Suara Kasih: Membangkitkan Kekayaan Batin

 

Judul Asli:

Membangkitkan Kekayaan Batin

Ketulusan insan Tzu Chi membangkitkan cinta kasih
Melayani orang lain dengan penuh cinta kasih
Mengubah pola pikir dan menghapus kegundahan batin
Tetap giat melatih diri meski duduk di atas kursi roda

”Ini yang diambil oleh Anda. Kakek silakan ke sebelah sini. Kata Renungan Jing Si ini sungguh mengutarakan suara hati Anda,” ucap Relawan Tzu Chi saat mengunjungi Panti jompo Haicang, Xiamen, Fujian. ”Ya, benar. Benar.”

”Anda telah bersumbangsih dengan sukacita dan menerima dengan sukarela. Kata Renungan Jing Si ini sangat cocok dengan Anda. Simpanlah untuk dijadikan kenang-kenangan. Inilah yang selalu saya lakukan,” kata relawan Tzu chi kepada kakek di panti jompo Haichung.

Skenario hidup ini ditulis oleh kita sendiri. Segala ucapan, perbuatan, dan jalinan jodoh kita dengan orang lain pada kehidupan lampau telah tersusun menjadi skenario untuk kehidupan mendatang kita. Buddha menggunakan hukum sebab akibat untuk menjelaskan kepada kita tentang rahasia kehidupan ini. Adakalanya, kita tidak memahami dari mana datangnya penderitaan ini. Sungguh, kehidupan manusia dipenuhi oleh berbagai penderitaan. Bodhisatwa  muncul karena adanya penderitaan. Berhubung dunia ini dipenuhi oleh penderitaan, maka Buddha datang ke dunia demi satu tujuan penting, yakni membimbing kita untuk menjaga pikiran dengan baik.

Kita telah melihat Bapak Yan dari Xiamen yang sudah berusia 72 tahun ini. Dia sangat berbakti. Seumur hidupnya, dia selalu mendampingi sang ibu. ”Suatu ketika, saya ingin bekerja di Guizhou. Ibu saya tidak merelakan saya pergi. Pada saat saya ingin berangkat ke Guizhou, ibu saya menangis sepanjang hari. Sejak saat itu, saya tidak pernah pergi meninggalkannya lagi,” ucap Yan Jihua, relawan Tzu Chi. Ibunya sudah berusia lanjut. Keluarga mereka hidup serba kekurangan. Pada saat ibunya pindah ke panti jompo, dia juga ikut pindah demi merawat sang ibu. Insan Tzu Chi sering berkunjung ke panti jompo.

Dia juga mengetahui bahwa Tzu Chi berawal dari semangat celengan bambu. Beberapa tahun ini, setelah terus berinteraksi dengan insan Tzu Chi, dia pun mulai membangkitkan kekayaan batin dan menyisihkan koin untuk didonasikan kepada Tzu Chi. Setelah ibunya meninggal dunia, dia pun mulai membantu para penghuni lain yang berada di panti jompo. Meskipun sudah berusia lebih dari 70 tahun, tetapi tubuhnya masih sehat dan dapat membantu orang lain. ”Sekarang, saya berusaha semampu saya untuk hidup hemat demi menyisihkan uang untuk menolong orang lain,” tutur relawan Yan.

Di dunia ini, ada banyak sekali orang yang membutuhkan bantuan. Sungguh banyak sekali. Saya tahu bahwa Tzu Chi memberikan bantuan secara nyata. Hal ini sungguh tidak dapat disangkal. Oleh karena itu, saya ingin menggunakan sisa hidup saya untuk membantu orang lain. Salah seorang kerabatnya yang bernama Miaozhu mengalami kelumpuhan akibat kecelakaan mobil. Berhubung keluarganya kesulitan merawatnya, maka dia pun dipindahkan ke panti jompo. Sejak saat itu, Miaozhu pun mulai menutup diri. Insan Tzu Chi sering berinteraksi dan membimbingnya secara perlahan-lahan. Bapak Yan yang sudah menjadi relawan pun ikut membimbing Miaozhu. Sekarang, Miaozhu telah membuka hatinya dan masuk ke dalam barisan relawan. Jangan menganggap remeh diri sendiri karena setiap orang memiliki potensi yang tidak terhingga. “Saya ingin menolong lebih banyak orang yang membutuhkan pertolongan,” ucap Yan Miaozhu. Membahas tentang insan Tzu Chi di Xiamen, Fujian, saya sungguh sangat tersentuh.

Sebelum Badai Topan Usagi menerjang, mereka melakukan kunjungan ke rumah warga untuk meminta para warga agar tetap waspada. “Jika banjir melanda, Anda sebaiknya berlindung di atas ranjang. Anda harus lebih berhati-hati,” ucap relawan Tzu Chi, Xie Yurong. Kita juga melihat mereka mengadakan pelatihan relawan. Mereka sangat bersungguh hati untuk membimbing para relawan cara berinteraksi dengan orang tua. ”Coba kalian bayangkan. Jika saya berdiri seperti ini, bagaimana cara kakek melihat saya? Benar tidak? Menurut kalian lebih baik berdiri atau berjongkok?” kata Xie Yurong. ”Berjongkok”.

”Ketika memberikan makanan untuk lansia, janganlah kita melakukannya seperti ini. Kita harus berjongkok. Saat para kakek dan nenek berkeluh kesah bahwa nasib mereka tidak baik, badan mereka sangat pegal, dan lain-lain, kalian harus menghibur mereka. Yang paling penting adalah kalian harus mendengarkan mereka dengan sabar. Jangan menyela saat mereka berbicara,” ucapnya saat pelatihan relawan sebelum berkunjung ke panti.

 

Inilah kehidupan manusia. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus terjun ke tengah orang-orang yang hidup menderita. Saat melihat sekelompok orang yang memerlukan bantuan, kita hendaknya terjun untuk memberikan bantuan agar bisa turut merasakan perasaan mereka. Saat melihat orang yang menerima bantuan dan menerima pendampingan dapat keluar dari kegelapan dan keputusasaan, kita akan merasa sangat bahagia. Inilah Bodhisatwa dunia. Ini semua bisa dilakukan oleh setiap orang. Asalkan memiliki niat, maka tiada yang sulit untuk dilakukan. Segala sesuatu bergantung pada pilihan kita. Jika memilih berbuat baik, maka kita bisa menciptakan berkah bagi masyarakat. Jika memilih berbuat jahat, maka kita akan mendatangkan bencana bagi dunia. Jadi, setiap orang hendaknya menyucikan hati sendiri. Dimulai dari diri sendiri, kita menciptakan interaksi antar sesama yang harmonis dan sumbangsih dengan penuh cinta kasih. Jika setiap orang memiliki semangat cinta kasih tanpa mementingkan jalinan jodoh serta perasaan senasib dan sepenanggungan, maka dunia ini akan dipenuhi kehangatan.

Dalam menghadapi Topan Usagi kali ini, kita sangat bersyukur karena Taiwan dapat selamat darinya, meski di daerah permandian air panas  Zhiben yang terletak di Taidong, banyak rumah yang terendam banjir. Insan Tzu Chi segera bergerak untuk membagikan paket bantuan dan bantuan dana tunai. Namun, ada banyak keluarga yang kembali mendonasikan uangnya kepada Tzu Chi. Dari sini terlihat bahwa Taiwan sangat tenteram dan para warganya dipenuhi kehangatan. Kita sungguh harus merasa bersyukur. Akan tetapi, topan ini telah melewati Filipina. Para warga di Filipina tidak aman dan selamat karena ada dua gunung yang runtuh. Badai topan yang sama ini telah mendatangkan kerusakan parah bagi Filipina.

Singkat kata, bencana alam terjadi akibat kondisi iklim yang ekstrem. Saat beberapa tempat di dunia dilanda kekeringan yang sangat parah, di beberapa tempat lain tengah turun hujan deras sehingga terjadilah banjir yang menggenangi rumah warga, merusak struktur pegunungan, mengakibatkan tanah longsor, dan lain-lain. Semua ini membawa penderitaan bagi kehidupan manusia. Jadi, meski ada orang yang terlahir dalam keluarga kurang mampu dan sering mengalami ketidakberuntungan, tetapi mereka tetap berusaha segenap hati untuk berbakti kepada orang tua, mencurahkan cinta kasih, dan tahan terhadap penderitaan hidup. Contohnya adalah Tuan Yan. Setelah bertemu dengan insan Tzu Chi, batinnya pun dapat terbebas dari kemiskinan. Dia tidak hanya terbebas dari kemiskinan materi, tetapi juga terbebas dari kemiskinan batin sehingga kini dia dapat mengembangkan potensinya. Ini semua membutuhkan interaksi antar sesama. Dengan membuka hati, kita akan terbebas dari kemiskinan batin dan jiwa kebijaksanaan yang cemerlang akan bertumbuh. Ini sungguh membuat orang tersentuh. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
 
Beriman hendaknya disertai kebijaksanaan, jangan hanya mengikuti apa yang dilakukan orang lain hingga membutakan mata hati.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -