Suara Kasih: Melihat Harapan di Dunia
Judul Asli:
Melihat Harapan di Dunia Pembagian bantuan Tzu Chi memperoleh pengakuan dari warga Australia | |||
Lihatlah Kota Wagga Wagga yang berjarak hampir 700 kilometer dari Sydney. Dari akhir Februari hingga awal bulan Maret, kota itu dilanda bencana banjir yang besar. Setelah akses jalan kembali normal, insan Tzu Chi di Australia segera menyurvei lokasi bencana dan mempersiapkan pembagian bantuan. Jarak perjalanan pulang pergi adalah lebih dari 1.000 km. Dalam waktu setengah bulan, insan Tzu Chi bolak-balik ke lokasi bencana sebanyak 3 kali. Mayoritas warga Australia menganut agama Kristen. Awalnya, warga setempat tak mengenal Tzu Chi dan menaruh rasa curiga terhadap kita. Hingga melihat insan Tzu Chi menghibur warga setempat dengan cinta kasih dan bersumbangsih dengan tulus dan tanpa pamrih,warga setempat sungguh merasa tersentuh sekaligus bersyukur. Beberapa hari yang lalu, insan Tzu Chi mengadakan pembagian bantuan untuk yang ketiga kalinya. Warga setempat menyambut insan Tzu Chi bagai menyambut keluarga atau sahabat. Bahkan wali kota juga turut menyambut kedatangan insan Tzu Chi. Kini mereka telah memahami asal mula berdirinya Tzu Chi di Taiwan pada lebih dari 45 tahun lalu, yakni dimulai dari semangat celengan bambu. Insan Tzu Chi juga mensosialisasikan daur ulang dan berbagi bahwa selimut-selimut Tzu Chi merupakan hasil daur ulang botol plastik. Jadi, semangat celengan bambu dan konsep daur ulang Tzu Chi telah disosialisasikan berulang kali di sana. Dengan demikian, secara perlahan-lahan, setiap orang akan memahami bahwa mereka harus menghimpun cinta kasih, mengasihi segala sesuatu di bumi, dan melakukan daur ulang dalam keseharian dengan mengumpulkan botol plastik. Saya sungguh tersentuh melihatnya. | |||
| |||
Suatu kali, saat melihat cuaca sangat buruk, dia merasa sangat khawatir karena tidak ada penerbangan pesawat. Karenanya, sehari sebelum kelas pelatihan, dia mengemudi mobil sejauh lebih dari 1.000 kilometer demi mengikuti kelas pelatihan. Saya sungguh tersentuh melihat keteguhan tekadnya. Tahun lalu, dia kembali ke Taiwan untuk dilantik. Saat kembali ke Taiwan, saya berkata kepadanya, Anda harus bersungguh hati membimbing lebih banyak relawan di Zimbabwe. Berhubung ada warga setempat yang selalu membantu Anda menyalurkan bantuan, Anda bisa mewariskan budaya humanis Tzu Chi kepada mereka serta membimbing mereka menjadi relawan Tzu Chi. Jika tidak, hanya mengandalkan kalian berdua saja, bagaimana bisa bersumbangsih bagi negara tersebut? Dia sungguh mendengar nasihat saya. Setelah pulang ke Zimbabwe, dia mulai mengadakan kelas pelatihan bagi warga setempat. Pada tanggal 12 Februari lalu, orang yang mengikuti kelas pelatihan berjumlah 62 orang. Jadi, Relawan Zhu pun mulai berbagi budaya humanis Tzu Chi kepada 62 orang tersebut. Selama satu hari kelas pelatihan itu, dia memutar 10 episode Lentera Kehidupan untuk disaksikan oleh para peserta. Saya rasa untuk memahami 10 episode Lentera Kehidupan dalam satu hari bukanlah hal yang mudah. Relawan Zhu selalu menjelaskan setiap episode Lentera Kehidupan kepada para peserta. Selain itu, dia juga mengajak mereka untuk melakukan pradaksina. Kita dapat melihat setiap orang mengikuti kelas pelatihan dengan tertib dan rapi. Ladang pelatihan tersebut sangat sederhana, namun khidmat. Ini karena setiap orang memiliki tekad yang teguh. | |||
| |||
Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi di Afrika Selatan. Insan Tzu Chi di Afrika Selatan berjumlah lebih banyak. Sekelompok anak muda di sana bekerja untuk menginspirasi warga setempat. Relawan suku Zulu yang telah dilantik terus mewariskan semangat Tzu Chi sehingga relawan setempat pun terus bertambah. Inilah harapan yang bisa kita lihat di Afrika Selatan. Sungguh, warga yang tinggal di negara miskin lebih membutuhkan ajaran Buddha karena ajaran Buddha bisa membangkitkan cinta kasih setiap orang dan membantu kita memahami bahwa kesenangan dan ketamakan, semuanya bersifat fana dan tidak nyata. Kehidupan manusia tidaklah kekal. Kita harus kembali ke hakikat yang murni untuk memperoleh kebahagiaan batin. Dahulu relawan suku Zulu hidup menderita dan kekurangan. Meski kini masih hidup dalam kondisi kekurangan, mereka kaya secara spiritual. Dapat membantu orang lain merupakan kebahagiaan terbesar. Inilah cara kita membabarkan ajaran Buddha dan membimbing mereka memperkaya batin secara perlahan-lahan. Pendidikan yang baik akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara perlahan-lahan dan mendatangkan kesejahteraan bagi masyarakat. Untuk itu, kita harus terus menghimpun serta menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Suatu hari,kehidupan mereka pasti akan membaik. Saya sungguh bersyukur melihat begitu banyak insan Tzu Chi yang memahami isi hati saya dan membantu saya menyebarkan ajaran Buddha hingga semakin meluas. Di negara-negara yang jauh, meski warganya menganut agama lain, mereka juga bisa mendengar Dharma dan mempraktikkannya lewat tindakan nyata. Meski warga Afrika hidup kekurangan, kita dapat melihat banyak benih bodhi di sana. Setiap benih bodhi tersebut penuh dengan cinta kasih. Kita sungguh dapat melihat sinar harapan yang cemerlang di sana. Kini benih bodhi di sana telah bertunas. Melihat harapan di dunia, kita hendaknya lebih giat dan bersemangat. Kita yang tinggal di negara makmur dan berkesempatan mempelajari Dharma hendaknya lebih menghargai berkah dan lebih banyak menciptakan berkah. Selain itu, kita harus giat dan bersemangat untuk memahami makna ajaran Buddha yang sesungguhnya. Dengan demikian, barulah kita bisa memiliki kehidupan yang bermakna. Kita harus berdoa dengan hati yang tulus semoga dunia dapat bebas dari bencana. Baiklah. Semoga setiap orang dapat bersatu hati. Diterjemahkan oleh: Lie San. |