Suara Kasih : Membentangkan Jalan Bodhi
Judul Asli: Membentangkan Jalan Bodhi dengan Cinta Kasih Silent tsunami mulai muncul | |||
Bencana alam yang semakin ekstrem terjadi sungguh mengkhawatirkan. Bencana yang berwujud mencakup gempa, banjir, dan kebakaran. Namun, ada pula yang disebut Silent Tsunami, yakni bahaya krisis pangan. Harga barang yang meroket tajam dan krisis bahan pangan kini terjadi di berbagai negara. Warga kurang mampu hidup semakin sulit. Bagaimana dengan mereka yang mampu? Sebesar apa pun usaha mereka, sebanyak apa pun harta mereka, setinggi apa pun kedudukan mereka, ketika krisis pangan terjadi, setiap orang akan sulit bertahan hidup. Jadi, baik yang mampu maupun yang tidak mampu sama-sama menderita. Belakangan ini kita sering mendengar berita tentang Australia. Demi membantu korban banjir di sana, insan Tzu Chi dari 6 daerah berkumpul bersama di Brisbane untuk menyalurkan bantuan. Hal ini menyentuh mantan Walikota Gold Coast. Beliau juga menggalang dana dan berhasil menggalang 75 ribu dolar Australia (Rp 750 juta) untuk didanakan ke Tzu Chi. Beliau juga ingin lebih banyak orang memahami Tzu Chi. Beliau menulis surat kepada dua surat kabar di Queensland dan berbagi kepada mereka tentang sumbangsih Tzu Chi yang menggugahnya. Beliau berharap surat kabar dapat menyebarkan berita tentang organisasi dari Taiwan yang bersumbangsih bagi para korban di sana. Beliau juga menyerukan kepada warga lokal untuk mencari informasi di internet guna memahami organisasi dari Taiwan ini. Beliau berbagi tentang betapa ia tersentuh. Insan Tzu Chi di Australia jumlahnya tidaklah banyak. Mereka telah menyalurkan bantuan selama hampir satu bulan di Queensland. Selain itu, di Perth, Australia bagian barat, terjadi kebakaran hutan yang juga menghanguskan sebuah area permukiman warga menengah ke atas. Ketika insan Tzu Chi Perth yang tengah menyalurkan bantuan di Brisbane menerima berita itu, mereka langsung bergegas meninggalkan Brisbane dan kembali ke Perth guna menyalurkan bantuan. Mereka segera meninjau posko penampungan. Inilah insan Tzu Chi Australia yang saling mendukung satu sama lain. Kita juga melihat bahwa di Pakistan, penyaluran bantuan berjalan lancar. Para relawan terlihat sangat gembira. 12 Februari lalu, mereka bercerita bahwa di hari pertama persiapan, barang bantuan datang terlambat. Karena bantuan harus dibagikan esok harinya, maka para relawan harus bekerja hingga malam. Untuk kembali ke kota tempat mereka tinggal, sudah terlalu malam. Karena itu, kepala desa setempat menyediakan ruangan dan tempat tidurnya bagi insan Tzu Chi, sedangkan ia sendiri tidur di lantai. Kepala desa ini sangat peduli pada warganya. Ia juga tahu berterima kasih dan memerhatikan insan Tzu Chi dengan baik. Semua ini sungguh menyentuh. Ini kedua kalinya Tzu Chi membantu di sana. Dari sini, kita melihat pemerintah setempat sangat mendukung Tzu Chi. Mereka menyediakan daftar nama sekitar 10.000 keluarga yang butuh bantuan. | |||
| |||
Relawan setempat pun semakin bertambah hari demi hari. Mereka sangat bersemangat. Kepala desa yang menjabat sangat mendukung. Kepala desa yang terdahulu pernah melihat sumbangsih insan Tzu Chi yang penuh rasa hormat dan cinta kasih sehingga merasa tersentuh. Hal ini beliau teruskan kepada kepala desa yang kini menjabat. Beliau juga memberinya buku Kata Perenungan. Beliau meminta kepala desa yang menjabat untuk membaca buku tersebut. Saya selalu ingat kalimat yang berbunyi, kita tidak memiliki hak milik atas hidup kita, hanya memiliki hak untuk menggunakannya. Pemerintah setempat sangat menghormati Tzu Chi dan berharap kita dapat kembali ke sana untuk mensosialisasikan daur ulang. Mereka juga berharap budaya humanis yang dimiliki insan Tzu Chi juga dapat ditanamkan di sana. Melihat mereka begitu percaya dan membutuhkan Tzu Chi, kita sungguh tersentuh. Ini adalah berkat pengalaman insan Tzu Chi selama bertahun-tahun. Ini adalah wujud ketulusan, kebenaran, keyakinan, dan kejujuran dari lubuk hati. Semua ini didasari oleh cinta kasih, welas asih, sukacita, dan keseimbangan batin yang diajarkan Buddha. Hidup di dunia ini, dalam hubungan antarmanusia kita harus saling mengasihi dan menjadi teladan nyata. Inilah cara kita untuk membentangkan jalan cinta kasih. Kita semua harus berjalan di jalan yang humanis ini. Inilah yang harus kita lakukan. Kita harus menginspirasi orang lain dengan menggunakan keindahan dan kebajikan. Dalam hubungan antarmanusia, kebenaran, kebajikan, dan keindahan dalam hati harus dibangkitkan dengan cara saling menginspirasi. Inilah jalan cinta kasih, Jalan Agung. Kita harus memahami jalan ini. | |||
| |||
Karena itu, kita menyatakan harapan ini ketika menyatakan berlindung kepada Buddha. Kita menjadikan hati Buddha sebagai hati sendiri. Inilah yang disebut memahami Jalan Agung. Ini bukanlah semata-mata diucapkan, melainkan harus dipraktikkan secara nyata. Kita harus membentangkan jalan dengan cinta kasih selangkah demi selangkah. Dalam hubungan antarsesama, kita harus memiliki cinta kasih, saling bersyukur, dan menghormati. Kita harus membuka hati dan merawat jiwa kebijaksanaan kita sendiri. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus saling membantu dan saling berterima kasih. Tanpa bantuan orang lain, kita tak akan dapat berbuat banyak. Karena itu, saya sering berkata bahwa terhadap orang-orang di sekeliling kita, kita harus beterima kasih dan juga menghormati. Tanpa mereka, Anda sendiri tak akan dapat berbuat apa-apa. Sumbangsih setiap orang mutlak dibutuhkan untuk mencapai keberhasilan. Jika setiap orang di dalam masyarakat memiliki cinta kasih di dalam hatinya serta dapat saling membantu, maka masyarakat yang bajik dan indah akan tercipta. Akhir kata, sebagai praktisi Buddhis, kita harus sungguh-sungguh menjaga pikiran. Diterjemahkan oleh: Lena | |||