Suara Kasih: Melenyapkan Penderitaan dan Menjalani Kehidupan dengan Tersenyum


Dokter dari RS Tzu Chi mengobati penyakit langka
Mempertahankan dan menjalankanEmpat Ikrar Agung Bodhisattva
Sepasang suami istri bersama-samamenapaki Jalan Bodhisattva

Menjalani hidup dengan tersenyumdan hati yang damai

 Kemarin dan dua hari lalu, para dokter dari RS Tzu Chi kembali ke Griya Jing Si untuk mengikuti pelatihan selama dua hari. Semua kelas kali ini dibawakan oleh para dokter senior dari RS Tzu Chi. Mereka berbagi pada saat menghadapi pasien, kita harus mengingat penderitaan yang dirasakan oleh pasien dan menempatkan diri pada posisi mereka. Kita harus memiliki rasa empati. Kita harus menjaga batin pasien, melindungi perasaan keluarga pasien, dan lain-lain. Para dokter itu saling menyemangati. Mereka juga berbagi kasus penyakit langka, contohnya Xiaodong yang kini sudah bisa berdiri tegak. Dia bahkan bisa berjalan tanpa tongkat jalan dan menaiki tangga setinggi empat tingkat. Saya sangat gembira mendengarnya. Dia kembali memiliki masa muda yang cemerlang. Kaki Tuanzhi yang tengah kita obati sekarang juga telah lurus kembali. Selama 26 tahun ini, tubuhnya lebih pendek dari orang pada umumnya. Selain itu, dia juga menderita kelainan fisik. Di seluruh dunia, penyakit yang serupa dengannya tidak lebih dari 20 kasus. Anak ini hanya memiliki satu harapan, yakni dia berharap kelak bisa memakai rok.

Kemarin saya berbagi dengan dokter kita bahwa saat seseorang dalam kondisi sehat, mereka akan bersaing untuk memperebutkan ketenaran, keuntungan, dan jabatan, tetapi begitu terserang penyakit, jika kita bertanya apa yang mereka inginkan, mereka pasti menjawab, “Saya ingin sehat kembali.” “Saya ingin terbebas dari penyakit.” Pada saat itu, ketenaran, keuntungan, dan jabatan sudah tidak penting. Bebas dari penyakit dan rasa sakit adalah hal yang paling membahagiakan. Hanya para dokterlah yang bisa melenyapkan penderitaan dan rasa sakit pasien. Untuk itu, para dokter harus memiliki hati Buddha. Mereka juga harus memiliki 4 ikrar agung, yakni mempelajari ilmu kedokteran, memeriksa pasien, membimbing dokter muda, dan melakukan penelitian. Mereka harus mempertahankan tekad awal untuk terus menyelamatkan kehidupan. Bisa memiliki jalinan jodoh untuk memilih bidang kedokteran, tentu sangatlah baik. Jika tidak memiliki jalinan jodoh tersebut, kita tetap bisa menyelamatkan orang dengan bersumbangsih sebagai Bodhisatwa dunia.

Kemarin siang, saya merasa sangat kehilangan mendengar kabar meninggalnya Relawan Zhang Dexuan yang tahun ini berusia 82 tahun. Dia dan istrinya memiliki kesatuan hati dan tekad. Dia dan istrinya memiliki kesatuan hati dan tekad. Mereka bersama-sama menjadi relawan Tzu Chi. Selama lebih dari 20 tahun ini, relawan Zhang mendedikasikan dirinya untuk mengemban Empat Misi Tzu Chi. Setiap bulan, dia dan istrinya selalu menjadi relawan di rumah sakit selama setengah bulan. “Saya selalu menjadi relawan di pusat penitipan lansia. Saya membantu menyuapi lansia. Saya sudah melakukannya selama 10 tahun lebih. Saat melihat saya di sana, para lansia itu merasa lebih tenang. Suatu hari nanti, kita mungkin akan seperti mereka. Karena itu, saya harus bersumbangsih selama masih bisa. Saya dan suami saya bersama-sama menjadi relawan. Entah mengapa semakin menjadi relawan, kami semakin gembira dan semakin sehat. Saat kita risau, hari tetap harus dilewati, begitu pula saat kita gembira,” ucap  Zhang Dexuan, Relawan Tzu Chi.

Relawan Zhang sudah berusia 80 tahun lebih, tetapi dia bisa membantu orang yang lebih muda darinya. Baik membantu memandikan pasien maupun membersihkan tubuh pasien, dia bisa melakukannya secara langsung. Makna kehidupannya sungguh luas dan dalam. Dia sungguh adalah seorang Bodhisatwa dunia yang memiliki makna hidup yang dalam. Namun, tahun lalu, dia didiagnosis menderita kanker paru-paru. Meski demikian, dia tetap sangat optimis. Dia berkata bahwa dia akan menghadapi penyakit ini dan meninggal dunia dengan tersenyum. Lihatlah, saat berada di ranjang pasien, dia selalu tersenyum, bahkan bisa berbagi Dharma dengan orang lain. Dia telah menyerap Dharma ke dalam hati untuk membimbing diri sendiri sekaligus ingin berbagi Dharma dengan orang lain. Dia menyemangati relawan lain untuk selalu menapaki Jalan Bodhisatwa dari kehidupan ke kehidupan. Dia berkata bahwa pada akhir hayatnya, dia akan pergi dengan wajah tersenyum. Melihatnya, saya merasa sangat tersentuh. Akhir kata, kehidupan manusia sangat singkat. Namun, selama masih memiliki waktu, kita harus menjaga pikiran dengan baik dan memperteguh tekad agar bisa melihat dengan jelas yang benar dan yang salah.

Dalam era sekarang ini, kita harus bisa membedakan yang benar dan salah. Setiap saat, kita harus bersungguh hati dan berhati-hati terhadap setiap tindakan, ucapan, dan pikiran kita. Kita harus senantiasa menjaga pikiran dengan baik demi menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat sehingga setiap orang bisa menunaikan tugas dan kewajiban masing-masing dan mengembangkan potensi di dalam diri. Dengan begitu, barulah kehidupan masyarakat bisa tenang dan stabil. Jika hati orang tua merasa tenang dan kehidupan keluarga tenteram, secara alami kehidupan masyarakat juga akan stabil. Inilah dunia yang paling indah. Kemarin malam, saya melihat berita tentang aksi unjuk rasa sekelompok anak muda di Taipei. Saat diminta untuk meninggalkan lokasi unjuk rasa, para anak muda yang sangat rasional itu pun segera meninggalkan lokasi dengan tertib. Namun, yang sangat disesalkan adalah aksi unjuk rasa selama beberapa hari itu telah membuat banyak polisi harus bekerja keras. Aksi protes kali itu telah membuat banyak petugas yang jatuh sakit akibat kelelahan. Ini sungguh disesalkan. Selain itu, banyak orang tua yang mengkhawatirkan keselamatan anak mereka dan menanti kepulangan mereka dengan cemas.

Semoga masyarakat kita bisa kembali stabil dan hidup harmonis. Semua ini harus dimulai dari menjaga tubuh, ucapan, dan pikiran kita. Jika semua orang bisa mengendalikan tubuh, ucapan, dan pikiran hingga sangat tenang dan tidak bergejolak, maka masyarakat akan bebas dari pergolakan sehingga secara alami masyarakat akan dipenuhi keharmonisan dari tahun ke tahun. Yang terpenting adalah kita sungguh harus menjaga ketenangan pikiran. Semoga setiap orang bisa memiliki hati yang tenang, kehidupan yang tenteram, dan hidup sesuai prinsip kebenaran. Inilah yang paling kita harapkan.

Kendala dalam mengatasi suatu permasalahan biasanya terletak pada "manusianya", bukan pada "masalahnya".
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -