Suara Kasih: Memanfaatkan Tubuh dengan Baik dan Tidak Melupakan Budi Luhur

 

 

 

Judul Asli:

Memanfaatkan Tubuh dengan Baik dan Tidak Melupakan Budi Luhur

Berbakti kepada orang tua sudah merupakan kewajiban setiap anak
Memanfaatkan tubuh ini dengan baikdan tidak melupakan budi luhur
Mengubah pengetahuan menjadi kebijaksanaan untuk menyucikan hati manusia
Tidak mengikuti tabiat buruk agar tidak terlahir di tiga alam rendah

Posko daur ulang Tzu Chi sungguh bisa menyelamatkan bumi dan hati manusia karena ia mendatangkan keharmonisan keluarga. Ia sungguh adalah ladang pelatihan yang sangat baik. Orang pada zaman dahulu sangat menjunjung tinggi nilai moralitas.  Sebagai anak-anak, mereka harus patuh pada orang tua. Berbakti pada orang tua merupakan hal yang sudah sepantasnya.  Jika berkesempatan untuk bersekolah, mereka sangat bersyukur sehingga menghormati para guru dan ajarannya. Tujuan mereka bersekolah adalah demi mencari keberhasilan dan menjadi sukses di masa depan. Itu semua demi membawa kebanggaan bagi keluarga. Orang pada zaman dahulu sangat polos, berbeda dengan orang zaman sekarang.

Kita sering mendengar sekelompok anak muda yang disebut dengan “NEET”, yang artinya adalah orang yang menggantungkan hidup pada orang tua. Setelah tumbuh dewasa, mereka tidak giat mencari uang untuk menafkahi orang tua, malah sebaliknya bergantung hidup pada orang tua. Kemarin, saat berada di Kaohsiung, saya mendengar kisah tentang dua orang. Salah satu di antaranya adalah pemakai narkoba. Dia sudah menggunakan narkoba sejak berusia belasan tahun. Karenanya, dia terus dimasukkan ke pusat rehabilitasi. Setelah keluar dari pusat rehabilitasi, dia kembali menggunakan narkoba. “Hal ini terjadi berulang kali. Saya mengalami depresi akibat menggunakan narkoba. Selain itu, saya sendiri juga menderita gangguan jiwa psikotik skizofrenia. Saya sudah lama memakan obat. Saya melihat banyak kakak-kakak Tzu Chi yang juga mengalami depresi, tetapi setelah melakukan daur ulang selama beberapa waktu, saya melihat mereka perlahan-lahan sembuh. Karena itu, saya juga datang mencobanya,”ujar relawan daur ulang.

Hingga akhirnya, munculah seorang penyelamat yang mengajaknya ke posko daur ulang. Setelah mengikuti kegiatan daur ulang, dia tiba-tiba menyadari bahwa hidup ini menjadi bermakna jika kita bisa melakukan hal yang bermanfaat bagi orang-orang di seluruh dunia. Inilah nilai sesungguhnya menjadi manusia. Orang tuanya berkata bahwa jika anaknya bisa berada di posko daur ulang dan terus bersama dengan insan Tzu Chi, maka mereka merasa sangat tenang. Di posko daur ulang, kita bisa melakukan kegiatan yang memberi manfaat bagi umat manusia. Ia sungguh sebuah Jalan Bodhisatwa yang lapang di dunia. Saya rasa dahulu orang tuanya pasti sangat khawatir hingga ketakutan.  Kini mereka berkata bahwa anaknya tidak perlu mencari nafkah, yang penting bisa memberi manfaat bagi umat manusia. Jika demikian, mereka sudah merasa tenang.

Seorang lainnya adalah orang yang memiliki banyak utang kartu kredit.  Jika ada yang datang menggedor pintu rumahnya, maka itu pastilah penagih utang. Ini membuat orang tuanya sangat ketakutan. Suatu hari, orang tuanya menegurnya, lalu dia langsung marah dan pergi meninggalkan rumah. Dia hidup sebagai gelandangan. “Kakak-kakak sekalian, nama saya Liang Zhong-cheng. Sekarang saya adalah relawan daur ulang di Dashe. Belasan tahun lalu, saya memiliki keluarga yang bahagia. Istri saya sangat pandai mengurus keluarga. Akan tetapi, saya malah sembrono dan memilih berkeliaran di luar.

Bagaimana saat saya tidak memiliki makanan? Saya pergi ke restoran prasmanan untuk minum sup di sana. Saat melihat ada orang mengadakan perjamuan makan di pinggir jalan, saya akan terus menunggu hingga malam demi makan di sana,” ujar  warga yang telah bertobat dan menjadi relawan daur ulang.

Kemudian, seseorang mengetahuinya dan mengenalkannya pada Tzu Chi. Insan Tzu Chi terus membimbingnya agar menjadi relawan di posko daur ulang. Dia melihat para relawan di posko daur ulang memperlakukan semua orang dengan setara. Tiada satu orang pun yang merendahkannya. Karena itulah, perlahan-lahan ia mulai mengatasi rasa rendah dirinya dan melenyapkan noda serta kegelapan batinnya.

Saat insan Tzu Chi memberi tahu orang tuanya tentang kondisi anaknya sekarang, orang tuanya masih tidak percaya. Kemarin, orang tuanya juga datang dan naik ke atas panggung. Di depan banyak orang, dia berlutut dan bertobat kepada orang tuanya. “Dahulu, di hati saya selalu ada beban yang berat. Saat bertemu dengan teman atau kerabat, mereka selalu bertanya kabar anak saya. Saya hanya bisa menjawab, “Dia sudah menjadi gelandangan.” Saya merasa sangat malu. Kini, mendengar dia menjadi relawan di posko daur ulang,  saya merasa sangat gembira. Kini, jika ada teman atau kerabat yang bertanya kabar anak saya, saya menjawab, “Dia sudah ditolong oleh relawan Tzu Chi. Kini dia menjadi relawan di posko daur ulang. Hari ini, saya sangat berterima kasih.” Ujar ibu dari anak tersebut.

Orang tuanya yang berada di atas panggung merasa sangat tersentuh. Para hadirin di bawah panggung juga merasa sangat tersentuh. Saya sendiri juga sangat tersentuh. Sungguh, posko daur ulang adalah tempat pelatihan diri. Saya sungguh bisa merasa para relawan Tzu Chi terus mendekatkan diri dengan ajaran saya. Hati mereka sangat dekat dengan saya. Jiwa kebijaksanaan mereka juga terus bertumbuh. Jiwa kebijaksanaan setiap orang semakin dekat dengan jiwa kebijaksanaan saya.

Setiap posko daur ulang Tzu Chi merupakan tempat pelatihan diri. Tadi, kita juga melihat Relawan Wang yang masih sangat muda. Melihat dia menaiki tangga, saya sungguh merasa tidak tega. Akan tetapi, dia tetap sangat tekun dan bersemangat. Setiap hari, dia bangun pukul 3.30 pagi,lalu mengganti bajunya dengan seragam Tzu Chi. Itu membutuhkan waktu paling sedikit setengah jam. Kemudian, dia berangkat ke posko daur ulang untuk mempersiapkan konferensi video. Ini semua membutuhkan waktu.

Dia juga harus menaiki tangga, sungguh tidak leluasa. “Dahulu, saya tidak punya kegiatan setiap hari. Hidup saya sangat membosankan. Saya tidak tahu harus berbuat apa. Sejak datang ke posko daur ulang, setiap hari saya memiliki kegiatan. Saya juga sangat gembira. Saya juga mengenal banyak kakak Tzu Chi. Berhubung ada banyak hal yang tidak bisa saya lakukan, maka saya harus melakukan segala yang saya bisa dengan sebaik mungkin. Bisa melakukan sesuatu lebih baik daripada tidak bisa melakukan apa-apa,” harap anak tersebut.

Saya merasa hatinya sangat dekat dengan saya, namun juga merasa tidak tega. Ibunya juga sangat berharap dia bisa terus menjadi relawan daur ulang dan dikelilingi oleh insan Tzu Chi. Ibunya merasa tenang karena ada begitu banyak insan Tzu Chi yang mengasihi dan mendampinginya. Saya merasa ibunya sangat bijaksana. “Saya pikir jika ada pekerjaan untuknya dan ada yang bisa dia bantu, saya sebagai ibunya juga akan gembira. Saya juga berharap kakak-kakak Tzu Chi bisa membantunya karena kakinya tidak leluasa. Terima kasih kepada Master Cheng Yen karena memberinya kesempatan untuk melakukan daur ulang. Terima kasih banyak. Kakak-kakak Tzu Chi dan Master Cheng Yen, terima kasih,” ujar Ibu dari pemuda itu.

Kita juga melihat para polisi yang bergabung menjadi anggota Tzu Cheng dan turut melakukan daur ulang. Mereka juga terinspirasi. Insan Tzu Chi sangat mendedikasikan diri untuk membantu orang yang hidup menderita. Saat melihat sebuah rumah yang sangat kotor dan berantakan, insan Tzu Chi sangat bersungguh hati untuk membantu membersihkannya.

Tidak lama kemudian, sepasang ibu dan anak yang tinggal di sana meninggal dunia satu per satu. Tadi, relawan yang duduk di sebelah saya berkata, “Kakak-kakak Tzu Chi bilang Master berkata bahwa kita harus memanfaatkan waktu yang ada saat ini untuk berbuat baik. Beruntung kita telah membantu mereka membersihkan rumah. Meski mereka telah meninggal dunia satu per satu, tetapi kita bisa merasa tenang,” ujar relawan Tzu Chi. Singkat kata, melihat begitu banyak insan Tzu Chi dan relawan daur ulang di masyarakat, saya sungguh merasa bersyukur. Semoga relawan daur ulang tidak hanya melakukan daur ulang, namun juga bisa lebih mendekatkan diri dengan saya. Jika jiwa kebijaksanaan kita bisa bersatu, maka kelak kita akan bisa bersama di dunia Buddha dan Bodhisatwa. Kita bisa bersama selamanya untuk membimbing semua makhluk di dunia. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia )

 
 
Keindahan sifat manusia terletak pada ketulusan hatinya; kemuliaan sifat manusia terletak pada kejujurannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -