Suara Kasih: Membangkitkan Hati Bodhisatwa

 

Judul Asli:

 

Pendidikan yang Membangkitkan Hati Bodhisatwa

 

Pendidikan untuk membangkitkan hati Bodhisatwa
Mengajar anak-anak agar memiliki kedisiplinan dan tata krama
Pendidikan berbudaya humanis di Dominika
Berkunjung ke panti jompo di Cile

"Kami bersumpah, terima kasih atas perhatian dari orang tua dan para guru. Kami telah beranjak remaja dan lebih dewasa. Kami akan menghargai kerja keras orang tua. Teh ini adalah untuk mengungkapkan rasa syukur," kata salah seorang siswa Sekolah Tzu Chi. Saat seorang siswa mempersembahkan teh, saya sungguh merasa tersentuh. "Saat mengangkat cangkir teh, tangan saya terus gemetar dan air mata saya tak bisa berhenti mengalir. Itu adalah tangisan bahagia karena merasa tersentuh. Saya ingin berterima kasih kepada ibu karena telah membesarkan saya," kata siswa lainnya. Metode pendidikan seperti ini sangat jarang ditemukan pada masa sekarang. Kegiatan ini tak hanya membimbing anak-anak, tetapi juga orang tua. Hal ini juga mengingatkan kita untuk berbakti kepada orang tua.

Semangat pendidikan Tzu Chi selain disosialisasikan di sekolah sendiri, juga disosialisasikan ke banyak sekolah di seluruh Taiwan. Kita dapat melihat insan Tzu Chi mensosialisasikan pendidikan budaya humanis ke Sekolah Menengah Luming di Zhanghua. Upacara kelulusan sekolah itu juga berlangsung dengan penuh tata krama, sopan santun, dan sangat khidmat. Para siswa mengungkapkan rasa syukur kepada orang tua sekaligus rasa hormat kepada para guru. Kita juga dapat melihat Sekolah Luar Biasa Linkou. Lihatlah, para siswa menyajikan teh kepada orang tua dan para guru dengan penuh syukur. Inilah pendidikan yang terbaik. Inilah pendidikan di Taiwan.

Bagaimana dengan Amerika Serikat? Tanggal 21 Juni juga merupakan hari bersejarah. Pada tanggal 21 Juni 2007, TK Tzu Chi di Amerika Serikat mengadakan upacara kelulusan bagi siswa angkatan pertama. Saat itu siswa yang lulus hanya berjumlah 23 orang, tetapi orang tua dan tamu yang hadir berjumlah lebih dari 100 orang. Para guru mengajar dengan bahasa Mandarin dan Inggris serta membimbing para siswa agar berbakti dan hormat kepada orang tua dan guru. Inilah tata krama paling dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Bila tidak mengajarkan tata krama kepada anak-anak, maka mereka akan berjalan menyimpang.

 

Jadi, inilah misi yang harus kita jalankan. Di negara mana pun, kita harus mengajar anak-anak agar memiliki kedisiplinan dan tata krama. Inilah hal dasar yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kita harus membimbing mereka ke arah kebajikan agar sifat luhur mereka terpancar. Kita harus membimbing mereka agar memahami prinsip kebenaran dan mengembangkan hakikat sejati dalam diri. Kita harus membangkitkan hakikat sejati dalam diri mereka agar pikiran mereka tidak ternoda oleh kegelapan batin.

Kekacauan yang terjadi di masyarakat menimbulkan keraguan dalam hati mereka. Kita harus membimbing mereka agar bisa membedakan hal yang benar dan yang salah, serta memiliki moralitas dan etika. Inilah metode pendidikan yang baik. Kita juga dapat melihat di Dominika. Saat menyalurkan bantuan ke sana, relawan Tzu Chi melihat sekelompok warga yang mencari nafkah di tengah timbunan sampah. Mereka tidak memiliki harapan. Karena itu, relawan Tzu Chi memutuskan untuk mengubah kehidupan mereka dengan membangun sekolah bagi anak-anak setempat. Usai pembangunan sekolah, angkatan demi angkatan pun lulus.

Upacara kelulusan selalu berlangsung dengan meriah. Tahun ini relawan Tzu Chi juga membantu mereka mengadakan upacara kelulusan. Demi mengurangi beban orang tua siswa, tahun ini kita mengadakan upacara kelulusan dengan sederhana dan lebih berbudaya humanis. Meski upacara kelulusan tahun ini sangat sederhana, tetapi penuh dengan rasa syukur. "Dahulu ibu tidak punya uang untuk menyekolahkan saya. Tetapi, karena Tzu Chi membangun sekolah ini, saya jadi bisa bersekolah. Saya sangat senang karena bisa lulus dan memasuki tahap kehidupan yang baru. Tetapi, saya juga merasa sangat sedih karena harus meninggalkan sekolah ini. Saya sungguh berterima kasih kepada Tzu Chi karena tak hanya mengajarkan pengetahuan kepada kami. Di sekolah ini, saya belajar bagaimana berbagi dan berinteraksi dengan orang lain serta cara membantu orang yang membutuhkan," kata salah seorang siswa.

Mendengar para siswa berbagi bahwa mereka belajar cara menolong orang lain, saya sungguh bersyukur. Saya sungguh berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Amerika Serikat yang beberapa kali dalam setahun berkunjung untuk membimbing para siswa. Kini relawan setempat juga turut dan sangat giat menjalankan misi Tzu Chi. Inilah cara kita menggalang Bodhisatwa dunia. Mereka bagaikan petani yang menyebarkan benih cinta kasih.

Kita juga dapat melihat kisah dari Cile yang sangat menghangatkan hati. Pada Hari Ayah yang jatuh pada tanggal 19 Juni, insan Tzu Chi di Cile melakukan kunjungan ke panti jompo di Santiago. Jalinan jodoh ini berawal dari seorang bidan bernama Paula. Ia mengenal seorang anggota TIMA, yaitu dr. Yang. Ia berkata kepada dr. Yang bahwa ada sebuah panti jompo yang kemampuan ekonominya sangat terbatas. Para lansia di panti jompo tersebut hidup penuh kesulitan. Jadi, ia mengundang Tzu Chi untuk berkunjung ke sana. Mendengar hal itu, beberapa relawan Tzu Chi berkunjung ke panti jompo tersebut dan melihat betapa sulitnya kehidupan para lansia di tengah cuaca yang dingin. Mereka hidup dalam keterbatasan. Usai mandi, mereka tidak memiliki handuk untuk mengeringkan tubuh. Lihatlah, mereka bahkan kekurangan handuk. Karena itu, relawan Tzu Chi segera membuat rencana untuk menyalurkan bantuan pada tanggal 19 Juni sekaligus merayakan Hari Ayah bersama mereka.

Para lansia berkata bahwa mereka tidak penah menerima perhatian seperti ini. Karena itu, saat sekelompok insan Tzu Chi merangkul mereka dengan penuh kehangatan, mereka merasa tersentuh hingga menangis. Saat insan Tzu Chi akan pergi, mereka terus berpesan, "Kalian harus sering datang kemari." Cara para lansia mengingatkan relawan Tzu Chi agar sering berkunjung ke tempat mereka bagaikan orang tua yang berpesan kepada anaknya agar lebih sering pulang ke rumah. Para lansia menganggap relawan Tzu Chi bagai keluarganya sendiri.

Meski Cile sering diguncang gempa, gunung meletus, dan lain-lain, tetapi batin warga setempat tetap penuh cinta kasih dan kedamaian. Kini benih-benih Tzu Chi di Cile telah mulai bertunas dan bertumbuh menjadi pohon kecil. Mereka sungguh penuh harapan. Singkat kata, semoga insan Tzu Chi dapat lebih tersebar di dunia sehingga ada lebih banyak orang yang menyebarkan benih cinta kasih dan menggarap ladang berkah. Dengan hati yang harmonis, kita berdoa semoga unsur alam dapat berjalan selaras dan dunia bebas dari bencana. Inilah pesan saya setiap hari yang tengah diusahakan oleh setiap orang.

 
 
Saat membantu orang lain, yang paling banyak memperoleh keuntungan abadi adalah diri kita sendiri.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -