Suara Kasih: Membantu dan Menginspirasi

Judul Asli:

 

Membantu Orang Menderita dan Menginspirasi Sesama

 

Menjadi dokter yang humanis
Kegiatan daur ulang memperoleh pengakuan
Menginspirasi masyarakat dengan penuh kebijaksanaan dan welas asih
Membantu orang yang menderita dan menginspirasi sesama

Kita bisa melihat banyak negara yang suhu udaranya mencapai di bawah 20 derajat Celsius, di bawah 30 derajat Celsius, atau di bawah 40 derajat Celsius. Sungguh tak bisa dibayangkan  bagaimana perasaan mereka. Dari siaran berita, kita sudah merasa sangat dingin,  apalagi orang yang tinggal di sana. Setelah dipikir-pikir, kita yang berada di Taiwan sungguh beruntung. Ada banyak kisah yang penuh dengan kehangatan. Contohnya beberapa hari ini, insan Tzu Chi Taiwan menyambut para Bodhisatwa dunia dari berbagai negara. Mereka kembali ke Griya Jing Si Hualien di Taiwan guna menghadiri pertemuan tahunan.

Pada saat berkumpul bersama, mereka saling berbagi, saling mengamati, saling membabarkan Dharma, serta saling mempelajari cara menginspirasi dan membimbing orang lain di negara masing-masing. Berhubung setiap negara memiliki kebudayaan yang berbeda-beda dan memiliki masalah yang berbeda-beda pula, para Bodhisatwa dunia mengembangkan welas asih dan kebijaksanaan untuk membimbing orang sesuai dengan kemampuan mereka. Insan Tzu Chi mencurahkan cinta kasih dan membebaskan penderitaan warga sesuai dengan jenis penderitaan yang dialami mereka. Jika hati manusia terdapat noda batin, insan Tzu Chi akan menggunakan kebijaksanaan untuk membimbing mereka. Jadi, insan Tzu Chi di setiap negara menghadapi masalah yang berbeda.

Mereka berkumpul bersama untuk saling berbagi pengalaman. Contohnya, Singapura. Di negara yang makmur ini, masih ada banyak warga miskin yang tak mampu menanggung biaya pengobatan. Melihat itu, insan Tzu Chi di Singapura berusaha memenuhi kebutuhan warga setempat. Pemerintah Singapura sangat mendukung misi kesehatan Tzu Chi. Karenanya, mereka menyediakan beberapa tempat kepada Tzu Chi untuk mengadakan baksos kesehatan dengan metode pengobatan barat dan tradisional. Setiap anggota Tzu Chi International Medical Association (TIMA) setempat sangat penuh cinta kasih. Mereka memerhatikan kaum papa dan membantu orang yang sakit. Para dokter serta perawat juga berkunjung dari rumah ke rumah warga untuk memberikan pengobatan medis. Terlebih lagi, bagi para Lansia yang tak bisa pergi ke rumah sakit sendiri, para anggota TIMA akan mengunjungi mereka.

Selain mengunjungi rumah warga, para anggota TIMA juga mengunjungi lembaga, panti jompo, dan lain-lain. Mereka sungguh telah bersumbangsih dengan kesungguhan hati dan cinta kasih. Inilah misi kesehatan Tzu Chi. Selain mengadakan baksos kesehatan di Singapura, mereka juga berangkat ke Sri Lanka untuk mengadakan baksos kesehatan. Inilah keunikan insan Tzu Chi Singapura. Selain itu, insan Tzu Chi Singapura juga mensosialisasikan daur ulang. Mereka juga mengemban misi budaya humanis Tzu Chi dengan sangat baik. Contohnya, satu sesi upacara pemandian rupang Buddha bisa dihadiri oleh lebih dari 7.000 peserta. Ini sungguh menunjukkan keindahan dan kedisiplinan Buddhisme di Singapura.

Selain itu, mereka juga mengadakan pementasan adaptasi Sutra sebanyak empat sesi dan dihadiri oleh lebih dari 6.000 peserta. Kita juga bisa melihat laporan dari insan Tzu Chi di Hongkong. Meski daerah Hongkong tak luas, namun penduduknya sangat padat. Insan Tzu Chi Hongkong juga mengemban misi amal dan misi kesehatan. Mereka bekerja sama dengan rumah sakit setempat untuk membantu orang yang membutuhkan. Mereka selalu bekerja sama dengan rumah sakit untuk memerhatikan para pasien. Yang terpenting adalah kegiatan daur ulang.

Warga Hongkong harus meningkatkan konsep daur ulang. Para insan Tzu Chi Hongkong melakukan kegiatan daur ulang pada malam hari. Salah seorang relawan adalah polisi. Dia juga mensosialisasikan daur ulang di asramanya. Dia mensosialisasikan daur ulang kepada lebih dari 5.000 keluarga yang tinggal di asrama itu. Selain itu, dia juga mengajak rekan kerjanya untuk mendukung Tzu Chi. Pemerintah Hongkong juga sangat mendukung konsep daur ulang Tzu Chi. Karena itu, mereka menyediakan sebidang lahan seluas 1.322 meter persegi kepada Tzu Chi untuk melakukan daur ulang. Mereka juga memberikan upah kepada orang yang bekerja di posko tersebut. Insan Tzu Chi selalu rendah hati dan menjadi teladan nyata dalam melakukan kegiatan daur ulang.

Inilah yang terjadi di Hongkong. Saya sungguh tersentuh melihat dedikasi mereka.  Ada pula laporan dari Afrika Selatan. Di Afrika Selatan, kita memiliki sekelompok Bodhisatwa berkulit hitam yang berjumlah lebih dari 5.000 orang. Lebih dari 5.000 orang ini mencurahkan perhatian dan cinta kasih kepada para pasien AIDS. Insan Tzu Chi setempat sungguh mendedikasikan diri. Setiap orang bagaikan Bodhisatwa Ksitigarbha yang berada di neraka untuk membebaskan penderitaan makhluk hidup. Setiap relawan memiliki hati yang lapang. Ada seorang relawan yang tetap giat bersumbangsih meski hidup dalam kondisi minim, menderita penyakit, rumahnya hancur, dan suaminya telah meninggal dunia.

Relawan tersebut adalah Brenda. Meski menghadapi banyak penderitaan, namun dia memiliki tekad yang teguh dan sangat berpuas diri. Rumahnya telah hancur akibat hujan lebat dan tanah longsor. Saat Relawan Pan ingin membantunya, dia berkata bahwa dia tak memerlukan bantuan. Akan tetapi, saat kita bersikeras ingin membantunya, dia pun berkata, “Jika ingin membantu, maka cukup beri saya 20 buah paku." Meskipun menghadapi banyak penderitaan dan masalah di sekitarnya, namun dia tetap optimis dan tahu untuk berpuas diri. Selain itu, dia selalu tersenyum dengan ceria. Saat menderita penyakit, dia tetap membantu para Lansia (lanjut usia) yang hidup sebatang kara. Dia juga membantu para Lansia membersihkan rumah.

Saat Relawan Pan pergi menjenguknya, dia telah terbaring lemah di atas ranjang. Kemudian, saat Relawan Pan mengunjungi tetangganya hidup sebatang kara, dia sangat terkejut dan bertanya, “Mengapa rumah Anda begitu bersih?” Ternyata Brenda telah membantu Lansia ini membersihkan rumah. Sebelum terbaring di atas ranjang, dia sudah berkunjung ke rumah lansia yang hidup sebatang kara itu serta membantu membersihkan tempat tinggalnya. Lihatlah, meskipun tengah sakit, namun dia tetap memerhatikan sesama. Dia sungguh bagaikan nakhoda dalam Sutra Makna Tanpa Batas yang menyeberangkan semua makhluk yang menderita menuju pantai kebahagiaan.

Lihatlah, dalam pertemuan tahunan ini, setiap orang saling belajar. Kita bisa melihat negara yang jauh, yang berbeda ras dan agama mengemban misi Tzu Chi dengan kesatuan hati dan tekad. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Misi Tzu Chi adalah menyebarkan benih Bodhi dan membentangkan Jalan Bodhisatwa. Kita yang berada di sini bisa melihat insan Tzu Chi dari berbagai negara terus mewariskan semangat ini. Kita harus senantiasa memanfaatkan waktu. Bodhisatwa dunia memanfaatkan waktu untuk saling menginspirasi. Jadi, kita harus menginspirasi orang lain dan menggalang Bodhisatwa dunia. Inilah yang harus kita lakukan dengan giat di tahun ini. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Hadiah paling berharga di dunia yang fana ini adalah memaafkan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -