Suara Kasih: Membentangkan Jalan dan Menjadi Teladan

Judul Asli:

Membentangkan Jalan dan Menjadi Teladan

Bekerja sama dengan harmonis untuk melakukan daur ulang
Mensosialisasikan konsep menjaga kebersihan mulai dari sumbernya
Mencegah kesalahan, menghentikan keburukan, dan menjaga kemurnian hati
Membentangkan jalan di dalam hati dengan rata agar bisa menjadi teladan

Saya sering memuji para relawan di Zhanghua. Para relawan di Zhanghua selalu bekerja sama dengan harmonis. Mendengar keharmonisan kalian, saya merasa sangat gembira. Tadi saya juga melihat kalian melakukan daur ulang. Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Wu yang telah mendonasikan sebidang tanah kepada kita untuk melakukan daur ulang. Dia menunjukkan ketulusannya. Dia mendonasikan sebidang tanah ini agar para relawan Tzu Chi yang datang ke sini bisa merasakan sukacita. Ini karena setiap orang sangat mendedikasikan diri. Bapak Wu mendonasikan sebidang tanah ini untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada kita. Dia berterima kasih kepada kalian yang telah berkontribusi dengan penuh kesungguhan hati. Mungkin tidak lama lagi, dia juga akan terinspirasi untuk melakukan daur ulang atau bahkan terinspirasi untuk mengikuti pelatihan. Tadi, saya mendengar dia berkata, "Jangan panggil saya Bos Wu.Panggil saya Kakak Wu saja." Benar tidak? Saya yakin tidak lama lagi, dia akan menjadi relawan Tzu Chi yang sesungguhnya. Inilah cara kita menginspirasi sesama dengan cinta kasih.

Tadi pagi, saya berkunjung ke posko daur ulang di Xiluo, Yunlin. Saya sangat tidak tega melihat para relawan di sana. Berhubung posko daur ulang Xiluo masih belum selesai dibangun, mereka membangun sebuah tempat sementara di pinggir jalan. Pada pagi hari, sinar matahari di sana sudah sangat menyegat. Di tempat sementara itu, sekitar tujuh hingga delapan relawan sudah mulai memilah barang daur ulang. Akan tetapi, aroma di dalam tempat itu sangat tidak sedap. Setelah berjalan lebih dekat, barulah saya melihat setumpuk sampah yang kotor. Saya bertanya mengapa bisa demikian? Sejak dua tahun lalu, saya sudah terus mengimbau setiap orang agar menjaga kebersihan barang daur ulang. Ya. Kita harus menjaga kebersihan barang daur ulang mulai dari sumbernya. Kita harus mensosialisasikan praktik ini kepada setiap keluarga. Kita bisa meminta setiap pemilik toko agar membantu kita memilah barang daur ulang sebelum kita mengambilnya. Janganlah kita mengumpulkan sampah. Kita hendaknya melakukan pemilahan terlebih dahulu, baru membawanya pulang ke posko daur ulang. Inilah yang harus kita lakukan. Jika kalian belum melakukan hal ini, maka segeralah lakukan.

Tadi saya juga mendengar kalian mengulas tentang buku elektronik Jing Si. Sungguh, saya sangat berharap setiap orang bisa menggunakan buku elektronik Jing Si. Pada kunjungan sebelumnya, saya sudah mengungkit hal ini dengan kalian. Kita harus menghemat penggunaan kertas. Dengan buku elektronik ini, kita bisa menghemat penggunaan kertas. Selain itu, buku eletronik Jing Si juga berisi banyak ajaran Buddha. Dari buku elektronik ini, kita bisa mendalami banyak sekali ajaran. Lewat buku eletronik Jing Si, kalian bisa melihat ceramah harian saya di program Lentera Kehidupan, melihat laporan berita, dan lain-lain.

Semua itu bisa kita lihat di dalam buku elektronik Jing Si ini. Selain itu, kita juga bisa menyimpannya untuk dilihat pada hari-hari berikutnya. Asalkan kalian menyimpannya, ia akan tetap ada hingga kalian punya waktu untuk melihatnya. Tak hanya ceramah pada hari ini, kalian juga bisa melihat ceramah saya pada hari-hari sebelumnya. Bahkan sejarah perjalanan Tzu Chi selama 40 tahun lebih ini juga ada di dalamnya. Ia berisikan segala informasi tentang upaya insan Tzu Chi dalam menjadi saksi sejarah bagi zaman sekarang dan menulis sejarah bagi Tzu Chi. Ini semua berkat para relawan dokumentasi yang sangat bersungguh hati. Merekalah yang terus mendokumentasikan setiap kisah dan kegiatan Tzu Chi sehingga kita bisa mengetahui semua kegiatan di Dunia Tzu Chi.

Bodhisatwa sekalian, semoga kalian bisa mengajak lebih banyak orang untuk menggunakan buku elektronik Jing Si. Ini bukan mengajak kalian bersikap konsumtif, melainkan untuk membantu kalian agar lebih mudah mendalami Dharma. Kita harus menyerap Dharma ke dalam hati dan selalu mempertahankan hati yang murni. Saya sering mengulas tentang pelatihan diri. Setiap orang memiliki hakikat kebuddhaan, mengapa kita masih harus melatih diri? Ini karena hakikat murni setiap orang telah tertutupi oleh kegelapan batin. Dikatakan bahwa kegelapan batin bisa menimbulkan tiga aspek halus dan kondisi luar mengakibatkan timbulnya enam aspek kasar. Akibat kegelapan batin dan pikiran yang tidak murni, manusia terus terbelenggu oleh ketamakan, kebencian, dan kebodohan sehingga lebih banyak noda batin terus tercipta. Noda batin mengakibatkan manusia tak henti-hentinya menciptakan karma buruk sehingga benih buruk yang tertanam juga semakin banyak. Semua benih yang buruk itu akan tersimpan dalam kesadaran gudang kita.

Benih-benih karma yang kita ciptakan akan terus mengikuti kita dari kehidupan ke kehidupan sesuai dengan hukum karma. Jadi, tujuan kita melatih diri adalah agar kita menyadari noda batin yang telah terpupuk sejak kehidupan lampau sehingga pada kehidupan ini kita bisa lebih mawas diri. Karena itu, saya selalu mengingatkan kalian untuk mawas diri dan berhati tulus. Mawas diri berarti kita harus waspada dan menaati sila setiap hari. Melatih sila berarti mencegah kesalahan dan menghentikan keburukan. Inilah yang disebut sila. Sila berfungsi sebagai benteng pelindung kita. Saat menghadapi kondisi luar, kita harus menjaga pikiran dengan baik agar kita tidak terpengaruh kondisi dan bertindak gegabah.

Belakangan ini, Cheng Yuan juga berbagi dengan kita bagaimana cara dia menjaga pikiran. Dia mengingatkan dirinya agar jangan membangkitkan kesombongan. Jangan berpikir orang lain bodoh dan kita sendiri sangat pintar. Kita jangan berpikir demikian. Jangan berpikir bahwa kita sendiri adalah yang terbaik. Hendaknya kita berpikir bahwa kita masih ada ruang untuk berkembang. Saat ada paman atau bibi Tzu Chi memuji saya, saya akan mengingatkan diri sendiri dengan kata-kata ini. Inilah cara saya mencegah kesombongan. Jadi, janganlah kita bersikap sombong. Anak-anak saja bisa melakukannya, apakah kita tidak bisa? Setelah bergabung dengan Tzu Chi, kita bisa mempelajari banyak hal dari dalam diri setiap orang.

Setiap orang yang kita temui adalah Sutra hidup. Saat melihat kelebihan orang lain, kita harus meneladani mereka. Saat melihat orang lain memiliki kekurangan, kita harus mengingatkan diri sendiri, "Apakah kita juga memiliki kekurangan seperti itu?" Melihat orang yang sangat bertemperamen buruk dan sangat gampang marah, kita harus berpikir apakah kita juga demikian. Kita harus berterima kasih kepada mereka karena telah muncul untuk mengingatkan kita. Janganlah kita mengucilkan mereka. Ini karena dalam kehidupan ini, jalinan jodoh antarsesama sangatlah penting. Segala benih yang kita tanam berhubungan erat dengan jalinan jodoh. Contohnya, saat mendengar saya berbicara, kalian sangat senang terhadap saya dan saya sangat hormat kepada kalian. Dengan sikap saling bersyukur dan menghormati ini, berarti kita telah menjalin jodoh baik dan menanam sebutir benih baik. Pada kehidupan mendatang, jika benih ini sudah matang, maka kita bisa bertemu kembali. Saat melihat saya, dan saat saya melihat kalian, saya akan membangkitkan rasa hormat. Berkat jalinan jodoh yang baik pulalah Buddha memiliki 32 ciri utama dan 80 ciri tambahan. Inilah ciri manusia agung yang sempurna. Ini karena dari kehidupan ke kehidupan, Buddha telah menanam benih baik dan menjalin jodoh baik dengan banyak orang. Karena itulah, saat melihat Buddha, manusia merasakan sukacita dan membangkitkan rasa hormat. Karena itu, setiap kata yang diucapkan oleh Buddha terasa mengena bagi semua makhluk.

Ini semua berkat adanya benih baik dan jalinan jodoh baik. Dengan mengembangkan berkah dan kebijaksanaan, maka kita bisa mencapai kebuddhaan. Untuk meneladani Buddha dan mencapai kebuddhaan, kita harus memanfaatkan kesempatan untuk belajar di dalam mazhab Tzu Chi demi membentangkan jalan di dunia. Kita harus membentangkan jalan di dunia dengan rata, jangan membiarkannya berbatu-batu. Jalan yang kita bentangkan di dalam hati haruslah sangat rata. Jika jalan yang kita bentangkan rata, secara alami ia akan terhubung ke Jalan Bodhi. Bodhi berarti jalan menuju kesadaran. Setelah terhubung dengan Jalan Bodhi, maka ia disebut Jalan Bodhisatwa. Untuk menapaki Jalan Bodhisatwa, kita harus melapangkan hati agar dapat memperhatikan semua makhluk di dunia. Untuk itu, kita harus selalu tahu berpuas diri, bersyukur, berpengertian, dan berlapang dada serta bersatu hati, hidup harmonis, saling mengasihi, dan bergotong royong. (Diterjemahkan Oleh: Karlena Amelia)

 
Orang yang mau mengaku salah dan memperbaikinya dengan rendah hati, akan mampu meningkatkan kebijaksanaannya.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -