Suara Kasih: Memanfaatkan Teknologi dengan Baik
Judul Asli:
Memanfaatkan teknologi dengan baik dan tidak terjerumus olehnya | |||
Kemajuan teknologi bukan hanya tidak menambah kebijaksanaan manusia, malah sebaliknya menyebabkan pola pikir dan kemampuan berpikir manusia semakin lama semakin lemah. Lihatlah, banyak anak kecil yang sudah tidak dapat lepas dari telepon genggam, tablet, dan lain-lain. Kemampuan berpikir mereka tak berkesempatan untuk berkembang karena perhatian mereka hanya terpaku pada layar kecil di perangkat elektronik mereka. Ini sungguh mengacaukan pikiran dan perasaan semua orang. Anak-anak berusia dini sudah bisa bermain permainan elektronik. Jika tabletnya diambil, mereka akan marah. Banyak anak-anak SD yang sudah memiliki telepon genggam. Jika demikian, apakah mereka ada waktu untuk belajar? Apakah mereka dapat menenangkan hati untuk mempelajari dan menerapkan prinsip kehidupan dan nilai-nilai moral? Permainan elektronik di dalam layar kecil itu telah mengacaukan pikiran mereka. Hal ini sungguh membuat saya cemas. Kita juga melihat para relawan Tzu Chi di berbagai tempat di Taiwan mulai bergerak untuk menyelamatkan hati anak kecil, remaja, dan kaum muda. Insan Tzu Chi memanfaatkan liburan musim panas untuk membimbing dan menginspirasi anak-anak agar kembali pada prinsip dasar sebagai manusia. Contohnya, insan Tzu Chi mengajak anak-anak agar mereka dapat merasakan beratnya pengorbanan petani yang bekerja di bawah sinar matahari demi menyediakan nasi, sayuran, minyak, dan lain-lain untuk memenuhi kebutuhan pangan kita sehari-hari. ”Para petani sungguh bekerja keras. Namun, kita yang menikmati hasilnya malah tidak menyadari budi luhur para petani yang telah memenuhi kebutuhan kita. Apakah kalian merasa lelah? Lelah?” ucap seorang relawan, dan dijawab, ”Lelah sekali”. ”Petani menanam padi dengan susah payah, bekerja di bawah terik matahari dan bermandikan peluh. Saya berterima kasih kepada para petani yang telah bercocok tanam untuk menghidupi kita. Saya menyadari bahwa kita harus menghargai makanandan menghabiskan makanan di piring kita.,” ucap seorang anak. | |||
| |||
Di Neihu, para relawan mengajarkan cara melakukan pekerjaan rumah kepada anak-anak. Lihatlah, anak-anak juga belajar menjahit. Anak-anak zaman sekarang hanya tahu membeli baju baru, mereka tidak bisa menjahit. Kegiatan ini mengajarkan anak-anak untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan mereka. Dengan demikian, barulah mereka dapat hidup mandiri, juga dapat membantu melakukan pekerjaan rumah. Inilah nilai kehidupan manusia yang sesungguhnya. Pada kunjungan saya ke Taipei kali ini, suatu hari, sekelompok anak datang menemui saya. Mereka memanfaatkan waktu untuk menjadi relawan di Jing Si Books & Cafe. Mendengar saya datang ke Guandu, para relawan cilik ini datang menemui saya. Kebetulan saat itu ada Cheng Yuan, yang merupakan “Lembu Kecil” saya. Meskipun baru berumur sebelas tahun, dia dapat berbagai banyak prinsip kebenaran. Prinsip kebenaran yang ada di dalam kepalanya bagaikan sumber mata air yang terus mengalir tanpa henti. Dia pun berbagi cerita dengan mereka. Lalu, saya bertanya kepada anak-anak itu, “Apakah kalian mengerti apa yang dikatakan oleh Kakak Lembu Kecil?” Mereka semua menjawab, “Mengerti.” | |||
| |||
Saya pun membungkukkan badan dan memungutnya. Lalu, saya pun menunjukkan daun itu dan berkata padanya, “Tahukah kamu manusia mengalami fase lahir, tua, sakit, dan mati?. Tanaman juga mengalami fase alam. Saat baru tumbuh, daun ini sangat hijau. Daun muda yang baru tumbuh sangat hijau, betul tidak? Daun muda itu akan terus tumbuh hingga akhirnya mengering. Karena itu, saat angin berembus, ia akan jatuh dari pohonnya.” Ini adalah fase alam. Melalui penjelasan ini, “Lembu Kecil” memahami cara memperoleh kebijaksanaan agung dan memahami segala kebenaran. Dia memahami prinsip kebenaran ini. Dia menceritakan kisah ini. Gadis cilik berusia empat tahun ini berkata, “Saya juga akan memungut daun itu untuk Kakek Guru.” Bukankah ini merupakan hukum alam? Yang paling penting adalah dia ingin membantu saya membungkukkan badan untuk mengambil daun. Inilah wujud bakti. Walaupun umurnya masih kecil, dia memiliki sebuah hati yang murni. Jika kita dapat mendidiknya dengan baik, kebijaksanaannya akan terus bertambah. Jika anak-anak seumur itu diberi telepon genggam, maka hatinya yang murni akan menjadi kacau. Hal itu juga akan menyebabkan kebijaksanaannya tak bisa berkembang. Dia akan terombang-ambing dan kehilangan prinsip pokok menjadi manusia. Intinya, saya berharap anak-anak dapat memanfaatkan waktu liburan musim panas mereka untuk menumbuhkan kebijaksanaan. anak-anak juga akan tumbuh dewasa. Saya harap kebijaksanaan mereka juga dapat bertambah dan tidak terjerumus dalam perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi merupakan “pembunuh” yang tak berwujud. Tentu saja, jika kita memanfaatkannya dengan baik, ia dapat menjadi alat terbaik untuk menyebarkan Dharma. Komputer adalah alat yang bisa kita manfaatkan, bukan alat untuk menjerumuskan kehidupan kita. Oleh karena itu, kita hendaknya dapat menggunakan teknologi modern ini dengan benar dan cermat. Semoga kita semua dapat selalu bersungguh hati. (Diterjemahkan Oleh: DAAI TV) | |||