Suara Kasih: Melenyapkan Kegelapan Batin

 

Judul Asli:

 

Mendengar Dharma dan Melenyapkan Kegelapan Batin

 

Kekuatan karma terus mengikuti bagai bayangan
Menyadari kesalahan dan segera bertobat
Melenyapkan kebodohan dan kegelapan batin
Banyak mendengar Dharma serta berbuat baik

Lihatlah sebuah perusahaan semen di Provinsi Guizhou, Tiongkok. Demi mendapatkan batu, para pekerja meledakkan seluruh gunung sehingga menyebabkan tanah longsor yang menelan dan melukai banyak orang serta mendatangkan bencana yang dahsyat. Bencana akibat ulah manusia ini sungguh mengkhawatirkan. Saat bumi pertiwi terluka, konservasi air dan tanah juga akan rusak sehingga menimbulkan bencana alam. Sesungguhnya, bencana alam tercipta akibat ulah manusia. Karena itu, kita harus memahami hukum karma.

Beberapa waktu lalu, saya melakukan perjalanan ke Yunlin. Usai pementasan adaptasi Sutra, setiap Bodhisatwa baik yang memeragakan isyarat tangan, melantunkan lagu, maupun mengikuti bedah buku, semuanya memahami hukum karma. Relawan Shuyou dari Yunlin berbagi dengan kita mengenai kondisi kesehatannya yang penuh dengan penderitaan. Dahulu dia adalah penjual ikan. Setelah suaminya meninggal dunia, barulah dia berhenti berdagang hewan laut. Jalinan jodohnya dengan Tzu Chi bermula saat ibu asuhnya sakit dan dirawat di RS Tzu Chi Dalin. Melihat relawan Tzu Chi, dokter, dan perawat memerhatikan dan merawat para pasien dengan cinta kasih, dia merasa sangat tersentuh. Setelah ibunya keluar dari rumah sakit, Shuyou pun mulai bertekad untuk melakukan daur ulang. Meski dahulu dia pernah berdagang ikan demi mencari nafkah, namun akhirnya dia memiliki jalinan jodoh untuk bergabung dengan Tzu Chi. Akan tetapi, dia menderita banyak penyakit, terutama rongga mulutnya. Setelah mencabut beberapa gigi, dia tetap giat dan bersemangat serta tidak menyerah untuk mengikuti pementasan adaptasi Sutra. Dia sangat giat dan bersemangat. Ini merupakan kisah nyata.

Ada pula seorang relawan dari Pingtung. Dia selalu menyalahkan dirinya dan sangat bertobat. Dia berkata bahwa dia punya peternakan belut. Hari itu, saya mendengar dia menjelaskan bagaimana cara untuk membunuh belut. Saya merinding mendengarnya. Ia bercerita, ”Saat pedagang grosiran datang, dia mengajarkan keluarga kami bagaimana cara membunuh belut dengan menggunakan sebuah papan kayu. Dia menaruh belut di atas papan itu, lalu memalu kepalanya dengan paku. Berhubung tubuh belut sangat licin, kami akan menarik ekornya, lalu mengiris punggungnya dengan pisau. Itu sama seperti penderitaan yang saya rasakan sekarang. Saya merasa sangat bersalah. Saat itu, saya tidak menyadarinya. Kini, saya bertobat atas segala kesalahan yang pernah dilakukan. Setelah menyelami Dharma, dia bisa turut merasakan kondisi dan perasaan ikan saat akan dibunuh. Pasti sangatlah sakit.”

Saat merasakan rasa sakit di badannya, dia pun teringat penderitaan ikan yang dibunuh. Kini dia bisa menerima penyakitnya. Karena itu, saat makan obat, dia menganggap obat-obat itu adalah makanan bernutrisi. Dia menahan rasa sakit untuk tetap melakukan daur ulang. Dia tidak putus asa dan terus bekerja dengan penuh semangat.

Bila seseorang hanya mengeluh rasa sakitnya seharian, apakah bisa membantu? Lebih baik dia berdiri dan berjalan keluar untuk melakukan kegiatan daur ulang bersama dengan banyak orang. Setiap botol-botol plastik bisa didaur ulang menjadi selimut yang penuh kehangatan. Relawan Shuyou telah memanfaatkan badannya untuk melakukan daur ulang dan hal-hal yang bermakna. Dia sungguh berani. Kita harus mengingatkan diri sendiri untuk menerima hukum karma. Saat menerima dengan ikhlas, maka kita akan melewati hari dengan damai. Bila kita terus berkeluh kesah dan hanya berbaring di ranjang, siapa yang akan menemani kita? Siapa yang bisa mendengar keluh kesah kita dalam jangka waktu yang panjang? Kehidupan seperti itu sungguh menderita. Lebih baik kita bergerak dan keluar untuk melakukan hal yang bermakna.

Dharma selalu ada untuk membimbing kita. Ini semua tergantung apakah kita menyerapnya ke dalam hati atau tidak. Cahaya Buddha selamanya menyinari setiap orang. Dharma yang dibabarkan Buddha sangatlah dalam. Setiap kalimat mengandung kebenaran yang mendalam dan memiliki cakupan yang luas. Dharma yang diajarkan oleh Buddha Sakyamuni pada lebih dari 2.000 tahun yang lalu masih dapat kita pelajari hingga kini. Bayangkan, ajaran Buddha sungguh memiliki pengaruh yang kuat dalam menyucikan hati manusia. Jadi, cahaya kebijaksanaan Buddha akan selamanya menyinari batin manusia yang penuh kegelapan.

Setelah menerima cahaya kebijaksanaan Buddha, kita akan memahami bahwa batin kita penuh dengan “sampah”. Ini seperti insan Tzu Chi yang berkunjung ke rumah lansia ataupun orang yang memiliki keterbatasan.

Saat melihat kondisi rumah kotor dan berantakan, insan Tzu Chi akan membantu membersihkannya. Semoga setelah dibersihkan, mereka dapat selalu menjaga kebersihan rumah. Dengan membersihkan rumah setiap hari, maka rumah kita tak akan penuh dengan sampah. Ini seperti dengan batin manusia. Ajaran Buddha membantu menyinari kegelapan batin kita yang bagaikan tumpukan sampah. Kita harus melenyapkan noda batin kita. Dengan menyelami Dharma, kita bagai menerima sinar kebijaksanaan Buddha. Kita harus membersihkan kotoran batin kita. Setelah menyadari kotornya batin ini,kita harus sungguh-sungguh bertobat dan membersihkan kekeruhan batin ini. Karena itu, kita harus memanfaatkan waktu.

Kini banyak bencana terjadi silih berganti. Manusia juga terus menciptakan karma buruk dengan merusak tanah demi menjalankan proyek pembangunan. Ini karena manusia terus mengejar pola hidup yang nyaman. Inilah lingkaran buruk. Berhubung populasi manusia semakin banyak, proyek konstruksi juga semakin diperlukan. Ini semua karena nafsu keinginan manusia yang sangat tinggi. Singkat kata, pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu. Bila setiap orang bisa hidup sederhana dan hemat, maka akan membawa banyak manfaat bagi dunia. Baiklah. Kita harus menggunakan kebijaksanaan Dharma untuk menginspirasi diri sendiri dan orang lain serta saling mendukung. Inilah yang disebut kebijaksanaan. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

 
 
Dengan kasih sayang kita menghibur batin manusia yang terluka, dengan kasih sayang pula kita memulihkan luka yang dialami bumi.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -