Suara Kasih: Melindungi Kehidupan

Judul Asli:

Bervegetarian demi Melindungi Kehidupan

Mengadakan pendistribusian bantuan dan baksos pengobatan di Haiti
Mengatasi kondisi yang tak menentu dengan menggunakan kebijaksanaan
Mengembangkan cinta kasih dan melindungi kehidupan
Bervegetarian demi kesehatan fisik dan batin


Lihatlah gempa yang terjadi di Haiti. Insan Tzu Chi telah berkontribusi di negara ini lebih dari 2 bulan lamanya, namun bau tak sedap yang berasal dari jenazah-jenazah masih sangat menyengat hidung. Tim TIMA dari Amerika Serikat terus bergiliran ke sana untuk memberikan pelayanan medis. Ada yang cuti dari pekerjaannya, ada pula yang tak membuka klinik selama beberapa hari. Mereka mencurahkan cinta kasih dan perhatian kepada warga Haiti secara bergiliran.

Insan Tzu Chi menyediakan makanan bagi para warga yang turut bersumbangsih. Seluruh kota mengalami kerusakan parah. Jadi, meski memiliki uang, mereka tak’kan dapat membeli apa pun. Karenanya, Tzu Chi menyediakan makanan bagi mereka yang turut berkontribusi. Bila salah satu anggota keluarga bersumbangsih, maka seluruh anggota keluarga akan mendapatkan makanan. Selain membantu mereka, insan Tzu Chi juga memerhatikan sanitasi warga setempat. Selama lebih dari 2 bulan ini, insan Tzu Chi juga membangun toilet umum. Namun, itu belumlah cukup karena korban bencana sungguh banyak. Sanitasi setempat masih belum memenuhi standar. Meski demikian, insan Tzu Chi tetap berkontribusi di sana.

Mereka bekerja dengan sangat keras di tempat yang sangat tak aman. Pada saat melakukan pendistribusian di Port-au-Prince, insan Tzu Chi dilindungi oleh pasukan perdamaian dari beberapa negara. Dalam pembagian bantuan kali ini, para personel pasukan perdamaian tersebut pun dapat melihat bahwa pendistribusian yang dilakukan Tzu Chi sangat berbeda dengan pendistribusian yang dilakukan organisasi kemanusiaan lain. Setiap kali saat pendistribusian akan dimulai, mereka kelihatan sangat cemas. Namun, saat insan Tzu Chi membimbing warga untuk berdoa dengan suasana yang harmonis sehingga para personel pasukan pun meletakkan senjatanya, bergabung dengan insan Tzu Chi, dan berinteraksi dengan para warga. Mereka meletakkan senjatanya dan berpartisipasi dalam pendistribusian. Dengan penuh rasa hormat, mereka mengangkat tinggi barang bantuan dan membungkukkan badan, lalu menyerahkannya kepada korban bencana.

Pendistribusian yang dilakukan Tzu Chi sangat berbeda dengan pendistribusian yang dilakukan organisasi kemanusiaan lain. Di Tzu Chi pendistribusian dilakukan dengan tertib dan berbudaya humanis.Sehingga pasukan perdamaian pun dapat meletakkan senjatanya, bergabung dengan insan Tzu Chi, dan berinteraksi dengan para warga.


Saat diwawancarai, salah seorang anggota pasukan perdamaian berkata bahwa ia sangat senang melakukan hal yang belum pernah dilakukannya ini. Dalam kondisi seperti ini, Tzu Chi memberikan barang bantuan yang sangat baik sehingga para warga menjadi lebih tenang dan dapat tersenyum dengan gembira. Ia berkata bahwa selama bertugas di Haiti, ini adalah pengalamannya yang paling berkesan dan menggembirakan. Jadi, mereka turut merasakan sukacita.


Beberapa hari lalu, lewat konferensi video insan Tzu Chi melaporkan bahwa mereka mengalami beberapa kondisi tak terduga yang terjadi dalam waktu satu hari. Pada hari itu, terjadi hujan yang sangat deras di Haiti, padahal insan Tzu Chi akan mengadakan pendistribusian bantuan berskala besar di stadion Haiti. Karena hujan, insan Tzu Chi lantas mengatur para warga untuk duduk di area penonton.

Saat akan memutar musik, volume suara diatur terlalu keras sehingga warga yang sedang duduk merasakan getaran. Mereka mengira itu adalah gempa. Ada yang berteriak, “Gempa, gempa!” Banyak orang menjadi sangat panik. Sungguh, mereka sangat ketakutan dan mulai berlarian sehingga suasana menjadi sangat kacau. Mereka sangat ketakutan. Para relawan segera berusaha menenangkan mereka. Namun, sekeras apa pun suara mereka, tidak terdengar oleh para warga.

Dalam kondisi seperti ini, kebijaksanaan insan Tzu Chi diuji. Mereka tak hanya bersikap tenang, melainkan mulai mengajak orang-orang menyanyikan lagu-lagu Tzu Chi yang hangat dan beberapa lagu rohani. Secara perlahan warga pun mulai tenang. Namun, di lokasi baksos, angin kencang telah merobohkan salah satu tenda. Awalnya, kita mendirikan 4 tenda pengobatan. Karena 1 tenda telah rusak, maka tinggal 3 tenda yang dapat digunakan. Karena itu, mereka harus mengatur ulang semuanya agar sesuai dengan kondisi yang ada. Ini adalah kejadian tak terduga yang kedua.

Volume musik yang terlalu keras membuat warga yang sedang duduk merasakan getaran. Mereka mengira itu adalah gempa. Sehingga terjadi kepanikan. Dalam kondisi seperti ini, kebijaksanaan insan Tzu Chi diuji. Mereka tak hanya bersikap tenang, melainkan mulai mengajak orang-orang menyanyikan lagu-lagu Tzu Chi yang hangat dan beberapa lagu rohani.

Kejadian tak terduga yang ketiga terjadi saat akan mengangkut barang bantuan. Barang bantuan kita letakkan di sebuah tempat yang berjarak agak jauh dari stadion. Dalam perjalanan, di tengah hujan yang deras, mobil pengangkut bantuan ini mogok. Ban mobil mengalami kebocoran sehingga muatan harus diturunkan. Untungnya, beberapa personel pasukan perdamaian dan warga yang berpartisipasi dalam program bantuan Tzu Chi ikut membantu. Mobil ini harus ditepikan dan muatan harus dipindahkan lebih dulu agar mobil lainnya dapat meneruskan perjalanan.

Dalam waktu satu hari, tim pendistribusian menghadapi berbagai masalah, namun mereka menyikapinya dengan tenang dan menggunakan kebijaksanaan. Sungguh, dalam kondisi yang tak menentu, kebijaksanaan mereka diuji. Buddha mengajarkan kepada kita bahwa saat bencana kerap terjadi, kita harus makin waspada dan memiliki pemahaman yang benar. Karena itu, kita terus berharap agar orang-orang dapat mengembangkan cinta kasih dengan mengasihi dan menghargai kehidupan.


Semua makhluk hidup memiliki hakikat kebuddhaan. Buddha berkata bahwa makhluk yang kecil sekalipun harus kita hargai, terlebih lagi sapi, kambing, babi, ayam, bebek, dan sebagainya. Mengapa manusia harus mengonsumsi daging dan tulang mereka? Manusia tak hanya memakan dagingnya, namun juga tulangnya. Lihatlah, bukankah manusia sangat tega? Bahkan saat melihat darah mengalir pun, mereka tetap memakannya. Saya sungguh tak habis pikir. Mereka sungguh tega dan tak menghargai kehidupan.


Kita terus berusaha melindungi kehidupan. Namun, di tempat lain sebagian orang malah mengambil nyawa mereka. Selama puluhan tahun ini, Tzu Chi terus membangkitkan cinta kasih orang-orang. Cinta kasih ini bukan hanya terhadap sesama, melainkan terhadap semua makhluk hidup. Kita harus menghargai semua makhluk. Agama Buddha mengajarkan kita menghargai kehidupan dengan bervegetarian.

Pesta pernikahan ini menggelar lebih dari 100 meja dengan tamu sebanyak seribu orang lebih. Untunglah, pesta pernikahan ini diadakan oleh salah satu insan Tzu Chi. Bila tidak, untuk menjamu 1.700 orang tamu, entah berapa banyak hewan  yang harus dikorbankan. Untunglah, Tuan Robert Shieh yang merupakan salah satu insan Tzu Chi, mempraktikkan salah satu prinsip Tzu Chi. Ia merayakan pesta pernikahan putranya dengan jamuan vegetarian. Ia menjamu para tamunya yang sebagian berasal dari luar negeri dengan menu vegetarian.

Pikirkanlah, jamuan vegetarian seperti ini dapat mengurangi pembunuhan hewan. Hal ini menguntungkan semua makhluk. Jadi, kita yang hidup mapan dan tinggal di tempat yang aman hendaknya dapat mengendalikan diri. Dan bagi kita yang berada di lokasi bencana, hendaknya dapat mengulurkan tangan bagi orang-orang yang membutuhkan. Intinya, segala hal di dunia ini berawal dari pikiran.

Sesungguhnya, bervegetarian juga sangat baik bagi kesehatan. Mengapa kita harus mengonsumsi daging? Singkat kata, bila pikiran manusia selaras, barulah iklim akan bersahabat dan dunia akan terbebas dari bencana. Akhir kata, semoga setiap orang senantiasa bersungguh hati dalam menjalani kehidupan dan berinteraksi dengan sesama.

Diterjemahkan oleh: Erni & Hendry Chayadi
Foto: Da Ai TV Taiwan

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -