Suara Kasih: Melindungi Dharma

 

Judul Asli:

 

Melindungi Dharma Tanpa Peduli Rintangan

 

Mengadakan baksos kesehatan dan menyiapkan makanan hangat pascabencana
Membina insan berkualitas tanpa membeda-bedakan ras
Bervegetarian, menyucikan batin, dan mengubah tabiat buruk
Melindungi ladang pelatihan di tengah angin dan hujan

Topan Meari telah berlalu dari Taiwan. Kita harus bersyukur karena curah hujan telah menambah volume air di waduk. Meski begitu, kita tetap harus menghormati langit, menyayangi bumi, dan menghargai sumber daya air. Tetapi, kondisi di Filipina sangat parah. Diperkirakan hujan akan terus turun selama 3 hingga 5 hari. Keadaan mereka sungguh memprihatinkan. Insan Tzu Chi di Filipina melaporkan bahwa mereka telah menyiapkan makanan hangat dan barang bantuan yang akan dibagikan kepada para korban bencana.

Sesungguhnya, tanggal 26 Juni 2009 juga merupakan hari bersejarah bagi Tzu Chi di Filipina. Sebuah gedung sekolah setempat mengalami kerusakan parah akibat Topan Durian pada tahun 2006 lalu. Kemudian, Tzu Chi membantu merenovasi sekolah tersebut dan meresmikannya pada tanggal 26 Juni 2009. Hal ini sungguh menghangatkan hati.

Kita juga dapat melihat pembagian bantuan dana pendidikan angkatan ke-10 di Amerika Serikat. Selain itu, anggota TIMA dari Brasil juga mengadakan baksos kesehatan bagi warga di wilayah pegunungan yang terpencil. Berkat adanya insan Tzu Chi di seluruh dunia, setiap hari kita dapat melihat benih cinta kasih terus tersebar di dunia. Bodhisatwa dunia bagaikan petani. Namun, kita juga melihat berita yang sangat disesalkan. Tiga hari lalu, presiden Amerika Serikat mengumumkan rencana penarikan pasukan dari Afganistan agar warga setempat dapat hidup damai dan mandiri. Tak disangka, tiga hari kemudian, kembali terjadi ledakan bom yang menelan banyak korban. Bencana alam sudah cukup memprihatinkan. Kita dapat melihat korban bencana yang hidup sangat menderita. Kini ditambah dengan bencana akibat ulah manusia, penderitaan mereka sungguh tak terkira.

Buddha berkata bahwa kehidupan ini penuh dengan penderitaan. Penderitaan timbul akibat pikiran manusia tidak selaras dan penuh kegelapan batin. Buddha sangat menyayangkan hal ini. Apa yang harus dilakukan agar manusia dapat sungguh-sungguh melenyapkan kegelapan dalam batin mereka? Dharma yang murni dan cemerlang selalu ada di tengah masyarakat. Tetapi, kita selalu merintangi diri sendiri dengan ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Di dalam hati kita terdapat aliran jernih. Hanya saja kita memiliki ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan sehingga aliran jernih dalam hati tak dapat mengalir keluar.

Karena itu, kita harus mempelajari Dharma. Dharma bertujuan untuk menyadarkan kita bahwa di dalam hati kita terdapat aliran jernih dan mengajarkan apa yang harus dilakukan agar sumber air dalam hati dapat memancar keluar. Tetapi, sebagai manusia awam, kita tak berusaha menggali sumber air ini, malah sebaliknya menerima banyak lumpur untuk menodai hati kita. Kita hidup dalam penderitaan karena noda batin dan kekeruhan telah menutupi kebijaksanaan kita. Lihatlah salah seorang relawan dari Kaohsiung. Mulanya, ia sangat bertemperamen. "Dahulu, saya adalah orang yang sombong. Saya tidak pernah mau mengalah jika benar," katanya.

Dahulu, ia bertemperamen dan sering marah-marah. Tetapi, selama sebulan terakhir ini, ia menjadi jarang marah. "Dahulu, saya tidak akan bersedia untuk mengikuti pementasan bahasa isyarat tangan karena saya tidak menyukainya. Saya juga tidak akan bervegetarian. Saat mencium aroma makanan vegetarian, saya merasa seperti mau muntah dan tidak ingin memakannya. Itu adalah hal yang tidak mungkin bagi saya. Saya harus makan daging. Kali ini, kita terus mengimbau para peserta untuk menyelami Dharma, bertobat sepenuh hati, dan bervegetarian. Dengan berpartipasi dalam pementasan ini, saya merasa manfaat terbesar yang saya peroleh adalah dapat membangkitkan hati yang bertobat. Setiap hari saya berusaha untuk bertutur kata baik dan tidak melakukan kebiasaan buruk seperti membunuh binatang. Sesungguhnya, saya memiliki sebuah impian. Impian saya sama dengan suami saya. Kami berharap keluarga kami dapat menjadi keluarga Tzu Chi yang harmonis," katanya.

 

Lihatlah, mereka bersama-sama berpartipasi dalam pementasan. Dharma adalah jembatan komunikasi bagi mereka. Mereka saling berinteraksi dengan cinta kasih. Inilah keluarga yang bahagia. Kita juga dapat melihat Chen Pin-yu. Gadis kecil berusia 3 tahun itu, bisa menyanyikan lirik Dharma Bagaikan Air: ”Bertobat atas kebodohan dan ketidaktahuan, tidak memahami hukum karma, buta akan baik dan buruk, bertobat atas kesombongan dan keangkuhan, meremehkan orang lain dan bersikap semena-mena.”

“Sesungguhnya, bahasa isyarat tangan ini agak sulit untuk dipelajari. Karena itu, kami sering latihan di rumah. Adakalanya, bila saya merasa lelah dan tidak ingin latihan, ia akan berkata, ‘Ibu, hari ini harus latihan’,” kata sang ibu.

Lihatlah, ia bagaikan pembimbing ibunya. Aliran jernih dalam hatinya terus memancar, mengelilingi keluarganya, dan menyucikan hati orang tua beserta kakek dan neneknya. Kakek dan neneknya adalah anggota Tzu Cheng dan Komite Tzu Chi. Ia adalah generasi ke-3. Keluarga yang berbuat baik akan penuh dengan berkah. Lihatlah, gen baik dalam keluarga mereka terus diwariskan. Keluarga mereka sungguh penuh kehangatan dan mengagumkan. Jika setiap keluarga dan seluruh masyarakat dapat seperti ini, bukankah Tanah Suci akan tercipta?

Kita juga dapat melihat beberapa hari ini, lebih dari 12.000 relawan di Banqiao melakukan latihan. Meski turun hujan deras, para relawan tetap berusaha keras untuk mempersiapkan tempat latihan. Lihatlah, meski basah kuyup, mereka tetap bersikeras untuk membantu. Demikian pula di Taichung. Tenda yang telah didirikan sehari sebelumnya roboh akibat angin ribut dan hujan deras. Setelah mendapat kabar, pagi-pagi sekali keesokan harinya, mereka segera bergerak untuk memperbaiki tenda agar latihan dapat dilakukan pada siang hari.

Kita dapat melihat para pendukung dan peserta pementasan sangat ktulus dan penuh semangat. Bodhisatwa dunia sungguh mengagumkan. Saya senantiasa berterima kasih kepada relawan baik dari Taiwan maupun luar negeri. Melihat kontribusi kalian setiap hari, saya sungguh berterima kasih. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 
Orang bijak dapat menempatkan dirinya sesuai dengan kondisi yang diperlukan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -