangat untuk memberi manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Jika demikian, bukankah kita bisa membimbing orang lain? Inilah prinsip sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih Setiap orang bisa menginspirasi makhluk yang tak terhingga. Jadi, saya berharap setiap orang meski berumah tangga, tetap bisa melatih diri  agar memperoleh kebijaksanaan seluas samudra dan bisa membimbing semua makhluk yang tak terhingga. Banyak cara untuk membimbing orang,tetapi terlebih dahulu,  kalian harus menyerap Dharma ke dalam hati. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Setiap manusia pada dasarnya berhati Bodhisatwa, juga memiliki semangat dan kekuatan yang sama dengan Bodhisatwa.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -