Suara Kasih: Membersihkan Kekeruhan Batin

Judul Asli:

 

Dharma Membersihkan Kekeruhan Batin

 

Pikiran harus berada di jalan yang benar
Melenyapkan keburukan dan mengembangkan kebajikan demi kelangsungan bumi
Semua makhluk memiliki naluri dan perasaan
Tegakah menyakiti sesama makhluk bernyawa?

Kita sungguh harus mawas diri dan tulus. Tanggal 24 Juni kemarin kita semua terus memantau pergerakan Badai Tropis Meari. Ahli meteorologi di Da Ai TV memperingatkan kemungkinan dampak badai ini bagi Filipina, namun ahli meteorologi di stasiun TV lainnya tidak menyampaikan kemungkinan ini. Mereka memperkirakan badai ini akan lebih berdampak pada wilayah utara dan timur Taiwan. Tak disangka, badai ini membawa bencana banjir bagi Filipina. Badai ini tidak menyapu daratan Filipina, namun curah hujan tinggi yang dibawanya telah menyebabkan banjir di Manila. Tidak sedikit orang yang harus mengungsi ke posko-posko penampungan. Ada pula 11 orang hilang. Semua kejadian ini sungguh tak terduga dan sangat disesalkan.

Insan Tzu Chi di Filipina telah memberi kabar bahwa mereka semua selamat dan tengah mempersiapkan penyaluran bantuan. Mereka menyiapkan makanan hangat bagi para warga korban bencana. Saya sungguh berterima kasih kepada mereka. Namun, melihat luasnya daerah bencana, saya pun merasa tak sampai hati. Sebelumnya, juga datang Badai Haima. Meski badai ini sempat melewati Filipina dan membawa angin serta hujan, namun tidak sampai mendatangkan bencana. Kemudian badai ini melewati Hongkong dan menyapu daratan Tiongkok sehingga mengakibatkan bencana di Guangdong. Terlebih lagi, Badai Haima ini bergerak ke Vietnam setelah melewati Tiongkok, dan mengakibatkan bencana besar. Korban jiwa pun berjatuhan, dan lebih dari 900 rumah rusak parah. Namun, lihatlah, Badai Tropis Haima ini hanya melewati sedikit daerah selatan Taiwan dan kita semua selamat. Karena itu, kita harus bersyukur. Sungguh, setiap saat kita harus bersyukur, mawas diri, dan tulus.

Air adalah unsur penting bagi manusia dan bumi ini, juga merupakan sumber kehidupan. Manusia tak dapat hidup tanpa air. Jika unsur air di dunia tidak selaras, maka keselamatan manusia dan bumi akan terancam. Untuk mengembalikan keselarasan alam, pikiran manusia harus lebih dahulu selaras. Jika pikiran diliputi ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan, maka manusia akan bertindak merusak keharmonisan alam. Manusia bukan hanya akan merusak keharmonisan antarmanusia sendiri, melainkan juga merusak keselarasan unsur alam.

Ketamakan adalah yang pertama dari 5 racun. Ketamakan bagaikan ombak besar di lautan luas. Bukankah sering dikatakan bahwa nafsu keinginan bagaikan ombak besar yang mengakibatkan gelombang dan gejolak pada lautan penderitaan? Semua ini berawal dari ketamakan. Dengan adanya ketamakan, kita memiliki banyak keinginan. Nafsu keinginan ini sungguh bagaikan ombak yang datang silih berganti, juga bagaikan tsunami. Ia bukan hanya bagai ombak yang dapat menyapu apapun, melainkan juga bagai lautan yang dalam. Nafsu keinginan manusia tidak hanya besar, namun juga dalam. Demikianlah ketamakan manusia, bagaikan lubang yang tak memiliki dasar.

Lubang ini tak akan pernah penuh terisi, hanya akan menjerumuskan kita semakin dalam sehingga ketamakan menjadi semakin besar. Inilah ketamakan dan nafsu. Sekali terjerumus ke dalamnya, ketamakan ini akan terus membesar. Dengan begitu, timbullah kebencian. Ketika kebencian bangkit, ia akan menjadi bagaikan api yang berkobar.

Lihatlah, di Amerika Serikat maupun Cile baru-baru ini terjadi kebakaran hutan dan letusan gunung berapi. Asap dari kebakaran dan letusan ini terus menyebar dan menimbulkan pencemaran, sama halnya dengan api kebencian dalam batin manusia. Ia tak hanya membakar daerah tertentu, melainkan akan terus menyebar. Beberapa hari lalu, saya juga bercerita tentang sekawanan Gazelle Mongolia. Akibat kebakaran yang terjadi di padang rumput, hewan-hewan ini berusaha menyelamatkan diri seperti para pengungsi dari Suriah. Para pengungsi dari Suriah mencari perlindungan ke perbatasan Turki, sedangkan hewan-hewan dari Mongolia ini berusaha menyelamatkan diri dari kebakaran dengan beramai-ramai menuju perbatasan Tiongkok. Perbatasan Tiongkok dan Mongolia dibatasi oleh kawat berduri. Demi menyelamatkan diri, hewan-hewan ini menerobos dan merusak kawat berduri tersebut sehingga menderita luka di sekujur tubuh. Di antara hewan-hewan itu, banyak induk betina yang sedang hamil. Demi melindungi diri dan anak mereka, para hewan betina ini juga berusaha menerobos kawat berduri.

Para pengungsi dari Suriah juga beramai-ramai mengungsi hingga ke perbatasan demi mendapat perlindungan. Bayangkan, manusia telah menciptakan berbagai bencana dan krisis yang menyebabkan banyak orang tak dapat hidup tenteram. Semua ini adalah ulah manusia sendiri. Bukankah semua bencana dan krisis yang terjadi berawal dari pikiran manusia yang penuh ketamakan, kebencian, dan kebodohan? Karena itu, kita semua harus bertobat, membangkitkan penyesalan, dan melatih diri. Kita harus sungguh-sungguh bervegetarian dan mawas diri. Sikap mawas diri dan tulus akan

melindungi keselamatan kita. Badai Meari dan Haima memang hanya melewati sedikit wilayah Taiwan tanpa membawa bencana. Namun, meski selamat, kita harus tetap meningkatkan kewaspadaan karena curah hujan akan tetap tinggi. Jadi, kita semua harus mawas diri dan tulus serta bertobat. Tanpa pertobatan, kita tak akan dapat menyucikan batin dari ketamakan, kebencian, kebodohan, kesombongan, dan keraguan. Janganlah kita ragu terhadap Dharma. Kita harus yakin sepenuh hati bahwa Dharma dapat menyucikan hati kita sehingga diri kita dan juga alam dapat kembali selaras. Baiklah. Kita semua harus senantiasa bersungguh hati dan senantiasa memiliki rasa syukur. Diterjemahkan oleh Lena.

Menyayangi dan melindungi benda di sekitar kita, berarti menghargai berkah dan mengenal rasa puas.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -