Suara Kasih: Membimbing Masyarakat

 

Judul Asli:

 

Membimbing Masyarakat ke Arah yang Benar

 

Membimbing masyarakat ke arah yang benar
Warga Desa Dreamland kini dapat menolong diri sendiri
Semua makhluk hidup memiliki hakikat Kebuddhaan
Menghargai semua makhluk dan segala sesuatu

Kota Napoli yang indah di Italia kini telah penuh dengan sampah. Karenanya, petugas kebersihan maupun orang yang mengumpulkan sampah terus menerima celaan dari masyarakat. Mereka juga tidak tahu bagaimana menangani sampah sebanyak itu. Setiap orang menciptakan sampah, tetapi mereka sendiri merasa marah bila sampah tak terurus. Mengapa mereka tidak berintrospeksi dan belajar cara mengurangi jumlah sampah? Mengapa kita tidak berintrospeksi? Hal seperti ini bukan tidak bisa diselesaikan. Asalkan setiap orang membangkitkan niat, membangun tekad, bertindak secara nyata, dan memperbaiki pola hidup serta pola pikir, maka tiada yang tak dapat kita capai.

Insan Tzu Chi di Filipina juga sangat bekerja keras untuk mensosialisasikan kegiatan daur ulang dan mengimbau warga agar menjaga kebersihan lingkungan. Contohnya, Desa Dreamland di Filipina. Topan Pabuk dan Badai Tropis Wutip yang terjadi pada bulan Agustus 2007 lalu adalah awal terjalinnya jodoh Tzu Chi dengan warga setempat. Saat meninjau lokasi bencana, relawan Tzu Chi melihat Desa Dreamland penuh dengan sampah dan dilanda oleh bencana banjir. Kita dapat membayangkan betapa parahnya kondisi di sana.

 

Pada saat itu, selain menyalurkan bantuan darurat, kita juga merencanakan program bantuan jangka panjang bagi warga setempat. Relawan Tzu Chi sering berkunjung ke desa itu karena mereka telah berketetapan hati untuk mengubah kehidupan warga setempat. Setiap bulan mereka membagikan barang bantuan dan memerhatikan warga setempat. Sungguh, insan Tzu Chi telah banyak membantu warga Desa Dreamland.

Contohnya, untuk menjalankan bantuan jangka panjang, mereka membutuhkan informasi yang lengkap dari setiap keluarga. Saat mencari informasi dari ratusan kartu keluarga, mereka mendapati bahwa banyak anak-anak setempat tidak bersekolah karena tidak memiliki akta lahir. Karena itu, insan Tzu Chi pun berdiskusi dengan kepala desa setempat mengenai masalah ini. Akhirnya, para warga setempat dapat teregistrasi dan memperoleh akta lahir bagi anak-anaknya.

Relawan Tzu Chi telah membantu anak-anak untuk mendapatkan pendidikan. Anak-anak berusia 9 tahun, 10 tahun, ataupun 12 tahun akan dibimbing untuk mendapatkan pendidikan. Relawan Tzu Chi juga memandikan mereka serta membagikan seragam dan sepatu baru kepada mereka. Anak-anak tersebut tak pernah memakai pakaian baru karena segala yang mereka miliki didapat dari timbunan sampah. Kini mereka dapat memakai seragam baru dan memiliki sepatu baru. Mereka merasa sangat gembira.

Karena pendampingan insan Tzu Chi, warga desa kini sangat peduli pada nasihat insan Tzu Chi. Contohnya, dua tahun lalu saat merayakan ulang tahun Tzu Chi yang ke-43, banyak warga desa yang bertekad. Sekitar 300 warga setempat bertekad untuk berhenti merokok dan mengonsumsi miras. Selain itu, ada pula yang mulai menjadi relawan. Saat Kota Marikina dilanda topan Ketsana pada tahun 2009 lalu, sekitar 300 warga mendedikasikan diri untuk menjadi relawan dan membersihkan lokasi bencana.

Singkat kata, meski sekarang kita belum dapat mengubah tempat pembuangan sampah itu menjadi Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi, tetapi kita telah menyucikan batin mereka. Ada seorang anak yang tinggal di Desa Dreamland bercita-cita menjadi seorang guru. Tidak hanya itu, para orang tua juga berharap agar anak-anak mereka bisa bersekolah hingga tidak menjadi bodoh seperti mereka. Sungguh membuat orang tersentuh melihatnya. Mereka tahu bahwa dengan bekerja keras untuk menyekolahkan anaknya, barulah mereka dapat terbebas dari kemiskinan.


Kita juga dapat melihat, dahulu jika ingin ke kamar kecil, insan Tzu Chi harus berjalan keluar desa. Namun kini, warga setempat telah membuat sebuah kamar kecil khusus untuk insan Tzu Chi. “Di desa ini tidak ada kamar kecil. Jadi, saat menerima 2.000 peso (Rp 460.000) dari sanak saudara saya, saya menggunakannya untuk membuat kamar kecil agar dapat digunakan oleh insan Tzu Chi,” tutur salah satu warga. Karena di sini tidak ada kamar kecil, insan Tzu Chi harus berjalan keluar dari desa. Ia sungguh perhatian. Ia membuat kamar kecil khusus untuk insan Tzu Chi.

Sebulan sekali insan Tzu Chi membagikan bantuan di sana. Saat melihat insan Tzu Chi tiba, mereka akan berinisiatif mendirikan tenda untuk pembagian bantuan. Inilah interaksi penuh cinta kasih. Bila setiap orang di dunia dapat saling berinteraksi dengan penuh cinta kasih dan mencurahkan cinta kasih kepada semua makhluk hidup, saya yakin dunia akan damai dan harmonis. Karena itu, kita terus mengimbau semua orang untuk bertobat secara mendalam dan bervegetarian. Semoga setiap orang dapat menghargai kehidupan.

Lihatlah Mongolia. Bencana kekeringan dalam jangka panjang mengakibatkan kebakaran di padang rumput. Kambing-kambing di padang rumput itu berusaha menyelamatkan diri dengan menerobos pagar kawat berduri hingga membentuk lubang sehingga dapat dilewati oleh kambing yang lain. Banyak kambing yang terluka akibat kawat tersebut. Tubuh mereka penuh dengan luka. Melihat hal tersebut, saya sungguh merasa sedih. Terlebih lagi saat teringat kambing-kambing itu akan dibunuh oleh manusia. Manusia mengembangbiakkan hewan, lalu kemudian membunuhnya. Tetapi, lihatlah, kambing-kambing itu mengerti untuk menghargai kehidupannya dan bisa menyelamatkan diri.

Buddha sering berbicara tentang “makhluk hidup”. Makhluk hidup yang dimaksud tak hanya manusia. Beliau menghargai semua kehidupan dan menyakini bahwa semua makhluk memiliki hakikat Kebuddhaan. Yang Maha Sadar di Alam Semesta sangat menghormati kehidupan dan berusaha menyelamatkan semua makhluk. Tetapi, manusia malah membunuh hewan demi memenuhi nafsu makan. Melihat cara sekelompok kambing menyelamatkan diri, bukankah menunjukkan mereka juga ingin hidup seperti manusia?

Kita hendaknya menempatkan diri pada posisi mereka serta mengembangkan welas asih terhadap semua makhluk hidup. Inilah wujud kepedulian kepada semua makhluk. Semoga manusia yang merupakan makhluk tercerdas di bumi ini dapat melindungi semua makhluk hidup. Dengan demikian, barulah kita dapat hidup aman dan tenteram.

 


 

 
 
Cara kita berterima kasih dan membalas budi baik bumi adalah dengan tetap bertekad melestarikan lingkungan.
- Kata Perenungan Master Cheng Yen -