Suara Kasih : Memanfaatkan Waktu

 

Judul Asli:

Memanfaatkan Waktu
untuk Mengembangkan Kebijaksanaan
 

Ladang pelatihan spiritual bertujuan mengikis tabiat buruk
Berjalan di Jalan Bodhisatwa dengan satu misi
Menggarap ladang batin dan menabur benih kebajikan
Hidup berkesadaran dan mengembangkan kebijaksanaan

 

Detik demi detik berjalan sangat cepat, mungkinkah kita tak memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Pada kehidupan ini, waktu yang berlalu tak mungkin kembali, dan kita harus memanfaatkan setiap detik karena segala sesuatu di dunia dapat tercapai karena akumulasi waktu. Bayangkan, sejak kita dilahirkan, hingga melewati beberapa fase seperti masa kanak-kanak, remaja, paruh baya, dan tua memerlukan waktu puluhan tahun, namun sesungguhnya waktu kita sungguh singkat. Pada kehidupan yang singkat ini, bisakah kita tak memanfaatkan waktu sebaik mungkin? Kita memerlukan waktu untuk mencapai segala sesuatu. Bukankah dalam mengejar karir kita pun membutuhkan waktu? Bukankah kaum muda memerlukan waktu untuk menyelesaikan pendidikan mereka? Bukankah begitu juga dengan pelatihan diri kita? Waktu memegang peran penting dalam segala hal.

Namun, manusia sering berjalan menyimpang dan tidak sadar sehingga membiarkan waktu terbuang sia-sia. Selain membuang-buang waktu, mereka juga menciptakan banyak karma buruk. Buddha berkata bahwa banyak makhluk yang hidup dalam kegelapan dan kekotoran batin. Sungguh, kita harus segera sadar dan memanfaatkan jalinan jodoh sebaik mungkin untuk melenyapkan kegelapan batin. Dengan demikian, barulah kita dapat sungguh-sungguh sadar.

Lihatlah, dunia ini penuh dengan penderitaan. Karena itu, orang yang sadar harus segera mengulurkan tangan dan orang yang memiliki kekuatan harus segera mengerahkan kekuatannya untuk menolong orang yang membutuhkan. Jadi, yang kita butuhkan adalah cinta kasih dalam hati. Hati yang penuh cinta kasih bagaikan ladang dengan benih kebajikan. Semua ini membutuhkan jalinan jodoh. Artinya, meski memiliki benih kebajikan, namun tanpa tanah yang subur, benih tersebut juga tak dapat tumbuh. Meski ada tanah yang subur, bila tanpa air maka benih tersebut tetap tak dapat tumbuh. Karena itu, kita memerlukan tanah, air, sinar matahari, dan udara agar benih tersebut dapat bertunas dan tumbuh menjadi pohon. Karena itu, kita harus memanfaatkan jalinan jodoh sebaik mungkin.

 

Di dalam hati setiap orang terdapat benih kebajikan. Karena itu, kita harus memanfaatkan jalinan jodoh yang ada untuk segera menabur benih di atas tanah yang subur dan segera menjadi petani untuk menggarap lahan tersebut. Selain menggarap lahan batin dan memperoleh manfaatnya sendiri, kita juga harus menabur benih kebajikan dan menggarap lahan batin orang lain agar hati setiap orang dapat berubah menjadi ladang berkah. Dengan demikian, barulah kita sungguh-sungguh memanfaatkan waktu dan setiap kesempatan untuk membawa manfaat bagi semua orang.

Meski Buddha berkata bahwa hidup ini tidak kekal dan sangat singkat, namun kita dapat memanfaatkan waktu untuk berbuat bajik. Hal ini juga akan berdampak baik hingga ribuan tahun kemudian, bahkan hingga  masa tak terhingga. Selain itu, cinta kasih kita pun akan dapat terus terwariskan. Kebijaksanaan akan bertumbuh jika kita memiliki kesadaran untuk memanfaatkan waktu dan berjalan di arah yang benar. Kesadaran kita ini akan bertumbuh dari kehidupan ke kehidupan.

Selain itu, Buddha berharap kita dapat senantiasa berjalan di Jalan Bodhisatwa. Beliau terus mengingatkan kita bahwa di antara kita terjalin sebuah jodoh yang sangat dalam. Buddha juga mengingatkan kita tentang teladan Bodhisatwa Sadapaributha. Karena belenggu enam alam kehidupan, kita pun terpengaruh kondisi dunia dan memiliki tabiat buruk. Makhluk bertabiat buruk ini disebut makhluk awam.

Pikiran makhluk awam selalu berubah-ubah dan tidak stabil. Karena itu, kita mudah untuk membuat tekad, namun sulit untuk mempertahankannya. Pada saat pembabaran Sutra Bunga Teratai, Buddha terus mengingatkan kita untuk memandang semua makhluk dengan pandangan benar.

Jika ada orang yang pikirannya tidak stabil dan tabiatnya belum hilang, kita harus memperlakukannya dengan teladan Bodhisatwa Sadapaributha yang tak pernah meremehkan siapa pun dan menunjukkan pada kita bahwa bagaimana pun tabiat orang, baik orang tersebut memarahi, memfitnah, maupun berperilaku tidak sopan terhadap kita, kita harus tetap menghormati dan tidak meremehkan mereka karena kelak mereka juga akan menjadi Buddha. Inilah cara Bodhisatwa Sadapaributha melatih diri.

Hal ini harus diterapkan dalam batin kita semua dan senantiasa dipraktikkan lewat tindakan. Janganlah kita terlalu perhitungan dengan orang lain yang bertabiat buruk. Kita harus lebih menghormati orang lain. Karena itu, saya sering berkata bahwa kita harus senantiasa bersyukur, menghormati, dan mengasihi orang lain. Saat seseorang bergabung dengan Tzu Chi, kita harus berterima kasih kepadanya. Kita semua telah berikrar luhur, karena itu misi Tzu Chi merupakan misi dalam hidup kita dan merupakan ladang pelatihan kita untuk mengembangkan kebijaksanaan. Kebiasaan dan tabiat setiap orang merupakan pelatihan spiritual bagi kita. Bolehkah kita tak bersyukur terhadapnya?

Jadi, kita harus bersyukur. Terlebih lagi, kelak mereka juga akan menjadi Buddha, karena itu kita harus menghormati mereka. Untuk menciptakan dunia yang indah dan penuh dengan Bodhisatwa, kita harus memiliki cinta kasih tanpa pamrih. Kita semua harus Dengan demikian, kita dapat menapaki Jalan Bodhisatwa dengan penuh keteguhan.Diterjemahkan oleh: Lena

 
Orang yang memahami cinta kasih dan rasa syukur akan memiliki hubungan terbaik dengan sesamanya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -