Suara Kasih: Memahami Hukum Karma

 

Judul Asli:

     

Memahami Hukum Karma

 

Setiap orang menerima buah karma yang berbeda
Buah karma terus mengikuti kita bagai bayangan
Proyek pembangnuan gedung sekolah merupakan harapan masa depan
Harapan timbul kembali pascabencana

Pada tanggal 12 Mei kita mengenang bencana di Sichuan, Tiongkok 3 tahun lalu, hati saya masih merasa sedih. Bencana yang menggemparkan dunia tersebut sungguh sulit dilupakan. Bencana gempa bumi di Jepang sudah berlalu genap sebulan. Itu juga merupakan bencana yang menggemparkan dunia.

Syair Dharma Bagaikan Air berbunyi, "Setiap orang menerima buah karma yang berbeda-beda sesuai perbuatannya. Buah karma terus mengikuti bagai bayangan." Kita harus yakin dengan ajaran Buddha bahwa semua makhluk memiliki karma kolektif. Saat buah dari karma buruk kolektif terakumulasi dan matang, maka akan mendatangkan bencana yang besar. Kita sering berkata bahwa hidup ini tidak kekal. Ini semua tergantung pada karma yang dibawa oleh setiap orang. Setiap orang menerima buah karma akibat perbuatannya sendiri, hanya saja kita tidak menyadarinya. Makhluk awam tidak memahami hukum karma dan terus bertanya-tanya. Hukum karma ini sulit untuk mereka percaya atau pahami. Beginilah makhluk awam.

Kita hanya melihat orang baik sering kali ditindas. Hanya itu yang terlihat oleh kita. Kita tidak menyadari bahwa orang yang tertindas itu mungkin di kehidupan lampaunya tidak menjalin jodoh baik ataupun menciptakan berkah. Karena itu, mereka menerima buah karma pada kehidupan ini sehingga segala sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan. Hal ini karena mereka tidak menjalin jodoh baik di kehidupan lampau. Karena itu, meski pada kehidupan ini mereka sangat baik hati dan tak berbuat jahat, namun sering ditindas orang lain.

Pada saat yang sama, kita mungkin melihat orang jahat memiliki kehidupan yang baik sehingga kita mulai ragu dengan hukum karma. Ada pula orang yang merasa senang melihat orang lain ditindas atau menderita. Melihat hal itu, kita akan berpikir mengapa orang yang melakukan kejahatan tetap memiliki kehidupan yang baik dan sukses dalam usaha mereka, sedangkan orang yang baik hati malah tidak mencapai keinginannya dan selalu ditindas. Apakah hukum karma benar-benar ada? Pada saat seperti itu akan timbul keraguan terhadap hukum karma. Namun, kita harus sungguh-sungguh memahami hukum karma. Di dalam Sutra, Buddha sering berkata kepada kita bahwa sebagaimana benih yang ditabur, demikianlah buah yang akan dituai. Bila karma buruk tidak segera berbuah, itu karena di kehidupan lampau ia pernah menciptakan berkah.

Di alam manusia ini, kita dapat melihat 5 alam lainnya. Ada orang yang hidup bagaikan di surga. Ada pula orang memiliki kehidupan yang biasa layaknya sebagian besar orang. Namun, ada pula orang yang hidup bagaikan di alam neraka, alam setan kelaparan, atau alam binatang. Mungkin ada orang berkata, "Kami tidak dapat melihat neraka." Sesungguhnya, kita dapat melihatnya. Di rumah sakit, kita dapat melihat betapa banyak orang yang hidup menderita. Penderitaan terbesar manusia adalah saat menderita penyakit. Berapa banyak orang yang menjalani amputasi atau operasi? Banyak. Ada pula orang yang menderita penyakit dan hidup dalam kondisi minim. Mereka tinggal di tempat yang tidak layak, berbau tidak sedap, dan lain-lain. Kondisi tersebut bagaikan neraka yang penuh kotoran. Semua wujud penderitaan neraka dapat terlihat di alam manusia jika kita melihatnya dengan sungguh-sungguh.

Ada pula orang yang berkata bahwa mereka tak bisa melihat alam setan kelaparan. Bisa. Lihatlah, banyak orang kurang mampu dan sakit sering menderita kelaparan. Saya sungguh sedih melihatnya. Kita juga dapat melihat alam binatang pada kehidupan ini. Lihatlah betapa banyak binatang yang dibunuh. Mereka sungguh menderita. Jadi, di alam manusia kita dapat melihat 5 alam kehidupan lain. Hukum karma yang diajarkan Buddha terpampang di hadapan kita, hanya saja kita tidak berusaha mempelajari dan menyadarinya.

Kita harus tahu bahwa ada tiga jenis buah karma. Pertama adalah yang berbuah pada kehidupan ini juga. Kedua adalah yang berbuah pada kehidupan berikutnya. Ketiga adalah yang berbuah pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Berbuah pada kehidupan ini artinya setelah menciptakan karma buruk, kita segera menerima buahnya pada masa kehidupan yang sama. Mungkin ada orang yang belum menerima akibat setelah menciptakan karma buruk, namun pada suatu hari nanti di kehidupan berikutnya, mereka akan menerima buah karma. Inilah yang dimaksud dengan karma yang berbuah pada kehidupan berikutnya.

Jika ada orang yang belum juga menerima buah karma pada kehidupan berikutnya, berarti berkah yang mereka miliki belum habis berbuah. Mereka baru akan menerima buah karma pada kehidupan-kehidupan selanjutnya. Inilah ajaran Buddha kepada kita. Kita sungguh harus meyakini hukum karma. Saat buah karma baik maupun buruk matang, kita akan merasakan dampaknya. Saya sering berkata bahwa saya sungguh khawatir akan karma buruk kolektif semua makhluk. Saat karma buruk kolekfif semakin terakumulasi, maka akan terjadi bencana besar di dunia. Karena itu, saya terus menyerukan setiap orang agar bertobat dan menciptakan berkah.

Lihatlah bencana gempa bumi di Sichuan pada 3 tahun lalu yang mendatangkan kerusakan yang parah. Insan Tzu Chi segera berangkat ke wilayah yang luas itu untuk mendampingi dan menenangkan para korban. Hingga kini mereka tetap bersumbangsih dengan penuh kesungguhan hati dan cinta kasih. Bencana mendatangkan luka batin bagi para korban. Waktu dapat menyembuhkan batin mereka yang terluka. Namun, pendidikan anak tidak bisa ditunda.

Pascabencana, kita segera menggarap proyek pembangunan 13 gedung sekolah di Sichuan. Selain membangun gedung sekolah, yang terpenting adalah berbagi budaya humanis dengan siswa setempat. Relawan Tzu Chi mendampingi para siswa secara bergiliran sehingga mereka memahami cara mengungkapkan rasa syukur. Inilah pendidikan terbaik. Para relawan membimbing mereka agar mengungkapkan rasa syukur, hormat dan cinta kasih dari lubuk hati terdalam. Berkat bimbingan para relawan, anak-anak mulai mengerti untuk bersyukur dan menghargai segala budi luhur orang tua. Untuk itu, kita harus berterima kasih kepada insan Tzu Chi di seluruh dunia yang telah mencurahkan cinta kasih dan terus bersumbangsih di sana tanpa berhenti hingga kini. Semoga cinta kasih ini dapat bertahan selamanya dan berkembang di Sichuan. Diterjemahkan oleh: Lena.

 
 
Menghadapi kata-kata buruk yang ditujukan pada diri kita, juga merupakan pelatihan diri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -