Suara Kasih: Melihat Hakikat Sejati
Judul Asli:
Kebenaran tertinggi tidak berwujud dan tidak berkondisi | |||
”Saat itu, jika kami sedang memasak dan memotong sayur di dapur, sama sekali tidak terdengar suara pisau ataupun suara talenan. Kami semua sangat tenang. Kami bisa memotong sayur hingga sangat halus seperti misua. Potongan dadu kami juga sangat rapi, begitu pula dengan potongan memanjang,” ucap seorang relawan. ”Setelah pensiun pada tahun 1993, saya terus menjadi relawan di rumah sakit. Saya harap bisa seperti yang Master katakan, yaitu menjadi relawan hingga napas terakhir. Jika bisa mewujudkan harapan ini, saya akan merasa sangat gembira. Saya adalah gelombang pertama relawan di rumah sakit. Kini, gelombang pertama itu sisa saya seorang. Saya akan terus menjadi relawan. Saya tidak akan berhenti di tengah,” ucap relawan lainnya. Kita sungguh harus mempelajari sejarah Tzu Chi. Tzu Chi sudah menginjak tahun ke-47. Kita semua harus mempelajari sejarah perjalanan Tzu Chi karena kita semua adalah insan Tzu Chi. Berhubung kita adalah insan Tzu Chi, kita harus sangat memahami nilai-nilai keluarga Tzu Chi. Kita memiliki tujuan untuk mengemban misi Tzu Chi. Semua kegiatan Tzu Chi mengandung Dharma dan kebenaran. Saya sering mengulang tentang manusia, masalah, benda materi, dan kebenaran. Manusia, masalah, dan segala materi di dunia ini mengandung kebenaran. Kebenaran adalah Dharma. Dharma adalah landasan dari hal, materi, dan manusia di dunia. Semua ini harus berlandaskan pada kebenaran. | |||
| |||
Mungkin kalian ingin bertanya pada saya, “Sejak kapan kebenaran ini mulai ada?” Lebih dari 2.000 tahun lalu, ada orang yang bertanya demikian kepada Buddha. Saat itu, Buddha menjawab, “Sejak masa tanpa awal.” Kebenaran ini sudah ada sejak masa tanpa awal, ia tak diciptakan oleh siapa pun. Tiada orang yang bisa menciptakan kebenaran tertinggi ini. Apa itu kebenaran tertinggi? Ia adalah hakikat kebuddhaan yang murni. Sejak masa tanpa awal, setiap orang terlahir ke dunia dengan membawa hakikat sejati yang murni. Akan tetapi, hakikat sejati ini terus tercemar oleh segala kondisi luar sehingga semakin tertutupi oleh kegelapan batin. Kegelapan batin menyebabkan manusia terus menciptakan karma buruk. Kegelapan batin ini telah menutupi hakikat sejati. Para Buddha dari masa lampau, masa kini, dan masa depan terus mengerahkan berbagai metode terampil demi membimbing semua makhluk agar berjalan ke arah yang benar. Akan tetapi, akibat kegelapan batin ini, manusia mulai terjerumus ke dalam kondisi dan melakukan banyak kekeliruan saat berinteraksi dengan orang lain dan menangani masalah. Itu semua bermula dari kegelapan batin. Dari mana kegelapan batin berasal? Buddha menjawab, “Dari pikiran masing-masing.” Kita semua memiliki hakikat yang sama dengan Buddha. Sejak masa tanpa awal, kita membawa hakikat sejati ini dalam mengarungi kelahiran kembali. Dari kehidupan ke kehidupan, kita terus menciptakan karma buruk. Dalam kelahiran kembali di enam alam, bahkan hingga kelahiran di tiga alam rendah, hakikat kebuddhaan ini tetap jernih tanpa noda. Ia terus bersama kita mengalami kelahiran kembali di enam alam. Ini sungguh tidak adil baginya. Sesungguhnya, tak peduli berapa banyak kekeliruan yang kita ciptakan, hakikat sejati ini tak akan bertambah dan tak akan berkurang. Ya, ia tetap ada selamanya. Saat kita menciptakan karma baik dan terlahir di alam surga, hakikat sejati ini masih tetap ada. Saat kita menciptakan karma buruk dan terlahir di alam neraka, alam setan kelaparan, atau alam binatang, hakikat sejati ini juga tetap ada. Ia tidak bertambah karena kita terlahir di alam surga, juga tidak berkurang karena kita terlahir di alam neraka. Hakikat sejati ini selalu ada selamanya. | |||
| |||
Ada orang yang sering mendengar Dharma, namun juga selalu melupakannya dengan cepat. Semoga setiap orang bisa memegang teguh tekad awal. Kita harus terus mempertahankan tekad awal kita. Jangan mudah mundur. Dengarkan baik-baik. Memegang teguh tekad awal berarti kita harus meyakini bahwa mazhab Tzu Chi sangat baik. Selain bisa menerima ajaran Buddha, kita juga bisa mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-hari. Kita bisa merasakan manfaatnya sendiri, juga bisa membimbing orang lain untuk memahami Dharma. Bodhisatwa sekalian, kalian semua harus bersungguh hati dalam menggalang Bodhisatwa dunia. Kalian telah bertekad untuk menggalang banyak Bodhisatwa dunia. Saya juga telah melihat kegigihan kalian dalam mengadakan bedah buku dan berbagai kegiatan Tzu Chi. Akan tetapi, setelah semua kegiatan berakhir, kalian tidak terus membabarkan Dharma. Saat suatu kegiatan akan berakhir, hendaknya kalian menggenggam kesempatan untuk bertanya, “Apakah kalian mengerti? Apakah kalian merasa tersentuh? Apakah kalian tertarik untuk bergabung dengan Tzu Chi?” Kita harus segera menyemangati mereka untuk mendaftarkan diri dan mengajak mereka untuk mengikuti pelatihan. Kita harus membuat mereka memahami sumbangsih Tzu Chi bagi dunia. Setelah merasa tersentuh, secara alami mereka akan mulai melangkah masuk ke Tzu Chi dengan mantap. Kita juga harus mengembangkan ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kesungguhan. Kita harus melakukan sendiri dahulu baru bisa menginspirasi orang lain. Jika kita tak melakukannya sendiri dan hanya bisa berbicara saja, orang akan melupakannya dengan cepat karena mereka tak merasakannya sendiri. Kita bisa mengajak mereka untuk bersama-sama melihat penderitaan orang lain dan bersumbangsih. Setelah sekali atau dua kali bersumbangsih, mereka akan semakin tersentuh dan semakin memantapkan diri untuk mendedikasikan diri. Inilah cara kita menginspirasi orang lain. Dengan demikian, kita akan bisa mengajak lebih banyak Bodhisatwa dunia untuk mendedikasikan diri dengan langkah yang mantap. Singkat kata, semoga setiap orang memanfaatkan setiap detik untuk menyerap Dharma ke dalam hati dan mempertahankannya selamanya. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia ) | |||