Suara Kasih: Melindungi Bumi

Judul Asli:

     

Bersama-sama menciptakan berkah dan melindungi bumi

 

Masalah sampah menjadi isu penting bagi dunia
Memulihkan kondisi bumi yang telah tercemar

Para
Bodhisatwa daur ulang memiliki tekad yang luhur
Berusaha segenap tenaga untuk melindungi bumi

Kota Napoli sungguh kota yang indah, namun terlihat sampah berserakan di mana-mana. Lihatlah Kota Napoli, Italia. Selama sepuluh tahun terakhir ini, sampah terus menjadi pemicu utama terjadinya konflik di wilayah tersebut. Pemerintah ingin membuka Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang baru, namun warga setempat menolaknya karena tidak ingin ada TPA di sekitar rumahnya. Selain itu, terdapat mafia yang mengendalikan volume sampah untuk memperoleh keuntungan. Karena itu, seluruh kota menjadi penuh dengan sampah. Sesungguhnya, bukankah sampah-sampah itu diciptakan oleh warga setempat? Pemerintah dapat mensosilisasikan serta mendidik masyarakat tentang kegiatan daur ulang agar mereka dapat mendaur ulang sumber daya alam hingga menjadi barang baru. Apakah kalian masih ingat Taiwan juga pernah menghadapi masalah sampah pada 20 tahun yang lalu? Saat itu banyak konflik yang terjadi. Saya sungguh khawatir melihatnya. Karena itu, Tzu Chi mulai mensosialisasikan kegiatan daur ulang.

Tahun lalu adalah peringatan 20 tahun misi pelestarian lingkungan Tzu Chi. Kini kita dapat melihat banyak orang dari luar negeri yang datang ke Taiwan untuk mempelajari prinsip kegiatan daur ulang. Mereka merasa sungguh luar biasa melihat botol plastik diolah menjadi serat sintesis dan kain yang berkualitas baik. Selimut Tzu Chi Taiwan adalah selimut pertama di dunia yang terbuat dari hasil daur ulang. Tzu Chi di Taiwan telah berhasil membuatnya. Sesungguhnya, kegiatan daur ulang di Taiwan bisa demikian berhasil adalah berkat setiap Bodhisattwa daur ulang yang turut mengulurkan sepasang tangannya untuk melindungi bumi dengan penuh cinta kasih. Karena itu, kegiatan daur ulang di Taiwan bisa begitu berhasil.

 

Para relawan daur ulang di Fujian, Tiongkok juga sangat aktif dalam melakukan daur ulang. Pemerintah setempat terus berharap Tzu Chi dapat lebih mensosialisasikan kegiatan daur ulang di sana. Di Taiwan, Tzu Chi memiliki lebih dari 5.000 titik daur ulang, namun di Tiongkok, Tzu Chi belum memiliki posko daur ulang yang resmi dan luas.

 

Meski posko daur ulang di sana sangat kecil, namun mereka melakukan daur ulang dengan penuh kesungguhan hati. Setiap Bodhisattwa daur ulang berkontribusi dengan penuh rasa syukur. Mereka melindungi bumi pertiwi dengan cinta kasih tanpa pamrih. Setiap Bodhisatwa daur ulang memiliki niat dan tekad yang sama. Dengan penuh cinta kasih dan welas asih, mereka bertekad untuk menggarap ladang berkah dan menciptakan berkah demi melindungi bumi. Saya yakin setiap insan Tzu Chi memiliki misi yang sama. Meski posko daur ulang di Kota Qinyu sangatlah kecil, namun mereka tetap melakukannya dengan sukarela.

Mereka tahu bahwa pertama, mereka ingin melindung bumi. Kedua, pendapatan dari hasil daur ulang dapat digunakan untuk membantu orang yang membutuhkan. Selain melakukan daur ulang, mereka juga mengadakan kegiatan bedah buku agar lebih memahami prinsip kegiatan daur ulang. Selain melakukan kegiatan daur ulang, mereka juga melatih kebijaksanaan. Contohnya, Bodhisatwa lansia bernama Xu Meihua. Ia berusia 72 tahun. Suaminya telah meninggal beberapa tahun lalu. Ia menarik gerobak untuk menafkahi anak-anaknya. Kini anak-anaknya telah berkeluarga sehingga ia tidak perlu bekerja keras lagi untuk mencari nafkah. Namun, setelah mengetahui tentang Tzu Chi, ia memahami pentingnya melindungi bumi dan membantu orang yang membutuhkan. Karena itu, ia bersedia kembali menarik gerobak untuk melakukan kegiatan daur ulang. Bahkan anak-anaknya juga turut membantu sang ibu melakukan daur ulang.

Ada pula Tuan Chen. Demi menopang keluarganya, ia harus bekerja saat hari belum menjelang pagi atau pada tengah malam agar ia dapat melakukan daur ulang pada siang harinya. Ia juga menarik gerobak demi melakukan daur ulang. Mereka berkontribusi dengan segenap tenaga. Mereka sungguh Bodhisattwa dunia yang bekerja demi melindungi bumi pertiwi. Saya sungguh bersyukur dengan adanya banyak Bodhisattwa dunia yang berusaha agar dunia ini semakin damai dan bencana semakin berkurang. Bodhisatwa sekalian, kita sungguh harus memberi hormat kepada mereka. Terima kasih atas kontribusi kalian yang penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Kita harus segera berbuat bajik dan menumbuhkan cinta kasih kita.

 

Dalam menghadapi orang lain dan segala sesuatu di dunia, kita harus memiliki rasa hormat dan cinta kasih. Hal ini harus menjadi kebiasaan kita. Kita harus melatih diri dan mengubah tabiat buruk. Mulai sekarang, kita harus memiliki tabiat yang baik dan mengubah tabiat buruk masa lalu. Karena itu, kita semua harus bertobat dan berintrospeksi.

Kita harus senantiasa mengingatkan diri bahwa kita melakukan perbuatan yang salah karena ketamakan. Karena adanya ketamakan, manusia merampok ataupun mencuri. Bila melakukan hal yang tidak sepantasnya, berarti kita telah menciptakan karma buruk. Janganlah ada pemikiran buruk, janganlah mengambil yang bukan milik kita ataupun melakukan hal yang tidak sepatutnya. Janganlah ada niat buruk seperti itu. Bila tidak ada niat buruk, maka kita tidak akan melakukan kesalahan.

Janganlah kita mencari keuntungan dengan cara yang tidak patut. Kita harus berhati-hati dengan perbuatan kita dan tidak mengambil milik orang lain. Inilah panduan moral yang harus kita taati. Bahkan dalam menjalankan usaha, janganlah kita berlaku curang. Contohnya, janganlah kita mencuri dengan mengurangi jumlah timbangan. Jual beli seperti ini tidaklah adil. Ini adalah keuntungan yang tidak halal. Janganlah kita berbuat curang dan menipu orang lain. Hal-hal tersebut tidak boleh kita lakukan, Kita sungguh tidak boleh melakukannya. Namun, orang-orang zaman sekarang hanya mementingkan keuntungan dan tidak berpikir panjang. Karena itu, mereka berjalan menyimpang dan berbuat kesalahan. Mulai sekarang, kita harus bertekad untuk mengubah tabiat buruk.

Bencana terjadi silih berganti akibat pola hidup manusia yang terlalu konsumtif. Sekarang adalah saatnya bagi kita untuk berintrospeksi diri. Kita harus hidup sederhana dan mengurangi jumlah sampah agar dapat melindungi sumber daya alam. Kini, populasi manusia hampir mencapai 7 miliar. Bila setiap orang berpikiran menyimpang, apa dampak yang akan tercipta? Jadi, kita harus membimbing orang untuk memiliki pandangan yang benar. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sungguh harus mengendalikan diri dan lebih banyak menciptakan berkah.

Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -