Suara Kasih: Memahami Kebenaran dan Mencurahkan Perhatian bagi Saudara Se-Dharma

 

Judul Asli:

Memahami Kebenaran dan Mencurahkan Perhatian bagi Saudara Se-Dharma

Tersesat dan menyimpang dari prinsip kebenaran dapat menciptakan bencana di dunia
Pascagempa, insan Tzu Chi segera membantu dan membangun tempat tinggal
Ibu menjadi depresi melihat nyawa anaknya terancam
Mencurahkan perhatian dan mengobati batin saudara se-Dharma

Jika pikiran manusia selaras, maka dunia bisa aman dan tenteram. Inilah yang harus kita doakan dengan tulus setiap hari. Namun, manusia di dunia selalu membangkitkan niat buruk dan terbuai oleh kenikmatan duniawi. Pikiran yang kacau dapat menyesatkan batin kita sehingga kita menciptakan karma buruk. Berbagai bencana akibat ulah manusia terjadi karena manusia tersesat dan melawan hukum alam. Karena tersesat, mereka menciptakan bebagai karma buruk yang dapat menimbulkan bencana di seluruh dunia. Oleh karena itu, kita memerlukan pendidikan. Pendidikan sangatlah penting.

Kita harus menggunakan ajaran Buddha untuk mendidik dan menyadarkan semua makhluk sehingga pikiran semua orang bisa benar. Untuk itu, kita harus memperlihatkan kepada mereka prinsip-prinsip kebenaran dan membimbing mereka berjalan ke arah yang benar. Oleh karena itulah, di dunia ini kita memerlukan agama. Semua agama mengajarkan kepada kita untuk mengembangkan cinta kasih tulus tanpa pamrih. Dengan demikian, barulah masyarakat bisa harmonisdan dunia aman dan tenteram.

Ingat gempa bumi yang pernah terjadi di Taiwan pada 21 September 1999. Saat itu, insan Tzu Chi di Taiwan segera bergerak memberikan bantuan bencana. Pertama, kita terlebih dahulu menenangkan hati para korban bencana dengan merangkul dan mengobati luka di tubuh mereka. Kita segera memberikan penghiburan batin dan mengobati mereka secara fisik. Kita telah menggerakkan insan Tzu Chi di seluruh Taiwan untuk terjun ke lokasi bencana. Agar para korban dapat menenangkan raga, kita membangun beberapa Perumahan Cinta Kasih untuk mereka. Meski sifatnya hanya sementara, para korban dapat tinggal dengan tenang di sana selama hampir 3 tahun.

Meski dirancang hanya untuk ditempati selama 3 tahun, di setiap perumahan, kita menciptakan lingkungan tempat tinggal yang nyaman untuk mereka. Meski rumah tersebut tidak luas, tetapi kita terus menghibur para korban agar dapat membuka pintu hati dan berlapang dada. Tahun itu, kita sering mengatakan bahwa memiliki hati yang lapang lebih baik daripada memiliki rumah yang luas. Dengan demikian, kita berharap agar orang-orang bisa melewati masa transisi ini dengan hati yang lapang dan bisa menenangkan jiwa raga mereka.

Selain menenangkan hati para korban, kita juga mencurahkan perhatian kepada bumi agar setiap jengkal tanah di bumi bisa “bernapas”. Jadi, kita melapisi tanah dengan menggunakan batako. Susunan batako menyimbolkan untaian cinta kasih karena semua orang bekerja sama menyusun setiap batako. Demikianlah insan Tzu Chi  dengan penuh perhatian, kesungguhan hati, dan cinta kasih mencurahkan perhatian dengan lembut kepada bumi ini. Kita harus berterima kasih kepada bumi yang telah menyediakan sumber daya alam yang dibutuhkan manusia untuk membuat pakaian, makanan, tempat tinggal, dan alat transportasi. Jadi, kita harus selalu menghormati langit dan mengasihi bumi.

Kita harus selalu mengingat bencana yang pernah terjadi dan bagaimana kita pulih dari kondisi itu. Antarsesama manusia, kita harus saling berterima kasih. Sejak gempa melanda di tahun itu, jumlah insan Tzu Chi bertambah banyak. Ini karena saat melakukan kebaikan, orang yang bersumbangsih merasakan sukacita. Mereka merasakan sukacita karena dapat menolong orang lain sehingga sejak tahun itu, banyak orang yang mengikuti pelatihan relawan dan tetap berkomitmen hingga sekarang. Ini semua terwujud karena adanya jalinan jodoh bencana di tahun itu. Inilah yang terjadi bertahun-tahun yang lalu.

Hari ini, di 14 tempat berbeda di Taiwan, lebih dari 16.000 insan Tzu Chi berkumpul untuk mengikuti pelatihan relawan yang diadakan secara serentak. Saya yakin insan Tzu Chi di luar negeri juga tengah mengadakan acara pelatihan yang sama. Mengetahui bahwa semua orang begitu giat melatih diri, saya merasa bahwa mereka begitu dekat dengan saya. Lihatlah, orang tua memberi kita tubuh ini sehingga kita memiliki saudara sedarah.

Sebenarnya, saat kita bersama-sama mendengar Dharma dan berjalan di jalan yang sama, kita adalah saudara se-Dharma. Kita bersama-sama menumbuhkan jiwa kebijaksanaan. Jadi, ikatan kita dengan sesama relawan akan terjalin dari kehidupan ke kehidupan. Dengan semangat misi yang sama, kita bersama-sama melangkah di Jalan Bodhisatwa. Oleh karena itu, kita harus memberikan perhatian kepada para saudara se-Dharma kita.

Kita juga telah melihat sebuah kisah di Taoyuan. “Saya tidak menyadari bahwa saya sakit hingga seorang kakak Tzu Chi datang berkunjung dan bertanya kepada saya, ‘Mengapa kamu hanya menatap lurus ke depan dan pandanganmu kosong?’ Dia berkata, Kak Yu-mei, apakah kamu menderita depresi?”

“Dia tidak nafsu makan sehingga kulitnya hampir menempel dengan tulang. Saat itu, beratnya turun hingga menjadi 37 kg. Dia bahkan tidak memiliki tenaga untuk mengumpulkan dana amal. Saat dia datang melakukan daur ulang, beberapa orang relawan mendampinginya. Juga ada beberapa orang relawan yang membuat sup penambah tenaga atau memasak berbagai penambah gizi untuknya. Saudara se-Dharma Tzu Chi sungguh seperti keluarganya sendiri,” ucap relawan.

Lihatlah, saat dia sakit, insan Tzu Chi menghibur hatinya dan membantunya memulihkan kesehatan. Dengan bekerja sama seperti ini, insan Tzu Chi membantunya mengatasi penderitaan batinnya. Mereka menghibur hatinya agar dia menjadi tenang dan bersemangat. Kini, dia telah sehat kembali. Selain itu, juga ada relawan lain yang pernah hidup menderita.

Relawan bercerita, “Saya menderita bipolar disorder. Saat tertekan, saya akan menjadi sangat cemas. Saya biasanya akan menelepon Kakak Li-xia. Kakak Li-xia selalu mengatakan, ‘Mei-xiu, kamu jangan takut. Kamu harus terus mengatakan kepada diri sendiri bahwa kamu adalah murid Master. Jangan takut.’ Jadi, saya telah menelepon Kakak Li-xia berkali-kali untuk meminta bantuannya. Dia selalu mendampingi saya. Sekarang, saya sudah membaik dan hampir tidak perlu meneleponnya lagi.”

“Kadang, saat memiliki masalah, dia akan menceritakannya kepada saya. Saya hanya mendengarkannya. Setelah itu, saya akan berbagi dengannya tentang ajaran Master. Ini karena hidupnya sangat sulit,” ucap relawan lainnya.

Dengan perhatian, pendampingan, dan dukungan dari saudara se-Dharma, hatinya pun menjadi tenang. Kini, mereka begitu giat melatih diri dan bersemangat untuk mendengar ceramah pagi melalui konferensi video, dll. Ini semua berkat adanya dukungan dari saudara se-Dharma Tzu Chi dan adanya ladang pelatihan batin seperti ini yang dapat menyembuhkan batin kita dari kerisauan atau penderitaan sehingga menjadi tenang kembali.

Jadi, kita harus giat melatih diri serta selalu mawas diri dan berhati tulus. Kita harus selalu tulus terhadap orang lain dan senantiasa waspada agar pikiran kita tidak menyimpang. Jadi, kita harus selalu mawas diri dan berhati tulus. Saya harap semoga Bodhisatwa sekalian selalu bersungguh hati. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV)

 
 
Mampu melayani orang lain lebih beruntung daripada harus dilayani.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -