Suara Kasih: Membantu Orang Lain dengan Penuh Sukacita
Judul Asli:
Seorang wanita menyiapkan makanan hangat bagi mereka yang membutuhkan
| |||
“Datang makan sepuasnya, tak apa-apa. Jika lapar, anda bisa ke sini setiap hari. Saya akan memasak untuk anda. Banyak orang yang bermurah hati, mereka bersedia berdonasi. Saya bisa membantu orang yang membutuhkan dengan mengerahkan sedikit kekuatan. Saya berpikir bahwa 100 mangkuk mungkin bisa membantu lebih banyak orang yang membutuhkan. Sungguh penuh kehangatan,” ujar seorang warga Taiwan. Warga Taiwan penuh dengan kebajikan dan cinta kasih yang sangat kental. Mereka menyediakan makanan hangat bagi orang yang membutuhkan, ini sungguh menciptakan dunia yang indah. Kita juga melihat seorang lansia. Meski sudah berusia lanjut, dia tetap memanfaatkan setiap waktu yang ada untuk melakukan hal yang bermakna. Dia melakukan daur ulang dengan bersungguh hati. Dia juga menuntun anak-anak sekolah agar bisa menyeberang jalan dengan aman. Meski sudah berusia lanjut, dia masih mengasihi bumi dan mengasihi anak-anak. Kehidupannya sungguh mengagumkan. Kita juga melihat berita yang sangat mengkhawatirkan. Banjir di Kenya, Afrika sudah menggenang hampir satu bulan tak surut-surut. Banyak warga yang tidak berdaya. Penderitaan mereka sungguh tak terkira. Inilah yang terjadi di Afrika. Kita sering memperhatikan Afrika. Meski insan Tzu Chi di Afrika Selatan hidup serba kekurangan, mereka masih bertekad untuk menolong orang yang membutuhkan. Saya berharap di bawah usaha mereka, cinta kasih bisa semakin tersebar sehingga orang-orang bisa memperkaya batin. Sangatlah sulit untuk meningkatkan taraf hidup mereka, namun insan Tzu Chi Afrika Selatan sangat percaya diri untuk memperkaya batin orang-orang agar setiap orang bisa saling membantu. Itu semua bisa terwujud karena mereka sangat berpuas diri. Saya sering berkata bahwa “Empat Ramuan Berkhasiat Tzu Chi” terdiri atas tahu berpuas diri, bersyukur, berpengertian, dan berlapang dada. Ini bisa membuat kehidupan kita senantiasa dipenuhi sukacita karena kita sangat berpuas diri dan senantiasa bersyukur. Kita bersyukur karena masyarakat kita hidup tenteram dan setiap orang bisa bekerja sama dengan harmonis. Karena itu, kita harus sangat bersyukur. “Jika bertemu dengan kondisi yang tidak menyenangkan, bagaimana cara kita menghadapinya?” Tanya Master Cheng Yen. “Berpengertian,” jawab relawan. “Selain itu?,” Tanya Master Cheng Yen. “Berlapang dada,” ujar para relawan. “Benar, kita harus berlapang dada terhadap hal besar dan bersikap penuh pengertian terhadap masalah kecil. Jika demikian, bukankah kita bisa menjalani hidup dengan damai dan tenteram?” terang Master Cheng Yen. | |||
| |||
Beberapa hari ini, relawan Ji Hui dari Yordania kembali ke Taiwan. Dua malam lalu, dia berbagi tentang kondisi para pengungsi di kamp pengungsian Yordania. Kemarin, seorang wanita asal Taiwan yang menikah dengan pria Suriah juga berkunjung ke Griya Jing Si. Tahun lalu, setelah membawa anaknya pulang ke Taiwan, dia sendiri berencana untuk kembali lagi ke Suriah, namun suaminya memintanya agar jangan kembali lagi ke Suriah karena kondisi di Suriah sangat menegangkan. Saat berkunjung ke Griya Jing Si, sang suami berbagi bahwa sebelum konflik, Suriah sangat indah. Di sana sangat berbudaya dan terdapat banyak bangunan kuno. Meski kehidupan di sana tidak begitu bebas, namun setiap orang menjalani hidup dengan aman dan tenteram. Mereka puas dengan kehidupan yang dimiliki. Akan tetapi, pecahnya konflik membuat kondisi tak bisa terkontrol. Konflik itu sudah berlangsung 2 tahun. Bangunan yang indah dan penuh nilai budaya hari demi hari terus dirusak. Banyak warga yang kehilangan tempat tinggal dan terpaksa mengungsi. Di antara para pengungsi itu, ada yang dulunya adalah orang berada. Akan tetapi, kini untuk mengungsi dan menjaga keselamatan seluruh keluarga saja terasa sulit bagi mereka. Apa harta benda yang bisa mereka bawa? Mereka sungguh menderita. | |||
| |||
Saya sering berkata bahwa kita harus menjaga kebersihan mulai dari sumbernya. Dengan melakukan antisipasi dari sumbernya, bukankah orang-orang bisa aman dari virus itu? Bencana akibat ulah manusia bersumber dari kebiasaan makan. Demi memuaskan nafsu makan sesaat, manusia membunuh banyak hewan untuk disantap. Saat wabah penyakit mulai merebak, semua hewan itu langsung dimusnahkan. Saat penyakit kaki, kuku, dan penyakit sapi gila merebak, sapi juga dibunuh secara besar-besaran. Saat wabah penyakit kuku dan kaki merebak, babi juga dibunuh secara besar-besaran. Kini, ayam dan bebek juga diperlakukan demikian. Di Nanjing, telah dikeluarkan larangan untuk melakukan transaksi unggas hidup. Berhubung sudah tak bisa melakukan transaksi jual beli unggas, para peternak pun enggan membuang-buang pakan mereka. Mereka lalu memasukkan unggas-unggas itu ke dalam kantong besar dan mengikatnya rapat-rapat agar unggas-unggas itu mati karena pengap. Sudah lebih dari 10.000 ekor unggas yang dibunuh. Buddha berkata bahwa satu-satunya cara meredam peperangan adalah menghentikan pembunuhan terhadap hewan. Artinya adalah jika manusia berhenti membunuh hewan, peperangan dan bencana di dunia akan sirna. Kita juga melihat seorang lansia penghuni panti jompo yang sudah berusia 100 tahun. Rahasianya untuk panjang umur adalah bervegetaris dan hidup rajin. Bodhisattva sekalian, kita harus meneladani pola hidupnya. Pola hidup vegetaris sangat baik untuk kesehatan kita, juga bisa menyucikan hati kita. Selalu bergembira setiap hari, memegang teguh ajaran Buddha, dan membantu orang lain dengan sukacita adalah rahasia panjang umur. Itu semua bisa kita pelajari. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia) | |||