Suara Kasih: Membantu Korban Banjir

Judul Asli:

 

Bergandengan Tangan dalam Membantu Korban Banjir

"Saya sangat berterima kasih kepada Tzu Chi, bencana banjir telah membuat saya kehilangan seluruh harta benda serta hewan peliharaan.Terima kasih atas makanan yang diberikan kepada kami, bantuan ini sangat bermanfaat bagi kami. Terima kasih kalian telah datang dari tempat yang sangat jauh, Tuhan selalu memberkati kalian! Kalian telah banyak membantu kami. Semoga kalian selalu hidup tenteram," kata salah seorang warga penerima bantuan.

“Yang paling membuat saya terkesan adalah kalian memberikan bantuan barang materi yang memang sangat kami butuhkan. Yang Tzu Chi berikan sangatlah berbeda dan cara mereka menyerahkan bantuan juga sangat berbeda. Saya telah bekerja sama dan menjual bahan pangan kepada Tzu Chi selama 5 tahun. Saya sangat senang bertemu dengan Tzu Chi. Mereka sungguh menyalurkan bantuan kepada siapa saja yang menderita di dunia ini. Melihat hal ini, saya merasa bahwa saya harus turut berpartisipasi,” kata warga lainnya.

Ketidakselarasan unsur alam telah membawa banyak penderitaan bagi manusia. Namun, di tengah masa yang sulit ini, kita dapat melihat interaksi antara para Bodhisatwa dunia dengan korban bencana. Lihatlah Guatemala. Negara ini seringkali dilanda bencana, karena perubahan cuaca yang ekstrem, sekalinya hujan pasti akan terjadi banjir. Ada seorang relawan setempat yang bernama Ci Fa. Ia telah bersumbangsih di sana dalam jangka waktu yang panjang. Daerah yang sulit dijangkau pun tetap ia datangi. Sejak bulan Agustus lalu ia mulai memikul tanggung jawab atas penyaluran bantuan dan penggalangan relawan setempat. Baik menggalang dana maupun menyalurkan bantuan, ia melakukannya tanpa merasa lelah.

Kali ini tiga negara di Amerika Tengah dilanda banjir besar. Insan Tzu Chi Amerika Serikat telah bergerak dan tiba di lokasi bencana. Mereka telah menyurvei lokasi bencana dan mendistribusikan bantuan materi. Saya berterima kasih kepada relawan AS yang telah membantu para relawan di Amerika Tengah dan Utara, juga berterima kasih kepada insan Tzu Chi di Honduras, salah satunya adalah Tuan Zhang. Insan Tzu Chi di Honduras juga sangat sedikit. Namun, bila terjadi bencana, Tuan Zhang akan segera memobilisasi para relawan setempat.

 

Ada juga Tuan Chen yang tinggal di El Salvador untuk berbisnis di sana. Karena hidup di negeri orang, ia pun dengan sepenuh hati memerhatikan kehidupan warga setempat. Para relawan dari Amerika Serikat seperti Tuan Cao, Tuan Zhu, Tuan Ge,  dan lainnya bekerja sama memikul tanggung jawab atas penyaluran bantuan bagi ketiga negara yang dilanda bencana itu. Kita juga melihat di Thailand. Hampir setiap hari saya mengulas tentang  kondisi di Thailand. Beberapa hari lalu insan Tzu Chi Taiwan tiba di Thailand. Tujuan utama mereka adalah memahami kondisi setempat sekaligus menginspirasi warga lokal agar keadaan bisa segera pulih kembali.

 

Semoga para pengusaha setempat dapat turut bersumbangsih. Saya berharap warga yang selamat dapat memerhatikan sesama yang tertimpa bencana dan para korban bencana dapat melupakan kesedihan mereka dan bangkit kembali serta melakukan apa saja yang mereka mampu.

Belakangan ini insan Tzu Chi di Thailand telah mulai masuk ke tempat pengungsian untuk menghibur dan menginspirasi para korban bencana. Setiap hari mereka mengadakan doa bersama dengan penuh ketulusan. Para relawan juga mengajak mereka melakukan daur ulang guna menjaga kebersihan lingkungan dan melindungi kesehatan diri sendiri. Ada pula relawan yang mengajarkan cara membuat kerajinan tangan. Para warga diajak untuk menjadi relawan, melakukan daur ulang, menyortir pakaian bekas, dan menyiapkan makanan. Jika setiap orang memiliki arah hidup, maka secara alami mereka akan terbebas dari depresi. Saya sungguh berterima kasih atas kesungguhan hati para insan Tzu Chi.

Tanggal 4 November 2011 juga merupakan hari bersejarah bagi Tzu Chi. Ini berkaitan dengan  Kali Angke yang ada di Indonesia. Kalian pasti masih ingat bahwa pada tahun 2002 Indonesia dilanda banjir besar. Air terus menggenang di sekitar Kali Angke hampir satu bulan lamanya. Melihat wilayah yang penuh dengan sampah dan warga setempat yang hidup serba kekurangan, kita sungguh tak sampai hati.

Karena itu, kita mulai menginspirasi para pengusaha serta pejabat setempat. Presiden dan gubernur pun mendukung kita dalam usaha membersihkan Kali Angke dan sekitarnya. Jadi, kita pun mulai menjalankan program “5 P” untuk menangani kondisi di sekitar Kali Angke. Pada tanggal 4 November 2002 perlombaan perahu naga diadakan di Kali Angke. Kini keadaan Kali Angke lebih bersih dari sebelumnya dan tak akan terjadi banjir lagi.

 

Pada tahun lalu kembali diadakan pembersihan pada kali tersebut. Semua warga yang tinggal di permukiman ilegal telah direlokasi ke Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang memiliki lebih dari seribu tempat tinggal. Para warga yang telah direlokasi kini dapat hidup dengan hati yang tenang. Mereka kini hidup dengan stabil. Hal ini juga membuat pandangan orang terhadap Indonesia menjadi lebih baik.

Sungguh, saya sangat bersyukur dan tersentuh atas sumbangsih para insan Tzu Chi. Insan Tzu Chi Taiwan berbagi pengalaman kepada para relawan di Indonesia mengenai cara penanggulangan banjir. Saya berharap para relawan di Thailand juga dapat belajar dari pengalaman ini serta segera bergotong royong dan saling membantu antar sesama untuk melakukan pembersihan. Hal ini bukanlah tak mungkin. Indonesia telah berhasil, Thailand juga pasti bisa melakukannya. Filipina juga telah berhasil dan penanggung jawab Tzu Chi setempat telah berbagi pengalaman ini di Thailand.

Singkat kata, setiap orang di dunia harus seperti Bodhisatwa yang menolong manusia saat mereka menderita. Berbicara tentang para Bodhisatwa ini, saya merasa sangat bersyukur, tersentuh, dan memuji mereka. Sungguh banyak hal yang saya syukuri. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

 

Genggamlah kesempatan untuk berbuat kebajikan. Jangan menunggu sehingga terlambat untuk melakukannya!
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -