Suara Kasih : Melenyapkan Kekotoran Batin

 

Judul Asli:

Menyerap Dharma
Demi Melenyapkan Kekotoran Batin
 

Api kebencian menimbulkan kerusuhan
Masyarakat tak tenteram negara pun tak tenang
Menyerap Dharma dan melenyapkan nafsu keinginan
Kembali pada hakikat murni dan kebijaksanaan seperti Buddha

Kebakaran hutan di Qinhuangdao, Provinsi Hebei, telah berlangsung hampir seminggu. Petugas pemadam kebakaran bekerja keras siang dan malam untuk memadamkan api, namun kobaran api masih tak dapat dikendalikan. Karena kebakaran terjadi di daerah pegunungan, maka dibutuhkan helikopter dan hujan buatan untuk memadamkan api dari udara. Namun akibat terpaan angin yang kencang, helikopter tak dapat terbang. Jadi, untuk memadamkan api, dibutuhkan kondisi yang mendukung.

Lihatlah, titik api yang kecil dapat menimbulkan kebakaran yang besar. Namun, bencana yang terlihat ini dapat kita tangani. Yang paling menakutkan adalah api kebencian dalam hati manusia. Ini lebih menakutkan daripada kebakaran hutan. Contohnya konflik yang terjadi di negara Burkina Faso, Afrika Barat. Pemerintah setempat pernah berjanji akan memberikan subsidi tempat tinggal kepada para tentara, namun hingga kini masih belum direalisasi.

Sekelompok tentara yang kehilangan kesabaran mulai melakukan aksi demonstrasi. Setelah melepaskan tembakan ke udara, para warga pun turut bergabung sehingga mengakibatkan kekacauan. Konflik ini telah berlangsung beberapa hari. Pemerintah berjanji untuk mengkaji ulang hal ini. Selain itu, konflik di Libya juga telah berlangsung lebih dari 2 bulan. Pada tanggal 18 Maret lalu Perserikatan Bangsa-bangs (PBBB) telah bertindak, namun tidak berhasil. Pertikaian antara pemerintah Libya dengan rakyatnya masih terus berlanjut. Presiden Afrika Selatan mewakili 5 negara untuk bernegosiasi dengan Kolonel Khadafi dan para pemberontak agar mereka segera menghentikan pertikaian. Konflik itu telah mendatangkan kerusakan parah dan masyarakat tidak dapat hidup tenang. Konflik harus segera dihentikan agar organisasi kemanusiaan dapat menyalurkan bantuan. Meski Presiden Khadafi telah menyetujui gencatan senjata, namun ia menolak untuk menyerahkan kekuasaan sehingga konflik pun kembali terjadi.

 

Pemerintah bahkan menggunakan sejenis bom yang disebut bom tandan. Dalam sebuah bom tandan yang dilepaskan di dalamnya terdapat puluhan bahkan ratusan submunisi. Kekuatannya sangatlah besar. Saat pikiran manusia tidak selaras, mereka akan menggunakan senjata yang dapat membunuh orang dan merusak bumi.

Hal ini sungguh menakutkan. Pikirkanlah, kebakaran hutan atau api kebencian, ketamakan, dan kebodohan dalam hati manusia lebih menakutkan? Jika mereka menghentikan konflik, bukankah orang yang menderita dapat menerima bantuan? Kondisi ini sungguh membuat orang sengsara. “Kami tidak dapat tidur. Di sini tidak ada air dan listrik. Hanya ada bom di mana-mana,” ujar seorang warga.

Saya sungguh sedih melihatnya. Setiap hari, mereka hidup dalam kepanikan Mereka tidak tahu apakah mereka sendiri atau orang yang mereka kasihi bisa melewati hari dengan selamat atau tidak. Kehidupan manusia sungguh penuh penderitaan. Kegelapan batin manusia terus terakumulasi. Semakin lama semakin tebal dan semakin sulit untuk membersihkannya. Lihatlah, semua konflik yang terjadi di dunia bermula dari setitik api kebencian. Hal ini sungguh menakutkan. Hanya cinta kasih yang dapat membasahi bumi. Hal ini bagaikan tetesan embun Dharma yang dapat meredam nafsu keinginan duniawi.

Lihatlah Yordania. Mulanya, negara ini adalah negara yang damai. Namun, sejak tanggal 24 Maret lalu, terjadi kerusuhan di sana. Mungkin kerusuhan ini terjadi karena meningkatnya jumlah warga yang hidup dalam kondisi minim. Setiap Jumat para demonstran berunjuk rasa di jalan. Mereka meminta pemerintah mengadakan reformasi. Meski tengah terjadi kerusuhan, insan Tzu Chi tetap memerhatikan warga kurang mampu dan menyalurkan bantuan materi sesuai jadwal.

Biasanya, Pangeran Hassan selalu berpartisipasi dalam penyaluran bantuan setiap tahun, namun kerusuhan yang terjadi belakangan ini membuat masyarakat menjadi tidak tenteram dan ia tidak leluasa untuk keluar rumah. Namun, insan Tzu Chi tetap menaburkan benih cinta kasih. Karena insan Tzu Chi sering memerhatikan warga setempat dengan penuh cinta kasih, maka saat mereka menginspirasi warga lokal untuk berdoa dengan tulus bagi korban bencana di Jepang, mereka pun melakukannya dengan sukacita.

Ada seorang anak kecil datang kepada Relawan Chen Chou-hwa dengan membawa koin. Ia berkata bahwa koin pertama adalah donasi darinya, sedangkan satu koin yang lainnya adalah donasi dari adiknya. Betapa polosnya hati anak-anak. Ia hanya memiliki 2 koin, yang pertama sebagai donasinya dan yang kedua sebagai donasi adiknya. Bukankah ini adalah keindahan yang terpancar dari hati yang polos?

Sungguh, Buddha dengan jelas mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang memiliki benih kebuddhaan. Kita harus kembali pada benih kebuddhaan yang murni, terang, dan alami. Pada hakikatnya setiap orang memiliki benih kebuddhaan yang murni dan terang. Ini adalah kebenaran yang Buddha temukan pada saat mencapai pencerahan.

Sejak itu, Buddha mulai membimbing semua makhluk agar dapat kembali pada hakikat yang murni dan memiliki kebijaksanaan seperti Buddha. Meski anak itu hidup dalam kondisi minim, namun ia tetap berdana. Hal ini sungguh indah. Para Bodhisatwa sekalian, bukankah bintang yang bersinar di langit bagaikan pelita yang bersinar dalam batin kita? Jadi, meski tidak dapat bersinar seperti matahari atau seperti bulan, namun kita memiliki seberkas sinar bintang dalam hati kita. Singkat kata, pada malam hari yang panjang jika ada sinar bintang, maka keharmonisan akan tercipta. Diterjemahkan oleh: Lena

 
 
Kerisauan dalam kehidupan manusia disebabkan dan bersumber pada tiga racun dunia, yaitu: keserakahan, kebencian, dan kegelapan batin.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -