Suara Kasih: Membantu Korban Bencana

Judul Asli:

 

Membantu Korban Bencana dengan Perasaan Senasib dan Sepenanggungan

      

Membantu korban bencana dengan perasaan senasib dan sepenanggungan
Memerhatikan dan membagikan bantuan kepada para tunawisma
Saling bersyukur, menghormati, dan melindungi
Jejak langkah Bodhisatwa meninggalkan bunga teratai

Bencana alam dan bencana akibat ulah manusia terjadi silih berganti di dunia. Ini semua berawal dari sebersit niat manusia. Dengan sebersit niat, kita bisa menginspirasi orang untuk membangkitkan hati Bodhisatwa. Kita juga bisa melihat bencana kebakaran di permukiman kumuh di Myanmar. Kobaran api melahap lebih dari 400 unit rumah. Akan tetapi, insan Tzu Chi tak bisa segera memberikan bantuan. Mereka harus meminta persetujuan dari pemerintah setempat. Setelah mendapat persetujuan dari pemerintah, menyiapkan barang bantuan. insan Tzu Chi segera menyiapkan barang bantuan. Seorang penjual berkata, ”Kami tahu bahwa Tzu Chi merupakan sebuah organisasi yang penuh cinta kasih. Karena itu, saya pasti akan memberikan diskon kepada Tzu Chi. Anggap saja keluarga kami menyisihkan sedikit uang untuk mendukung penyaluran bantuan.” Kita bisa melihat relawan biru putih  dan relawan abu-abu bersama-sama menyalurkan bantuan. Selain menyalurkan barang bantuan, mereka juga memberikan uang tunai.

Para relawan membagikan bantuan dengan penuh budaya humanis. Cara relawan Tzu Chi mencurahkan cinta kasih dan membawa penghiburan di lokasi bencana telah membuat banyak orang merasa tersentuh. “Pada malam hari, saya berdoa kepada Buddha semoga ada insan berhati mulia yang datang membantu dan memberikan dana yang kami butuhkan karena kami sungguh tak memiliki uang lagi. Saya sungguh berterima kasih karena doa saya terdengar oleh Bodhisatwa sehingga insan Tzu Chi datang memberikan bantuan,” ucap seorang penerima bantuan. Inilah kekuatan cinta kasih. Mereka sungguh adalah Bodhisatwa dunia. Di mana pun insan Tzu Chi menginjakkan kaki, mereka selalu  meninggalkan jejak cinta kasih. Di setiap tempat yang mereka lalui, pasti tercipta jejak cinta kasih dan kesempatan untuk menyucikan hati manusia serta membangkitkan cinta kasih dan tekad luhur.

Pascabadai Nargis di Myanmar lebih dari tiga tahun lalu mematangkan jalinan jodoh insan Tzu Chi dengan warga setempat. Kini, banyak relawan Myanmar telah dilantik menjadi anggota komite Tzu Chi. Karenanya, saat suatu tempat dilanda bencana, kita dapat melihat relawan biru putih bersumbangsih dengan penuh cinta kasih di lokasi bencana. Saya sungguh merasakan kehangatan dan terhibur melihatnya. Meski di dunia terdapat banyak bencana dan penderitaan, namun Bodhisatwa selalu datang ke dunia karena adanya makhluk yang menderita. Asalkan ada Bodhisatwa di sana, orang yang menderita akan segera mendapatkan bantuan  dan penghiburan dari Bodhisatwa.

Karena itu, kita harus menggalang lebih banyak Bodhisatwa dunia agar benih cinta kasih dapat tersebar lebih luas sehingga akan ada lebih banyak orang yang terinspirasi untuk membangkitkan cinta kasih. Buddha mengajarkan kita bahwa setiap orang memiliki hakikat kesadaran dan kebijaksanaan yang sama dengan Buddha.

Setiap orang harus membangkitkan kesadaran dalam diri sendiri yang pada hakikatnya sama dengan Buddha sekaligus menyadarkan orang lain. Kita harus menggunakan cara yang baik ini untuk membimbing orang lain agar mereka juga bisa menyerap ajaran Buddha dan memahami prinsip kebenaran yang diajarkan oleh Buddha. Jadi, setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan. Karena itu, saya sering berkata bahwa saya yakin diri sendiri tanpa pamrih dan yakin setiap orang memiliki cinta kasih. Sikap tanpa pamrih ini berasal dari batin yang murni. Yakin setiap orang memiliki cinta kasih berarti percaya setiap orang memiliki kebijaksanaan hakiki yang sama dengan Buddha. Jadi, kita harus yakin bahwa setiap orang memiliki hakikat Kebuddhaan.

Hakikat Kebuddhaan ini adalah hati yang damai tanpa beban. Setelah membangkitkan tekad, kita tak boleh mundur. Kita harus mempertahankan kedamaian hati ini dengan teguh selamanya. Inilah yang disebut keteguhan pikiran atau samadhi. Dengan memiliki keteguhan pikiran, barulah hati kita bisa damai. Pepatah mengatakan jika dapat berpegang teguh pada tekad awal, suatu saat kita pasti mencapai kebuddhaan. Karena itu, kita harus mempertahankan tekad awal kita. Jadi, tekad harus kokoh, keyakinan harus teguh, dan hati harus lapang serta penuh cinta kasih. Dengan yakin pada diri sendiri dan orang lain, kita baru akan memiliki hati damai tanpa beban.

Hati yang damai ini adalah hakikat Kebuddhaan yang murni. Jadi, hati yang penuh kedamaian dan kebijaksanaan, itulah hati Buddha. Saudara sekalian, untuk kembali pada hakikat Buddha yang murni, asalkan kita memiliki kesadaran dan memiliki keyakinan, maka sesungguhnya tidaklah sulit. Asalkan kita membangun ikrar luhur dan menapaki Jalan Bodhisatwa, maka saat menghadapi rintangan, sesama rekan dalam organisasi Bodhisatwa ini pasti akan datang membantu.

Lihatlah para relawan di Inggris. Pada tanggal 9 Februari, di program Lentera Kehidupan, mereka melihat dan mendengar saya berkata bahwa kita hendaknya merasa senasib dan sepenanggungan terhadap warga Eropa yang hidup di tengah cuaca dingin. Mereka turut merasakaan kekhawatiran saya terhadap warga Eropa. Karenanya, mereka segera mengadakan rapat, membeli barang bantuan dan membagikannya kepada para tunawisma. Lihatlah seorang pria dari Pakistan. Pria tersebut merasa sangat tersentuh karena ada sekelompok anak muda yang bersedia berbincang dengannya, dengan sabar mendengar dia bercerita tentang kesulitan di kampung halamannya dan bagaimana dia bisa datang ke Inggris serta penderitaan yang pernah dialaminya di sana. Perhatian para insan Tzu Chi membuatnya merasa sangat tersentuh.

Selain itu,di Honduras ada sebuah permukiman kumuh yang sangat membutuhkan bantuan. Jarak tempat tersebut sangat jauh dari ibu kota. Berhubung relawan setempat sangat terbatas, mereka kesulitan untuk menyalurkan bantuan. Akan tetapi, ada dua relawan muda yang tidak menyerah. Mereka mengendarai mobil untuk tiba di wilayah perbatasan tersebut. Mereka tak hanya pergi untuk membagikan bantuan. Mereka mengikuti aturan, yakni memasang bendera Tzu Chi, dan berbagi tentang semangat celengan bambu. Meski jumlah relawan sangat sedikit, namun mereka sangat berbudaya humanis. Di mana pun ada benih Tzu Chi, tempat tersebut akan ditumbuhi oleh “pohon bodhi.” Sebutir benih tumbuh menjadi tak terhingga dan yang tak terhingga tumbuh dari satu benih.

Kita juga dapat melihat kisah penuh kehangatan di Meksiko. Beberapa pengusaha Taiwan di sana, yakni Tuan Cai, Tuan Liang, dan Tuan Li, bersama anggota Tzu Cheng Amerika Serikat, Relawan Zhang, berangkat dari Amerika Serikat ke Meksiko untuk mendampingi dan dalam menyalurkan bantuan. Tentu saja, tempat tujuan mereka sedikit jauh. Insan Tzu Chi menggunakan sebuah ruang yang dipinjamkan oleh gereja Katolik. Para insan Tzu Chi mendedikasikan diri mereka dengan penuh kesungguhan hati. Mereka memperagakan bahasa isyarat tangan dan mengadakan doa bersama tanpa membedakan keyakinan dan kewarganegaraan. Kita semua memiliki cinta kasih yang sama. Asalkan ada benih relawan Tzu Chi di sana, “pohon bodhi” akan segera bertumbuh dan berkembang.

Kita juga dapat melihat insan Tzu Chi di Guatemala membagikan bantuan seragam, alat tulis, dan lainnya kepada siswa setempat. Singkat kata, tempat yang ada cinta kasih selalu penuh kehangatan. Tempat-tempat yang pernah dijangkau oleh Bodhisatwa akan menjadi “hutan bodhi”. Dunia yang penuh kekeruhan pun akan berubah menjadi Tanah Suci. Semoga kita dapat memanfaatkan waktu untuk mencapai segala sesuatu. Diterjemahkan oleh: Karlena Amelia.

Jika selalu mempunyai keinginan untuk belajar, maka setiap waktu dan tempat adalah kesempatan untuk mendapatkan pendidikan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -