Suara Kasih: Membangun Jembatan Cinta Kasih

Judul Asli:

 

Membangun Jembatan Cinta Kasih

 

Perahu cinta kasih telah berlayar untuk membimbing semua makhluk hidup
Keindahan kelompok tercipta berkat kerja sama yang harmonis
Membagikan bantuan musim dingin kepada kaum papa
Membangun jembatan cinta kasih

Lihatlah para relawan di Taoyuan menyelami Dharma dengan sepenuh jiwa raga. Yang membuat saya kagum adalah meski kemarin DVD-nya ada masalah sehingga musiknya berhenti dan hari ini DVD-nya juga kembali bermasalah, namun setiap orang baik di atas maupun di bawah panggung terus menyanyikan liriknya dan memeragakan isyarat tangan dengan sangat rapi. Ini menunjukkan bahwa setiap orang telah menyerap Dharma ke dalam hati sehingga mereka bisa terus bernyanyi sesuai irama.

Saya sungguh kagum dengan mereka. Setiap orang saling bekerja sama untuk menampilkan formasi yang sangat indah. Saya sering mengulas tentang semangat kerja sama yang harmonis. Setiap orang harus bersatu hati, hidup harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. Inilah yang disebut kerja sama yang harmonis. Semangat ini harus dimiliki oleh setiap insan Tzu Chi. Sebagai murid saya, kalian harus memiliki hati Buddha dan tekad Guru. Hati kita harus menyatu dengan hati Buddha. Setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan. Hanya saja karena adanya kegelapan batin, kita pun membangkitkan ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan.

Kegelapan batin mengakibatkan kita berjalan menyimpang dan jauh tersesat sehingga terus terombang-ambing di enam alam kehidupan. Nafsu keinginan bagaikan ombak yang membuat kita terombang-ambing tanpa tahu di mana tepi kebahagiaan. Karena itu, kehidupan manusia penuh dengan penderitaan. Bodhisatwa sekalian, kini kita telah mendengar Dharma dan menapaki Jalan Bodhisatwa. Karenanya, kita harus memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin. Kita harus bersatu hati dan mendekatkan diri dengan hati Buddha. Hati Buddha adalah penuh welas asih.

“Ini adalah ikan kerapu. Ikan kerapu terdiri atas banyak macam. Dahulu saya memakannya, bahkan saya memakan semua hewan laut. Berhubung sangat suka mengonsumsi hewan laut, saya rela menempuh perjalanan yang jauh. Awal tahun lalu, kakak mengajak saya untuk mengikuti pementasan adaptasi Sutra. Berhubung sulit menahan diri untuk berhenti mengonsumsi hewan laut, saya pernah berpikir untuk kabur. Hari ini saya berbagi tentang kisah saya. Saya yang begitu suka makan hewan laut pun bisa bervegetarian. Semoga kisah saya dapat membangkitkan welas asih lebih banyak orang,” tutur salah satu pemain pementasan adaptasi Sutra.

Keinginan untuk menyantap makanan lezat hanyalah sebuah kebiasaan jangka panjang kita. Jika sungguh-sungguh melihat ke wilayah yang lebih luas, kita akan melihat banyak orang yang menderita. Mereka hidup kelaparan dan berada di tengah kondisi minim, sedangkan kita hidup cukup berlimpah. Bagaimana mungkin kita tak membangkitkan cinta kasih untuk memerhatikan orang yang hidup menderita? Inilah yang disebut menyadari berkah. Setelah melihat penderitaan, kita harus menghargai berkah dan terus menciptakan berkah.

Banyak insan Tzu Chi yang menyadari dan mempraktikkan konsep ini. Mereka menyadari berkah, menghargai berkah, dan menciptakan berkah. Contohnya penyaluran bantuan musim dingin di Tiongkok. Meski sekarang ekonomi Tiongkok sangat baik, namun negara yang sangat makmur pun pasti ada kesenjangan sosial. Terlebih lagi, akibat kenaikan harga barang, orang yang miskin akan semakin miskin dan semakin membutuhkan bantuan. Penyaluran bantuan musim dingin kali ini diadakan di Kompleks Tzu Chi di Suzhou. Kita membantu para pekerja migran, Lansia, dan warga kurang mampu.

Selain memberikan bantuan materi, kita juga mengadakan acara makan bersama di kompleks tersebut. Mereka semua bagaikan ”Satu Keluarga”. Semua kegiatan ini bisa terlaksana berkat dukungan dari pemerintah setempat. Pemerintah setempatlah yang mengusulkan ide untuk memberi kehangatan bagi para pekerja migran maupun Lansia yang hidup sebatang kara. Karena itu, saya sungguh berterima kasih. Baik para pengusaha Taiwan di Tiongkok maupun pejabat pemerintah setempat, semuanya sangat mendukung Tzu Chi. Kita telah membangun sebuah jembatan untuk mencurahkan cinta kasih. Saya sungguh tersentuh melihatnya.

Banyak sekali kisah acara makan bersama yang tak sempat saya ceritakan satu per satu. Akan tetapi, saya akan berbagi sebuah kisah dengan kalian. Di kompleks Tzu Chi di Suzhou ada sebuah pusat pemeriksaan kesehatan yang akan segera diresmikan. Karena itu, kita memerlukan tenaga medis untuk bekerja di sana. Saya juga berharap kita bisa membawa semangat misi kesehatan Tzu Chi ke sana. Di sana ada seorang relawan Yang dari Taichung yang sering berpartisipasi dalam bantuan internasional Tzu Chi. Kali ini dia juga pergi ke Suzhou. Usai acara makan bersama, dia berbagi tentang pengalamannya saat menjadi relawan di rumah sakit. Dia sering melihat penerima bantuan yang berambut panjang dan berjanggut. Insan Tzu Chi selalu berbaik hati mencuci dan menggunting rambut mereka, serta membantu mencukir kumis. Relawan Yang sering melihat hal itu. Dia berpikir menggunting rambut dan mencukur kumis adalah hal yang mudah.

Suatu kali, saat kekurangan relawan penata rambut, dia pun memberanikan diri untuk membantu menata rambut seorang veteran. Dia berpikir dia bisa melakukannya karena sudah sering melihatnya. Akan tetapi, saat melihat kaca, veteran itu sangat marah. Dia berkata, “Kamu tidak berpengalaman, tetapi berani memotong rambut saya.” Dia merasa sangat marah. Relawan Yang segera membungkukkan badan kepada veteran tersebut dan terus meminta maaf. Relawan Yang berbagi pengalamannya untuk mengingatkan relawan lokal agar mereka lebih berhati-hati.

Inilah yang terjadi di Suzhou. Beberapa hari lalu, tim bantuan Tzu Chi telah kembali dari Suzhou. Sesungguhnya, kita harus membagikan bantuan kepada lebih dari 8.000 keluarga, akan tetapi mereka baru membagikan 10 persennya, yaitu 800 keluarga. Mereka telah kembali ke Taiwan dan dipenuhi sukacita. Tadi pagi, saya mendengar mereka kembali mempersiapkan pembagian bantuan yang kedua kali di Tiongkok. Berhubung sekarang adalah musim dingin, kita pun membagikan bantuan musim dingin. Meski ekonomi di Tiongkok sangat baik, namun setiap warga hendaknya saling membantu dan memerhatikan dengan penuh cinta kasih. Selain itu, seiring meningkatnya populasi manusia di Tiongkok, banyak Lansia, orang cacat, dan pekerja migran, yang membutuhkan bantuan. Karena itu, insan Tzu Chi berangkat ke sana untuk membantu dan memerhatikan mereka. Pejabat pemerintah setempat juga sangat mendukung dan terus mendampingi Tzu Chi untuk bersumbangsih di tengah masyarakat. Saya sungguh berterima kasih kepada mereka. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

Keteguhan hati dan keuletan bagaikan tetesan air yang menembus batu karang. Kesulitan dan rintangan sebesar apapun bisa ditembus.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -